3.1. Jona Si Kakak

10.6K 1K 5
                                    

Seperti hari biasanya terlepas dari hari senin, Jona melakukan aktivitas rutinnya dan pukul setengah tujuh ia sudah berada di ruang makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti hari biasanya terlepas dari hari senin, Jona melakukan aktivitas rutinnya dan pukul setengah tujuh ia sudah berada di ruang makan.

Menyusul Yves, Petra lalu Betsy di ruang makan itu.

Jona menyendok nasi satu setengah kali dan lauknya ia memilih capcay.

“Pulang jam berapa kamu semalam?” Pertanyaan itu terlontarkan dari Yves sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Jona yang sedang memilih jus yang akan diminumnya menatap Papanya sekilas. “Setengah dua belas.”

“Bagus ya. Nggak mau pulang sama Petra, ditelpon nomornya nggak aktif, temen-temenmu juga nggak ada yang angkat telpon. Dipertahankan kelakuan kamu itu,” kata Yves. Meski terdengar santai tapi semua yang ada di meja itu tahu bahwa Yves marah.

Jona yang sudah terbiasa tidak memusingkannya. “Abisnya aku tuh kayak buronan. Kan aku udah izin.”

Ia lalu meminum segelas air hangat sebelum mulai sarapan.

“Papa khawatir sama kamu, Jo,” ujar Mamanya.

Betsy dan Petra hanya diam menyimak dan sibuk dengan sarapan mereka. Karena mereka tahu ini urusan Jona dan kedua orang tua mereka.

“Iya, iya aku paham. Tapi kan Mama sama Papa udah kenal semua temen-temen dekatku. Yang semalam ngantar juga si Uud,” jelasnya sambil menyuapkan nasi dan capcay dengan lahap.

“Mau siapa pun yang ngantar kamu tetap harus pulang jam sembilan. Papa itu khawatir sama kamu. Sudah mau jam dua belas baru pulang. Kenapa nggak usah pulang aja sekalian?”

Jona menanggapinya dengan santai, kemarahan Yves ini sudah biasa semenjak Jona mulai kuliah.

Bahkan ketika dulu masih di bangku sekolah menengah pertama, ia dilarang pulang lewat dari jam dua siang selain urusan sekolah.

Selalu diperlakukan seperti itu membuat Jona merasa marah tapi semakin besar, ia lebih memilih sedikit saja.mengabaikan larangan Yves dan melakukan apa yang diinginkannya selama masih di koridor dan norma yang benar.

“Maunya gitu tapi nanti Papa mencak-mencak lagi. Sama aja kan?” Jona berkata sambil mengunyah makanannya dengan lahap. Ia lalu menatap Klarina sambil tersenyum. “Enak, Ma. Aku mau bawa bekal ah.”

Yves yang melihat respon Jona itu mendesah pelan.

“Pokoknya yang kemarin itu terakhir kalinya kamu pulang di atas jam sembilan,” kata Yves dengan tegas sambil menatap Jona.

Jona menanggapinya dengan menggeleng. “Aku belum punya tanggung jawab jadi aku bebas. Aku masih muda tapi aku bisa bertanggung jawab pada diriku sendiri jadi Papa nggak perlu khawatir berlebihan.”

Yves yang hendak menyahut lagi segera ditahan Klarina. Ia tidak ingin menimbulkan keributan di meja makan yang lebih jauh lagi. Yves pun hanya bisa mengalah dan memilih meminum air putihnya.

Just In Time [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang