Kejutan demi Kejutan

16 4 4
                                    

"Selamat ulang tahun, Minji-ya." pria yang menungguku di depan kanal berbalik menghadapku.

"Jaebum-ssi? Sedang apa disini?"

"Kemarin ulang tahunmu khan? Aku coba datang tepat waktu, tapi aku masih ada tugas di rumah sakit. Kau tidak suka kalau aku melalaikan tugas rumah sakitku khan?" jawab Jaebum menyerahkan sebuket bunga pada Minji.

Sedikit ragu, Minji menerima buket bunga tersebut.

Sebenarnya Minji tahu mengenai perasaan Jaebum padanya. Tak peduli bagaimana orang-orang di sekitarnya, menyebutnya dengan sebutan Pawang Jaebum, pada kenyataannya Jaebum tetaplah Jaebum.

Beberapa perawat yang menjadi korban pelecehan Jaebum, menjadi pasien di bawah pengawasannya sebagai seorang psikiater. Minji sudah berusaha meyakinkan mereka untuk membawa kasus ini ke jalur hukum. Tapi status Jaebum sebagai pewaris rumah sakit tersebut, para korban takut akan kekuasaan yang bisa digunakan Jaebum untuk membungkam mereka.

Minji melihat potensi gangguan kejiwaan dari Jaebum yang cenderung pada anti-social personality disorder atau biasa dikenal dengan psikopat atau sociopat. Gejala-gejala seperti pengabaian terhadap orang lain, bertindak impulsif, tidak ramah dan sering melanggar hukum adalah beberapa hal yang bisa mengindikasikan gangguan kejiwaan tersebut.

Minji selalu berusaha senormal mungkin dalam bersikap pada Jaebum. Dia tidak mau satu kesalahan kecil terjadi, yang bisa saja menjadi boomerang baginya.

"Minji-ya. Hari ini kau bebas khan? Bagaimana kalau kita merayakan ulang tahunmu bersama?"

"Ah, tapi saya punya banyak hal yang harus saya kerjakan, Jaebum-ssi. Saya menulis banyak catatan yang harus segera saya salin ulang sebelum simposium berikutnya."

"...................." Jaebum hanya menatap Minji dengan tajam.

"Maaf, Jaebum-ssi, saya juga butuh waktu istirahat. Simposium di berbagai negara yang harus saya ikuti selama 2 minggu ini, benar-benar menguras tenaga saya. Saya harap Jaebum-ssi bisa mengerti."

"Padahal aku sudah jauh-jauh datang ke Belanda untuk mengucapkan dan merayakan ulang tahunmu secara langsung. Tapi ternyata, aku pun masih ditolak olehmu, Minji-ya."

"Saya benar-benar minta maaf, Jaebum-ssi. Tapi saya juga benar-benar tidak bisa memgikuti simposium ini dengan main-main."

"KAU!! Selaluuuu saja begitu, Minji-ya. Sibuklah, tak bisa main-main. Sombong sekali dirimu. Padahal aku cuma mengajakmu makan atau minum." Jaebum tiba-tiba meninggikan suaranya.

Orang-orang di sekeliling mulai memperhatikan mereka.

"Alles goed? ( Apakah semua baik-baik saja?)" seorang penduduk setempat menghampiri Minji dan berdiri di sampingnya.

"Ja, alles goed. It's just a misunderstanding." pria asing berkebangsaan Belanda itu, masih tetap berada di samping Minji.

Minji meyakinkan pria asing tersebut bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan olehnya. Meskipun Minji merasa takut, tapi dia tidak boleh menunjukkan ketakutannya pada Jaebum.

"Baiklah, begini saja. Saya akan makan malam dengan Jaebum-ssi, tapi saya cuma bisa makan di restoran hotel saja. Saya tidak bisa pergi jauh-jauh saat ini."

"Begitukah? Oh iya ya, Minji khan harus mengikuti beberapa simposium ya.." aura yang tadinya terasa begitu menakutkan, dalam sekejap mata, berubah menjadi begitu ceria, seolah tak pernah ada kejadian apapun.

"Kalau begitu sampai bertemu jam 7 malam nanti." jawab Minji dan segera meninggalkan Jaebum, kembali ke kamar hotelnya.

* * * * * * *

Psychiatrist LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang