Mon nouveau meilleur ami (Prolog)

17 4 0
                                    

Aku mulai mengenal seorang manusia yang memberikan aku semangat. Kini dia telah pergi tanpa ada kabar apapun sehingga meninggalkan aku dalam kebingungan dan dimana aku harus mencarinya? Kini bahkan dalam kebingungan yang juga membingungkan. Ini bukan kisah percintaan tentang dua orang yang bertemu lalu bertaut cinta seorang kekasih, kisah romansa ini adalah tentang aku dan dia aku, dua orang sahabat yang saling mencintai, hingga akhirnya dia pergi tanpa ada kabar. Saat aku bertemu dengannya lagi, dia tak mengingatku, ingin rasaku mengingatkannya, tetapi dia seolah jijik melihatku, seolah tak pernah mengenalku.

Percayalah, kalau kamu jadi aku, aku yakin kamu akan merasakan sedih yang sama dengan diriku, dan percayalah, dia orang terbaik yang pernah aku temui. Anak perempuan biasa yang jadi luar biasa di hatiku, hati, tempat ini memang kecil. Namun aku menyukainya, karena dianya begitu indah sampai tak dapat digapai dengan kata -kata.

Δ^Δ

Namaku Xarel Abense Bradesta. Aku adalah seorang imajinatif naif yang terlahir malang tanpa ada hasrat buat membuktikan apa -apa. Di sekolah sangat menyebalkan, di bully di caci maki, semua itu hal biasa buatku. Aku memang tokoh lemah yang terlahir tanpa teman. Ini adalah hari pertamaku sekolah, apa sih yang hebat? Bisa dibilang hariku di sekolah sangat menjengkelkan, apa sih yang hebat? Cewek-ceweknya cuek, cowok-cowoknya susah diatur. Menjengkelkan itu kata pertama yang muncul saat aku masuk di sekolah yang lebih pantas disebut liang kuburku sendiri ini.

Aku berjalan di koridor menuju ke ruangan berpangkat "11 IPS 2" bagaimana pendapat kalian
tentang kelas yang aku tempati ini? Keren gak? Buat aku, aku lebih suka di sini secara anak disini seru, gak ribet dan gak pelit soal urusan tugas, paham gak? Jawaban gratis.... Aku pernah mencontek, aku juga pernah sempat tidak mengerjakan tugas, tapi tidak pernah sengaja bikin maksiat waktu ujian, terutama ujian di bulan Ramadhan.

"Brak..." Ah sialan siapa sih pagi-pagi sudah bikin emosi pakai acara nabrak orang segalak?

"Sorry kamu gak papa ? " Dia bertanya begitu, aku mendongak dan seorang cewek cantik dengan jaket panda yang manis menyelimuti baju OSIS yang rapi mengulurkan tangannya kepadaku.

Gila, ini bukan berarti adalah kali pertama ngeliat cewe bukan? Aku langsung berdiri, mengabaikan tangan cewe itu yang masih saja menunggu dijawab buat saling sapa, sekedar balas tolong. Sebagai cowo, kalo bukan karena bawa barang banyak dari koperasi atau kantin pastilah, yakin 100% cewek itu gak bakal jatuh. Gara-gara cewe ceroboh ini, aku jadi harus memungut buku-buku yang jatuh berserakan.

" Kamu anak baru?" Dia nanya, aku tidak menjawabnya. Lagi pula, tidak ada kata wajib menjawab. "Aku Abellia, kamu siapa ?" Dia bertanya, sambil membantuku mengambil buku yang berserakan. Kali ini aku menjawabnya, lagi pula capek juga jadi cuek.

"Xarel ...!" Jawabku singkat lalu pergi, memasuki kelasku yang sunyi, yang pasti disebabkan para penghuninya yang lagi tidur, bolos dan lain sebagainya. Walau pun begitu, ada saja anak rajin yang masih siaga berjaga.

" Anak baru!" Seru seorang siswi berdandan bak preman, rambutnya acak-acakan, bajunya keluar, telinganya ditindik, kulitnya sawo matang, dan dia tidak memakai rok, melainkan celana seragam dengan punyaku hanya saja dibikin menyerupai pensil.

"Ya !" Kataku singkat.

"Gina, salken bro !" Katanya membentuk jarinya macam pistol lalu di tujukan kepadaku, jujur saja, dia keren, tapi ini sekolah, yakin deh pasti dia langganan BK.

"Salken to ...!'' Jawabku "Elo kelas sini? Sepi ini tempat, pada kemana ?" Tanyaku santai, bagai sudah akrab dengannya.

