Antara senang karena pulang cepat, syok karena bertemu hantu, dan kesal karena orangtuaku pergi ke Jakarta mendadak, yang membuatku terpaksa menginap di rumah Tama. Pada awalnya aku ingin tinggal sendiri di rumah, tapi karena kejadian di sekolah, aku merasa takut kalau harus sendirian disana.
" Tam, aku boleh nginep di rumahmu kan ? "
" It's okay, malah aku seneng kamu nginep di rumahku, biar ada temen "
" Oke deh kalo begitu, tapi Mami papimu gak keberatan kan?"
" Ahh, nggak. Malah mereka suruh kamu nginep disini "
" Ya sudah, aku jadi nggak enak nih "
" ya udah, ayo ke kamarku "
Kami pun menuju kamar tama yang berada di lantai atas, baru pertama kali aku masuk ke kamarnya, kesan pertamaku adalah kagum, Bagaimana tidak, bagai bumi dan langit perbandingan antara Kamarku dan kamarnya, aku tak menyangka kalau sosok Tama itu sangat perfeksionis dengan kamarnya, aku tidak pernah menemui hal yang berantakan yang lazim ada di kamarku, semua tertata rapi dan bersih. Aku juga baru tau, kalau Si Es balok ini suka sekali dengan Musik dan buku, terlihat dari biola yang disimpan rapi di tripot khusus di depan jendela dan Susunan rapi buku di rak samping lemari. Selain itu, terdapat Komputer Gaming, TV dan Fasilitas lainnya yang memanjakan si empunya kamar.
" Wah, kamu suka Game juga Tam "
" Oh itu, sebenarnya aku gak suka, tapi gak tau kenapa Papi kasih ini untukku, dia bilang biar aku betah tinggal di sini "
Ya kalian tau lah, gimana kehidupan Tama, ketika dia pertama kali tinggal secara permanen bersama Kedua orangtuanya, yang awalnya dia tinggal bersama nenek kakeknya di Jakarta.
" Aku ambil camilan dulu ya, klo kamu mau main PS, tinggal di tarik aja laci di bawah TV, Sticknya ada disitu " tama berlalu keluar kamar.
" Oke " aku membaringkan tubuhku di kasur empuk miliknya.
" Loh, kok bau pesing sih " dalam benakku. Aku mencium aroma pesing di kasurnya, yang mengalahkan aroma harum pewangi ruangan.
Tak lama Tama datang, membawa beberapa camilan dan minuman soda.
" Nah Tim, Camilan sama Sodanya. " ucap Tama sambil menyodorkan bungkusan camilan padaku.
" Tam, kok kasurmu " Omonganku langsung di potong Tama.
" Kok nggak di mainin Psnya, ayolah kita main "
" Wah aku curiga nih, jangan-jangan kamu ngompol ya Tam, ngaku "
" A aku, "
" Ngompol kan, Ih masa udah mau SMA masih ngompol "
" Ah, kamu rese Tim, Iya-iya aku ngompol kemaren, udah nanti sebelum tidur aku ganti deh seprainya " Tama akhirnya mengaku dan wajahnya pun memerah karena malu.
Tama pun bercerita kenapa dia ngompol dan sejak kapan dia alami itu. Ya awalnya aku tertawa geli mendengarnya namun lama-lama aku merasa kasian juga dan berjanji, tidak akan memberitahu ini semua kepada siapapun.
Malam pun tiba, aku dan keluarga Purnayasa makan malam bersama, hari ini Tante April menyajikan menu khas Bali yang pedas dan kaya rempah. Sajian favorit keluarga itu adalah Babi sambal matah dan Lawar. Beh, enak sekali. Namun rasa pedas sajian makan malam keluarga Purnayasa, membuat perutku bereaksi lagi. Aku lupa kalau siang tadi aku sudah banyak makan pedas yang membuat diareku kambuh lagi.
Di tengah perbincangan dengan keluarga Purnayasa di ruang keluarga, aku merasakan sensasi luar biasa di perutku.
" Tam, aku ikut ke toilet dong "
" Oh, ke kmarku aja Tim "
" Ah males naik tangga Tam, aku Udah gak kuat "
" ya udah tuh di belakang ada satu "
" Oke " aku pun bergegas menuju toilet di bagian belakang rumah itu.
Suasana horor kembali aku rasakan ketika aku melewati dua ruangan yang nampak kosong. Lagi-lagi bulu kudukku naik karena merasakan aura mistik di lorong menuju toilet. Aku melihat sosok wanita tengah duduk di kasur salah satu ruangan itu.
" Ah untung aja ada pembantunya Tama, jadi gak begitu horror lah Kayaknya. "
Akhirnya aku menemukan toilet itu yang berbeda di samping kamar pembantunya keluarga Purnayasa. Terbersit rasa aneh ketika melintas di dua kamar tadi, satu kamar tertutup rapat namun aku mencium aroma dupa yang kuat dari ruangan itu, satu lagi kamar yang tadi terdapat Seorang PRT di dalamnya.
" Ah Lega " Kataku sambil merapikan celana yang ku kenakan. Aku pun berjalan menuju ruang keluarga dimana anggota keluarga Purnayasa berada.
" Gimana Kapten Pierre, udah selesai panggilan alamnya " Ucap Om Purnayasa.
" Sudah Om "
" Hahaha, Papi selalu aja panggil Timo Kapten Pierre Tendean "
" Abis Mirip banget sih, gantengnya, karismanya wah klo kapten Pierre masih ada, pasti banyak yang bilang dia itu anak atau cucunya "
" Iya juga sih Pih, tapi masih ganteng Tama kan " Tama berpose lucu.
" Iya dong Siapa dulu Maminya" Ujar Tante April yang membuat tawa kami semua.
" udah malem ayo tidur, besok kalian sekolah kan, Papi juga besok dinas lagi Bawa Hercules haha" ujar Om Yasa Diplomatis. Kami pun bergegas menuju kamar Masing-masing.
Di kamar Tama, aku dan dia lanjut bermain PS3 sampai agak larut, setelah puas, mata kami tak kuasa menahan kantuk yang membuat kami harus tidur.
" Eh Tam, PRT kamu berani juga ya tidur di situ sendirian " kataku. Namun ekspresi Tama berubah, matanya terbelalak mendengar perkataan ku.
" Apa, emang kamu liat apa di kamar itu "
" Perempuan, rambut panjang lagi duduk sambil sisiran di kamar itu "
" Astaga, di kamar itu gak ada siapa-siapa Tim, PRTku sekarang udah gak tinggal lagi di situ, dia punya rumah sendiri di belakang kompleks kita, ada sih satu lagi, dulu sebelum aku pindah ke sini, tapi dia udah lama balik ke kampungnya di garut "
" Apa, jadi di kamar itu siapa dong "
" Alah udah lah, aku males omonginnya, mungkin dia nampakin sama kamu yang baru kali ini nginep di rumahku "
" Ih, serius tam, tam tama, Adhyatama, woi, yah dia malah tidur." Aku pun menutup seluruh tubuhku dengan selimut, karena rasa takut dengan apa yang aku alami hari ini.
...
To be continued
YOU ARE READING
Ruang Rahasia
Horrorberawal dari terganggunya PRT keluarga Purnayasa oleh sosok tak kasat mata, kami yakin ada yang tidak beres dengan ruangan paling pojok istana Purnayasa itu.