2020th

16 0 0
                                    

Sekolah,
aku tau banyak dari kalian berfikiran ke arah hari senin ketika mendengar kata 'sekolah'
Pada saat-saat itu pula aku yakin tak sedikit dari kalian merasa sebal, malas, kecewa kenapa dari hari senin ke minggu lama
Tapi, jika dari hari minggu ke senin cepat
Pada saat-saat begini pasti kalian maunya libur saja dalam waktu yang lama.
Berminggu-minggu, berbulan-bulan atau tidak usah saja.

Namun, bagi kalian para angkatan 2020 pasti merasakan nya tanpa kalian harus berteriak unjuk rasa kepada pihak sekolah untuk minta jam kosong atau libur saja.
Karena, kalian didatangi sewabah tamu yang datangnya dari negri Asia Tenggara lain.
Kalian dipaksa untuk jadi diam saja di rumah
Menjaga jarak terhadap orang-orang yang dulunya amat dekat dengan kalian,
saling berjabat tangan atau bahkan berpelukan.

Tak sedikit pula, kesehatan mental atau bahkan jalinan hubungan orang-orang menjadi terguncang atau bahkan rusak.
Bukan hanya itu, perekonomian bangsa dan para pekerja juga dipertaruhkan.
Seluruh dunia mendoakan bumi ini untuk cepat pulih.
Namun, hingga saat ini belum terjawab doa-doa kami.

Tapi yang kutau ada alasan dibalik semua ini yang hingga saat ini aku sendiripun belum menemukan apa alasan tersebut.

Segala kegiatan dilakukan secara online, yang mana secara offline saja belum tentu paham dan mengerti
Tapi beginilah keadaan kami di tahun 2020 ini
Kami dipaksa untuk bertahan secara keras, kita semua dipaksa untuk mencoba sekuat mungkin.

Tak sedikit saudara kami pergi karena wabah ini, kami dipaksa lagi untuk kehilangan.
Aku tidak mau menjadi seseorang yang sekedar berkata "diam di rumah, jangan kemana-mana tolong kerjasamanya,dll"
Kenapa? Karena aku tau diriku sendiri belum cukup baik untuk melakukan itu, tapi yang kutau aku berusaha mencoba melakukan apa yang seharusnya dilakukan pada masa pandemi seperti saat ini.

Jika kuturuti egoku, tak akan habis
Jika kuturuti egoku, aku tau diriku sendiri yang akan menderita lebih lama lagi.
Bersyukurnya aku adalah aku punya tempat untuk "berpulang"
Bukan rumah.
Bukan manusia.
Walau terkadang sebagai makhluk sosial yang ada masa nya membutuhkan orang lain
Kini hanya diriku sendiri tempatku berjuang

Bagaimana aku mencari pelarian untuk melarikan semua kepenatan itu tidak bisa dibilang mudah
Tidak mudah menemukan tempat itu
Tidak mudah menyembuhkan diriku sendiri juga
Aku tau betul aku belum cukup sehat
Masih ada masa nya terkadang naik terkadang turun

Tapi yang kutau, lagi-lagi, adalah ketika aku merasa di titik terendah, dan aku berusaha untuk pulang dan berserah kepadaNya, kutumpahkan semua apa yang dirasa.
Setelahnya yang kuperoleh adalah cepatnya sebuah jawaban yang membuatku menangis.
Menangis karena amat sangat bersyukur aku memiliki Tuhan yang amat sangat baik, tak bisa dijelaskan dengan butiran huruf ini.

Nyaman yang kurasakan ketika mencoba untuk pulang
Lapang ketika aku mencoba untuk melepas semua kepadaNya
Aku sudah merasakan keajaiban-keajaiban dan jawaban yang kuperoleh secara langsung dan nyata
Walau tidak semua.
Tapi aku tau, ini semua akan ada akhirnya.

Jakarta, 6 Oktober 2020
23.23 p.m
Dari masa pandemi bulan ke-7 di Indonesia

Jejak LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang