Terlambat

27 2 7
                                    

"Selamat datang, Minji-ya."

"Jaebum-ssi..."

Untuk sesaat, jantung Jeongguk terasa berhenti berdetak. Dia segera bangkit dari duduknya, ketika mendengar Minji menyebut nama Jaebum dengan lirih.

"Sayang, kamu dimana?!?!"

".............." tak ada jawaban dari Minji. Saat ini, otak Minji seolah berhenti berfungsi. Gadis yang biasanya cepat memainkan akalnya, kali ini hanya bisa terpaku, mengalihkan pandangannya dari Jaebum ke Minho, dari Minho ke Jaebum, begitu seterusnya.

Keadaannya kali ini di luar perkiraannya sama sekali. Kalau hanya Minho atau Jaebum sendiri, dia mungkin masih bisa mengalahkan salah satu dari mereka. Tapi dua orang pria seperti ini, dalam hal jumlah; sudah pasti kalah. Apalagi dengan kekuatan, Minji sudah pasti bukan tandingan buat 2 pria dewasa. 

Di saat yang bersamaan, sebuah pesan diterima di ponsel Minji.

'Minji-ya, maaf, aku baru bisa menghubungimu sekarang. Pekerjaanku sangat sibuk belakangan ini. Aku cuma mau menyampaikan hasil sampel dari makanan dan minuman yang kau minta untuk kuperiksa. Kandungan obat bius ditemukan dalam kopi yang kau kirimkan.'

Minji membaca pesan tersebut melalui smartwatch yang dipakainya. Hubungan Hwayoung dengan Minho sudah jelas, lalu bagaimana hubungan antara Minho dengan Jaebum? 

"Oh, Jaebum-ssi. Kau sedang berlibur disini? Bersama Minho?" sekali lagi, jalan terbaik yang Minji bisa lakukan, hanyalah bersikap setenang mungkin.

"Hm?" Jaebum tidak menjawab, hanya melempar senyum yang membuat bulu kuduk Minji berdiri.

"Aku diminta pihak rumah sakit untuk datang ke rumah peristirahatan keluarga Park di Pyeongchang karena Ny. Sooyoung membuat janji konsultasi denganku. Kau tahu Ny. Sooyoung bukan?" Minji memberitahukan keberadaannya dengan cukup jelas pada Jeongguk. 

"Oppa kesana sekarang. Tunggu ya, sayang." Jeongguk segera meraih mantelnya dan keluar dari ruangannya.

"Changmin-ssi, tolong segera hubungi polisi, beritahukan ada wanita sedang dalam bahaya. Minji dalam bahaya, di Pyeongchang, Gangwon-do, rumah peristirahatan keluarga Park. Sayang, kamu bisa katakan alamatnya dengan jelas?" tanya Jeongguk dari panggilan telepon.

"Tentu saja aku tahu, Ny. Sooyoung; tante dari pria itu, Minho dan ibu dari Hwayoung-i bukan?"

"Iya, betul. Beliau dimana ya?"

"Di Seoul, rumah kediaman keluarga Park."

"Begitukah? Saya kira lingkungan Pyeongchang Ski House di 162-22, Chahang-Gil, Daegwallyeong-Myeon ini sangat bagus untuk kandungan Hwayoung." 

"Terima kasih, sayang. Oppa mohon, tolong bertahanlah." suara Jeongguk lagi-lagi terdengar dari airpods di telinga Minji. Minji hanya bisa berharap dia bisa bertahan mengulur waktu hingga Jeongguk datang.

Tapi perjalanan 4 jam dari Seoul ke Pyeongchang, bukanlah waktu yang cepat. Minji juga tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi dalam waktu 4 jam tersebut, karena Jaebum bukanlah manusia pada umumnya. Tapi jika Minji mencoba menggunakan pola pikir seorang Jaebum yang psikopat dan melihat kasus korban yang ditanganinya, pelecehan akan menjadi hal yang paling 'sepele' yang akan diterimanya.

"Hm. Sayangnya, Ny. Sooyoung tidak berminat menggunakan villa ini untuk sementara waktu. Hwayoung menyewakannya setengah harga untukku. Dan ketika dia tahu, aku akan menggunakannya bersamamu, dia memberikannya dengan cuma-cuma."

"Maksudmu?" 

"Banyak hal yang harus kita bicarakan setelah pertemuan privat kita berdua di Belanda. Sebagai awalnya, bagaimana kalau kamu juga memanggilku 'Oppa', sama seperti kamu memanggil pria yang telah merawatmu selama masa pemulihan kemarin?" Jaebum bangkit dari tempatnya dan melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah ke arah Minji.

Psychiatrist LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang