Rumah sakit

373 5 2
                                    

Kepalaku berat dan mataku pun gelap aku pun tak bisa menaham keseimbangan tubuhku.

" Timo, Bangun nak. " bunda membangunkanku.

" Hah, Bunda "aku pun tesentak bangun.

" Kok kamu tidur di lantai sih nak " sambung bunda.

Aku masih merasakan pusing di kepala. Suasana ketika itu, sudah terbit matahari, dengan sinar matahari yang masuk secara penuh ke kamarku. Aku pun melihat ke arah Car port rumah Tama maelalui jendela dan melihat Tama sedang memanaskan Mobilnya.

" Ah Puji Tuhan, ini semua cuman mimpi " Aku pun.

" Emang ada apa Sayang, kamu mimpi apa " Tanya Bunda yang rupanya mendengar perkataanku.

" Ah, Nggak Bund " kataku. Aku tak ingin menceritakan kepada siapapun kalau aku melihat foto terakhir yang menunjukkan diriku yang terhimpit di ruang kemudi dengan tubuhku yang penuh darah.

" Ya udah cepat mandi sana, nanti telat sekolanya loh "

" Iya bund " aku pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.

Tak seperti biasanya, Si Es Balok datang ke rumahku, biasanya aku sendiri yang memanggil dia untuk bersekolah.

" Den, Ada Bli Tama " Ucap Bu'de Inem ART rumahku.

" Bentar Tam, aku lagi pake sepatu " Teriaku.

" Ayok Cepetan Tim, kita kan mau ada simulasi UN, Nanti keburu macet loh " Kata Tama.

" Iya Tam " kataku. Kami pun bergegas menuju mobil Tama yang sudah terparkir di depan rumahku.

" Kamu aja yang nyetir, aku ngantuk gegara belajar semalem "

" Aku juga Ngantuk Tam " kataku.

" Alah, Nanti kita mampir MCD depan kompleks. beli Kopi biar gak ngantuk ".

" Kok perasaanku gak enak ya Tam "

" Alah, paling kamu salah bantal kali Tim, jadi suntuk kayak gini, ntar kan kita beli kopi di MCD, pasti ngantuk mu ilang "

aku pun melajukan mobil menuju MCD yang terletak di Depan Kompleks perumahan kami, mobil pun aku tujukan ke arah drive true dan memesan kopi dan kentang goreng favorit Tama.

" Udah baikan kan " Ucap Tama, sembari menyeruput kopinya.

" Yes, Much better " kataku.

" Kuy berangkat, klo mau sambil rokoan juga gak papa " katanya sambil menghisap sebatang rokok.
(Ya memang kami sudah merokok sejak SMA, tapi kami masih punya aturan, kmi tidak merokok sambil memperlihatkan seragam sekolah dan di tempat tertentu seperti di mobil, di rumahku dan di tempat lain selain di area sekolah).

Aku masih memikirkan apa yang aku alami, semalam. Aku masih merasakan kalau hal itu nyata. Aku sebenarnya ingin mengakui kalau aku kemarin tak sengaja menendang canang dan meminta dia berdoa agar teror horor semalam tak terjadi lagi, baik itu mimpi maupun realita.

Aku masih berusaha berfikir untuk memilih kata-kata yang tepat untuk mengakui perbuatanku yang telah melanggar pantangan umat hindu. Di tengah pemukiranku tiba-tiba.

" Awas Tim "

Duar, (suara benda keras berbenturan)

aku merasakan beturan keras dan serpihan kaca beterbangan mengarah kearah kami. Airbag yang berbeda di stir pun mengembang dan melindungi wajahku dari benturan. Namun tak lama tubuhku berat dan aku tak bisa lagi melihat apa-apa.

Ternyata kami mengalami kecelakaan yang melibatkan mobil Nissan Juke milik Si Es balok yang aku kendarai bertabrakan dengan Truck besar yang menerobos lampu Lalin di Bandung. Cerita lengkapnya ada di Thymoty dan popoknya karya. Untung saja wajah dan organ fital di area Dada dan perut terselamatkan dengan adanya Airbag, walau kaki dan lengan kananku harus patah karena benturan keras dan Tama juga tak luput dari cedera, tapi puji tuhan kami semua masih bisa kembali melanjutkan hidup, walau kondisi mobil kesayangan tama yang 70 persen hancur.

Tidak sampai seminggu kami di rumah sakit tapi banyak hal ganjil yang membuat kesan angker rumah sakit itu semakin menjadi-jadi.

Kala itu aku dan Tama yang berbeda di satu ruangan yang sama tengah berdua saja dikarenakan Tante April dan Bunda sedang menyelesaikan administrasi rumah sakit.

" Tam, Aku mau ngaku nih. Tapi kamu jangan marah ya "

" Pasti masalah Mobil, udah lupain aja lah "

" Ak... " Belum sempat berbicara, tiba-tiba datang dua gadis yang tak asing lagi bagi kami, yang tak lain adalah Sari dan Sasya.

" hey.. Lagi asyik berduaan nih " ucap Sari yang mengejutkan aku dan Tama.

" Ah,Kamu bikin kaget aja " kataku sambil mencoba untuk duduk.

" Eh, Jangan banyak gerak atuh. Kan kamu belum sembuh bener " Ucap sari sambil mencegah aku duduk.

" Nih, Aku sama Sasya bawain bubur ayam spesial buat Mas Timo sama Bli tama " kata sari sambil membuka rantang berisi Bubur yang mereka Bawa.

" Kalian makan ya, Nah Sas kamu suain Pacar kamu itu, aku suapin Mas Timo " sambung Sari.

Sari pun dengan telaten menyupai diriku sampai bubur itu habis. Mereka pun setia menemani kami hingga tak terasa sang surya hendak terbenam.

" Mas Timo, Bli tama. Kami pamit ya, besok kan harus sekolah "

" Iya, makasih ya kalian udah ngejenguk kami. Oh iya, besok klo kalian kesini lagi, tolong bawain buku pelajaran yang sekarang ya, kami gak mau ketinggalan pelajaran " Ucap Tama.

" Siap Bli, nanti kami bawain ya " ucap sari. Mereka pun kemudian pamit untuk pulang.

Malam di rumah sakit terasa sangat sepi dan sunyi, di tambah lagi malam itu baru saja masuk korban tewas kecelakaan yang menambah suasana horor rumah sakit peninggalan belanda itu.

Entah kenapa, mataku ini tidak bisa terpejam, beberapa kali aku mencoba untuk tidur, namun percobaanku itu sia-sia.

" Tam, kamu udah tidur "

" Belum, aku lagi baca buku nih " kata tama yang masih sibuk dengan bukunya.

" Oh gitu, kok malam ini perasaanku gak enak ya, dingin, sunyi, sama waktu tuh kayak lama gitu, Tam kamu ngerasa juga gak " namun aku tak mendengar apa apa dari tama.

" Tam, kamu masih belum tidur kan, tam, Tama, Adhyatama, Adhyatama Djayalangit Arsyanendra, woy Es balok " Kataku. Sambil menoleh ke arah Tama, yang ternyata dia sudah tidur dengan buku yang menutupi wajahnya.

" Lah, Jiancok arek iki, aku ngomong malah turu " umpatku. Tak lama.

(Tok tok tok) Terdengar suara ketukan pintu, dan disusul oleh suara pintu terbuka.

" siapa " kataku sambil menoleh ke arah pintu yang sedikit terhalang oleh tirai sekat tempat tidur kami. Namun tidak ada jawaban. Aku melihat jam dan waktu menunjukkan pukul 11.59 malam.

" Apa itu Bunda, tapi kan Bunda lagi di rumah, Tante April juga lagi tidur. Abis siapa ya, Oh paling perawat " kataku dalam hati.

Tak lama, tirai yang awalnya tertutup tiba tiba terbuka secara perlahan. Sontak hal itu membuatku panik dan langsung menutupi wajahku dengan selimut sembari merafalkan doa. Tak terasa, aku merasakan sensasi hangat menjalar di area selangkanganku, saking takutnya membuat diriku ngompol, beruntung aku mengenakan popok sehingga tak membanjiri se isi brangkar rumah sakit itu.

Di tengah kepanikan dan ketakutan, aku terus merafalkan doa. Tiba tiba telingaku panas dan disusul bisikan dengan suara mengerikan menyebut-nyebut namaku.

" Timo " dengan suara lirih nan menyeramkan.  Berkali kali suara itu memenuhi telingaku yang membuat aku semakin ketakutan.

" Ampun, ampun jangan ganggu aku " Teriakku.

Tiba-tiba

...
To. Be continued

Ruang RahasiaWhere stories live. Discover now