4.| stay with me

24 3 0
                                    


🌻🌻🌻


Gadis remaja Yang mengenakan kaca Mata itu berjalan menelusuri trotoar. pagi Hari Saat datang kesekolah wanita itu berpenampilan sangat rapih namun sekarang Baju seragamnya sangat lusuh serta Rambut kepangannya juga berantakan.

Kepalanya menunduk memandang kakinya Yang terus melangkah.
Sedetik kemudian safira menghentikan langkahnya dengan satu hentakan membuat kakinya sejajar.

Matanya panas namun bibirnya mengukir senyum. Hatinya sakit serasa dihantam. sejurus kemudian safira menutup wajahnya Dengan telapak tangan seraya berjongkok. Bahunya gemetar menandakan bahwa wanita itu sedang menangis.

Dibalik wajahnya Yang disembunyikan safira menangis Dengan sesenggukan, bahunya bergetar hebat menumpahkan semua Rasa sakit Yang Selama ini Dia tahan.

Sampai kapan?

Sampai kapan Dia Harus menerima perlakuan Yang buruk Dari semua teman-temannya disekolah. Dulu, Dia sangat memimpi-mimpikan kehidupan SMA-nya Yang bahagia, tertawa Dan Bergaul Dengan semua orang. Tapi Rasanya seperti tertampar. Tidak Ada Yang namanya bahagia. Sedikitpun tidak Ada.

Senyum Yang selalu Dia lontarkan kepada semua orang mangandung kesedihan Yang Begitu mendalam.

Dan Jika kalian ingin tahu, ini adalah kali pertama safira menangis. Menangis sejadi-jadinya.

Mungkin dulu Saat Masih kelas pertama SMA, Dia Masih bisa menerima atas perlakuan teman-temannya Yang terus seenaknya. Dan Dia pikir jika sudah memasuki kelas kedua mungkin teman-temannya Akan berhenti. Tapi sepertinya tidak. Justru malah semakin parah. Teman-temannya Lebih berani Dari dugaannya.

Dan sekarang safira menumpahkan semuanya. Perasaan sakit, marah, kesal ia keluarkan Dengan tangisan Yang semakin menjadi, bahkan Dia tidak peduli menangis di pinggir jalan seperti ini. Senggukan juga erangan Yang disembunyikan mungkin tidak Akan terdengar Karna bercampur Dengan suara kendaraan.

Hatinya...sesakit itu.

*

Sebuah motor besar berwarna merah masuk kepelataran rumah Yang sangat meggah. Pria itu membuka helmnya Dan Turun Dari motor tersebut kemudian masuk kedalam rumah bercat putih sebesar Istana.

Jika bukan Karna seseorang denna tidak Akan pulang secepat ini. Dia sungguh malas memasuki rumah Yang terasa dingin seperti tak berpenghuni. Apa lagi jika.....

"Denna."

Suara Yang familiar Di telinganya membuat langkahnya terhenti. Apa mungkin itu....ayahnya? Tapi mana mungkin. Bahkan jam Belum menunjukan pukul Sembilan Malam. Denna memilih membalikan tubuhnya Dari pada terus menerka.

Ternyata benar ayahnya Yang tengah duduk disopa Dengan komputer dipangkuannya Dan secangkir kopi diatas meja. Tapi.....tumben?

"Bagaimana sekolahmu?" Ayahnya bertanya seraya menyeruput kopi Yang berwarna hitam pekat. "Semuanya lancar?" Lanjutnya.

"Ya." Jawab denna dingin. Setelah melihat ayahnya mengangguk denna memutar kembali tubuhnya Dan melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Kalian Harus tahu. Seperti apapun Sikap denna, Dia tetap menghargai ayahnya. Hanya saja....jika Dia melihat wajah Tua itu, entah kenapa selalu mengingatkannya Akan ibunya.

Setelah masuk kedalam kamar denna duduk disisi ranjang. Pandangannya tertuju pada sebuah bingkai foto Yang berukuran sedang yang disimpan diatas nakas. Tangannya bergerak untuk mengambil bingkai tersebut.

Tergambar seorang wanita Yang tersenyum sangat manis Yang tengah menggendong seorang anak kecil berusia tiga tahunan.

Mata denna terasa panas menatap orang Yang berada difoto tersebut. Bayangan wanita cantik itu muncul dikepalanya, Senyumnya Yang Manis tergambar begitu jelas dibenaknya secara tiba-tiba, bersamaan Dengan air matanya Yang mulai mengalir Dan menderas.

stay with me | be yourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang