Jeno dan Jaemin, semua teman sekelasnya tahu bahwa mereka berdua sering meneriaki satu sama lain. Mereka hanya akur saat sedang serius saja, seperti saat kerja kelompok. Namun tidak lama kemudian pasti salah satu diantara mereka mulai jahil dan berakhir dengan adu bacot, tetapi tetap saja mereka berdua itu teman.
Na Jaemin, anak kelas 12 yang cukup populer diantara murid perempuan, salah satu anggota club cheerleader, menjabat sebagai bendahara kelas sejak kelas 11, dan merupakan murid yang cukup ambis.
Lee Jeno, anak kelas 12 yang sangat populer diantara murid perempuan, pernah menjadi ketua club basket saat kelas 11—dan sekarang masih menjadi anggota club basket, hanya seorang murid biasa di kelasnya, cukup pemalas, dan hobinya ribut dengan Jaemin.
Saat awal masuk di kelas 10, mereka berdua sangat akur. Di kelas 11, Jaemin ditunjuk menjadi bendahara kelas, tapi Jeno suka telat membayar uang kas bahkan terkadang tidak membayarnya. Jaemin awalnya sabar, tapi dia sudah tidak tahan lagi dan mulai memarahi Jeno. Sedangkan Jeno menanggap bahwa membuat Jaemin marah ternyata cukup menyenangkan. Dari situ lah mereka mulai ribut hampir setiap hari.
Bahkan sampai menginjak di bangku kelas 12, mereka masih sering ribut dan menjahili satu sama lain. Tenang saja, mereka tidak pernah berkelahi, yah hanya adu bacot saja.
Contohnya seperti hari ini, kelas masih sepi dan bel masuk sekolah pun belum berbunyi. Jaemin memutuskan untuk kembali tidur di atas mejanya, dia hampir saja masuk ke alam mimpi namun seseorang mengacaukannya.
"PAGI JAEMIN!" teriak orang itu tepat di kuping Jaemin.
"AH! TELINGA GUE SAKIT BODOH!" balasnya dengan teriak yang juga tidak kalah kencang sambil memukul lengan orang itu.
Orang itu meringis namun tetap tersenyum jahil.
"Ini masih pagi ya anjing! Gak usah cari ribut!" bentaknya.
"Lo kenapa? PMS? Mau gue beliin kiranti?"
"Jeno diem!" Ya, orang yang meneriaki Jaemin adalah Jeno. Teman sekelas mereka sudah hafal kebiasaan Jeno dengan Jaemin yang selalu saja ribut dan adu bacot hampir setiap hari.
"JENO JAEMIN DIEM! MASIH PAGI! JANGAN TERIAK-TERIAK!" teriak ketua kelas mereka, Daehwi namanya.
"NGACA DONG! ITU LO JUGA TERIAK!" balas Jeno.
"YA KALAU GUE GAK TERIAK, KALIAN GABAKAL BERHENTI RIBUT!"
"YAUDAH LO GAUSAH TERIAK! NGOMONG BIASA KAN BISA!" Sekarang gantian Jaemin yang membalasnya.
"GAK MAU! GUE MAUNYA TERIAK!"
"OKE, GUE JUGA GAK MAU DIEM! MAUNYA RIBUT TERUS!" Jeno dan Daehwi masih saja saling besahut-sahutan.
Begitulah salah satu cara mereka untuk memulai hari (ditambah dengan Daehwi yang ikut dalam keributan mereka). Selain itu masih ada Nancy dan Somi yang selalu mengeluh akan keributan yang mereka buat.
"Berisik!" geram Somi kepada mereka.
"Gue bingung kenapa orang kayak lo bisa jadi ketua kelas," ucap Nancy yang mencubit lengan Daehwi.
"Mampus lo berdua," ujar Jaemin.
"Lo juga sama aja," ucap Somi sambil memukul lengan Jaemin.
"IH! KOK GUE JUGA KENA?!"
"Teriak sekali lagi, gue bakal lempar lo keluar jendela."
"Ampun mami Somi," ledeknya.
"JAEMIN!" Somi sangat ingin melemparnya namun dia sudah berlari keluar kelas.
Tidak hanya itu, saat istirahat, Jaemin hanya menikmati kopi instannya. Tiba-tiba seseorang datang langsung duduk di sebelahnya dan merebut minumannya.
Jaemin terkejut, dia mengepalkan tangannya, siap untuk memukul orang yang telah menganggunya. Ternyata itu adalah Lee Jeno yang sedang memperlihatkan eye smilenya.
"Jaemin jangan marah-marah terus nanti cepat tua loh."
"Bodo!"
"Kok lo udah minum kopi? Emangnya udah makan nasi?"
"Ya suka-suka gue lah, gak usah sok peduli ke gue."
"Nanti kalau lo sakit perut gimana?"
"Emang kenapa?"
"Kalau lo sakit perut gue bakal bosen, karena gak bisa ribut sama lo."
"erserah!" Jaemin ingin kembali ke kelasnya.
"Ini minumannya gak mau?"
"Gak! Buat lo aja. Gue ogah minum bekas mulut lo."
"Padahal mulut gue wangi loh."
"Bacot."
Jeno hanya terkekeh, menjahili Jaemin sangat menyenangkan.
Mereka juga suka saling mengejek. Seperti sekarang,Jaemin baru saja ingin keluar kelas namun Jeno dari belakang menjerat lehernya.
"EH! Lepas Jeno!" ucapnya sambil memukul lengan Jeno, tidak sakit namun menahan pergerakannya dengan cukup kuat.
"Gak mau!"
"Jeno anjing."
"Jaemin monyet."
"Jeno kambing."
"Jaemin sapi."
"Jeno-"
Ditambah lagi dengan kehadiran Renjun—salah satu sahabat Jaemin yang membuat kalimatnya terputus.
"Berisik sumpah, udah ayok ke kantin."
"Jenonya gak mau lepas tuh." Tangan Jeno masih melingkar di leher Jaemin.
"Lepas lah Jen, gue laper."
"Yaudah sana ke kantin sendiri, Jaeminnya sama gue."
Jaemin mencubit perut Jeno, seharusnya dari tadi saja dia melakukan itu. "Ogah gue sama lo tolol."
"Ayok njun ke kantin, si Haechan mana?"
"Dia ninggalin gue pas lagi di toilet anjing."
"Ututu kasihan," ucap Jaemin dengan nada mengejek.
Renjun memukul kepala Jaemin sambil menatapnya dengan tajam.
"Udah! Jangan pukul kepala gue terus, nanti jadi bego."
"Lo kan emang udah bego," celetuk Jeno.
Jaemin baru saja ingin memukul Jeno namun Renjun menahannya. "Ayok ke kantin, gue laper. Yang ada waktu istirahat keburu abis kalau lo berantem mulu sama Jeno."
Setidaknya itu semua hal yang terlihat saat di depan umum, tapi tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana sikap mereka jika hanya berduaan. Karena ada banyak hal yang mereka simpan dan tidak diketahui orang lain. Singkatnya, walaupun sering saling mengejek, mereka sangat mengenal satu sama lain.
•
•
•
Tbc°Haloo! Aku kembali membawa nomin ><
Aku menerima kritik dan saran, kalau ada kesalahan segera tegur aku yaa![I Hate You, But I Love You | nomin]
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate You, But I Love You | nomin
Fanfiction✧ Sebuah kisah tentang Jeno dengan Jaemin yang selalu ribut dan adu bacot 24/7. Tentang mereka yang merasakan adanya perasaan yang timbul, tetapi terlalu malu untuk mengakuinya "Cih, you're annoying!" "I know and I love you." Harsh words! NoMin! B×B!