" Pada rapat, yang anak pramuka, yang lain pada bolos, jam kos santuy." Dia mengunyah permen karet yang kadang ditiup dan diletuskan kembali, terus begitu serasa dia tidak bosan " Elu ngerokok ngak ? "

"Iya ..!" Jawabku, karena memang iya.

"Hahaha .. Lupa, nama lu siapa ? " Dia tertawa pecah, bagai melupakan hal penting.

"Xarel, kenapa sama rokok? Elu ngerokok?" Tanyaku padanya, penasaran sama cewek aneh satu ini.

"Ngak. Gue mau pinjam korek, gak ada kerjaan soalnya. " Dia mengeluarkan lilin dan sendok, gula dan lidi, buat apa ?

"Nih..!" Aku menyerahkan korek padanya sambil memperhatikan dia yang aneh ini.

" Elo baik, paling udah ada pacar, cowo kayak elo juga, paling banyak yang mau !" Dia bergumam pada sendirinya sendiri ....

"Elu juga cantik kok !" Aku malah membalasnya, apa yang aku pikirkan ? Kenapa membalasnya ?

Dia tersenyum, senyuman manis dari Gina yang meruntuhkan diriku, aku yang semula ingin cuek pun jadi tidak lagi cuek padanya, mungkin cewe satu ini bisa di kecualikan. Aku mengobrol cukup lama dengan Gina, mengobrol soal sekolah lama dan yang lain. Gina pendengar yang baik, dan itu berbanding terbalik dengan apa yang sebelumnya aku bayangkan. Kalian harus mengerti maksudku, penampilan kadang membuat kamu tertipu.

"Biasanya Minggu ada ekstra ngak disini? " Aku penasaran, karena jujur, membosankan kalau harus diam seperti kutu buku mati, maksudku, aku tidak begitu sering membaca.

"Ada. Elo minat apa?" Dia bertanya, aku agak berpikir sejenak, kira -kira aku minat apa?

"Ada band gak? Atau kelas masak? " Gina terbelalak, dia tertawa, hingga lilin pun ikut tertawa sampai padam apinya. Sejujurnya api mati karena jendela terbuka dan angin agak sejuk, jadi bukan karena tawa Gina.

"Elo minat masak ?" Dia tidak percaya.

"Ada yang salah ?" Kataku padanya, mungkin aneh buat dia.

"Ngak salah, justru gue seneng, ada cowo sekeren elo, gue suka. " Gina tersenyum dan terbentuklah sebuah cekungan di pipinya, bisa dibilang dia manis, sangat manis. "Hobi aja. " Kataku padanya.

Tak lama kemudian, jam pelajaran dimulai, aku memperkenalkan diri, kembali duduk dan tentu saja bersama Gina, ada Gina itu untung, karena kebanyakan anak di sekolah, terutama di kelas ''11 IPS 2" bisa dibilang, tunduk sama Gina. Kebetulan hari ini ulangan Fisika Lintas, dan yang mengejutkan adalah Gina yang ternyata bisa mengerjakan semua soal dengan mudah, aku bahkan tidak menyangka hal ini, meski kelihatannya bandel, tapi bagiku Gina hanya sedikit nakal "nyak akal. " Kebanyakan akal.

Δ^Δ

Jam istirahat, aku ke kantin, bareng Gina dan Dino, Dino itu sepupunya Gina. Mereka memiliki sifat yang berbeda, tetapi sama-sama berprestasi. Gina yang tomboy dan banyak akal juga Dino yang dewasa dan bisa dibilang bijaksana, perpaduan yang cukup bagus. Kami tak perlu susah cari tempat, karena mau bungkus, biar lebih murah hati sama yang lain, nyediain tempat buat mereka makan. Aku jujur saja suka sama Gina, cara dia bersikap, bagaimana dia berbicara, dan dia menghormati orang yang lebih tua, sangat menakjubkan.

"Hai Gin.. Kamu ngak makan bareng kita ?" Suara itu..

"Ngak kok, gue makan bareng ni anak baru..!" Gina tersenyum datar, bagai tak ikhlas. Aku menoleh kearah sumber suara tadi, dan benar saja, aku mengenal suaranya.

"Klara kan ? " Aku bertanya seperti itu, bertentangan dengan sifatku yang cuek dengan cewe, terkecuali Gina, guru dan ibuku.

"Iya, kok tau ? Siapa ya? Anak baru yang dibilang Gina tadi ya ?" Klara merespon seperti itu, bagaimana menurutmu perasaanku ? Sakit ? Tentu saja...

Mon nouveau meilleur amiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang