Di rumah keluarga Sudirman, terlihat sang Nyonya rumah sedang asique bertelepon ria. Saking asique-nya, ibu-ibu glowing itu tak menyadari bahwa sang suami sedang mengintai gelagatnya di pojok ruangan.
"EKHEM!"
Minami agak terkejoed mendengar deheman yang rada-rada ga nyante itu. Begitu noleh, dia mendapati sang suami sedang melotot ke arahnya.
"Eh, udah dulu ya? Nanti kukabarin lagi." Ucap Minami pada si penelepon sebelum memutus panggilan.
"EKHEM!" Torao ngedehem lagi, dan Minami pun noleh lagi.
"Kamu kenapa? Sakit tenggorokan? Sariawan? Panas dalem? Minum ayem sori gih." Sabda Minami pada sang suami.
Torao diam tak menanggapi. Tapi matanya masih melotot ke Minami, "Tadi siapa?" Tanyanya kepo.
Minami natap suaminya ga ngerti, "Siapa apa?"
"Yang telepon kamu barusan."
"Oh, itu temen." Jawab Minami jujur.
Kenapa Minami jujur? Karena Minami ga bohong.
Sesederhana itu.
"Yakin temen? Kok suaranya cowok." Torao masih curiga kayaknya.
"Ya kan emang cowok."
"Tadi bilang temen, sekarang cowok. Yang bener yang mana?"
"Yang bener temenku itu cowok."
"Siapa?"
Baru Minami mau jawab, eh anaknya nongol entah dari mana.
"Mama, aku minta uang dong." Ucap Haruka seraya meluk kaki Ibunya.
"Buat apa?"
"Ya buat jajan lah, masa buat maen judi."
Minami terkejoed mendengar penuturan anak semata wayangnya itu, "Tau judi dari mana kamu?" Tanyanya lembut, tapi matanya setajam silet pas beralih ke suaminya.
Dia tau kayaknya dari mana pengetahuan tak berakhlak Haruka itu berasal. Kalo ga dari suaminya ya dari Kakak iparnya.
Torao mulai panas dingin kayak dispenser. Bapak muda beranak satu itu berdoa dalam hati semoga Haruka ga ngomong macem-macem ke Minami. Bisa gawat kalo istrinya tau dia pernah maen judi bareng Touma pas piala dunia. Bukan judi sih sebenernya, tapi taruhan. Tapi tetep aja kan kalo melibatkan fuluss itu judi namanya.
Sungguh terlalu kalau kata bang haji Rhoma Irama.
"Ada deh. Cepetan kasih uangnya, Ma. Aku mau beli odading mang Oleh."
"Eh? Kamu jangan jajan itu." Larang sang Ibu pada anak satu-satunya itu.
"Kenapa?"
"Haram."
"Kok haram?"
"Iya kan rasanya anjim banget."
Etdah
"Berarti om Touma juga haram?" Tanya Haruka polos.
"Eh? Haram?" Kali ini Minami yang bingung dan terheran heran.
"Kan om Touma juga anjim banget."
Torao berusaha nahan tawa pas denger kalimat Haruka. Tapi karena ga ketahan jadi yaudah dia akhirnya beneran ketawa. Mana kenceng pula ketawanya tuh si Tora.
"Kamu ga boleh gitu, Haru. Anjim anjim gitu om Touma itu tetep omnya kamu." Kata Minami bijak.
Haruka nunduk lesu begitu denger petuah sang Ibu, "Sial banget ya aku, Ma."
Dahlah Torao ga bisa lebih ngakak lagi denger Abangnya dinistain kayak gitu.
Bukan bermaksud untuk mendurhakai sang Kakak, tapi kenyataannya kelakuan Kakaknya itu emang anjim banget. Udah mah males, akhlakless pula. Dosa apa dia sampe punya Abang ga berguna kayak Touma.
"Papa kenapa, Ma?"
"Udah, biarin. Papamu obatnya lagi habis kayaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Masa Kini
FanfictionSebongkah kisah tentang keluarga kecil Mitsuki dan para tetangganya [Idolish7 x B-project]