Hwayoung dan Rencananya

39 3 4
                                    

"Maukah kamu menikah denganku?"

Jeongguk merendahkan dirinya, menumpukan dirinya pada satu kaki, berlutut di hadapan Minji.

Minji terkejut, hanya bisa bereaksi menutup mulutnya yang terbuka dengan sendirinya menatap pria tampan tersebut berlutut di hadapannya dengan kotak berisi cincin.

"Kamu sudah mengajarkan Oppa tentang cinta. Sekarang, Oppa pikir, Oppa siap belajar tentang membangun sebuah keluarga denganmu."

Air mata Minji mulai menggenangi pelupuk matanya. Tak bisa berkata-kata, Minji hanya mengganggukkan kepalanya, menjawab lamaran kekasihnya.

Jeongguk tersenyum bahagia. Senyumnya mengembang sempurna di wajahnya. Setelah memakaikan cincin di jari manis tangan kiri Minji, Jeongguk bangkit, mendekatkan dirinya begitu lekat pada Minji, tidak menyisakan sedikitpun jarak di antara mereka.

Dengan ibu jarinya, dia menghapus air mata Minji dengan lembut.

"Terima kasih, Oppa." ujar Minji, bersyukur memiliki satu kenangan indah lagi dalam hidupnya.

"Bukan, Oppa yang berterimakasih." ucapnya dan mencium lembut bibir Minji saat itu juga. Kedua jari-jari mereka saling bertautan bersamaan dengan bertautnya bibir mereka.

Ciuman yang berakhir dengan singkat, tetap mampu meninggalkan mereka sebuah perasaan yang menetap jauh lebih lama yang mereka pernah pikirkan.

"Oppa sangat mencintaimu, sayang." ucap Jeongguk di bibir Minji. Keduanya masih memejamkan mata dan tersenyum. Seolah sedang menyimpan perasaan indah itu dalam-dalam di relung hati mereka.

"Ehem." sebuah deheman menarik mereka dari dunia milik mereka sendiri, kembali ke dunia nyata.

Keduanya mendapati para staf restauran terpaku di depan pintu, sudah bersiap menyajikan makan malam.

Jeongguk dan Minji saling memandang satu sama lain dan tersenyum, sedikit salah tingkah dengan suasana yang ada.

"Mulai sekarang, tolong layani calon istri saya dengan lebih baik ya." kata Jeongguk, memecah kecanggungan yang menyelimuti mereka saat itu. Menggandeng tangan Minji, kembali menuju meja mereka, bersiap menyantap makan malam.

Satu kalimat dari Jeongguk, seketika mencairkan kecanggungan dan menyebarkan perasaan bahagia ke setiap orang yang menjadi saksi pertunangan mereka.

"Baik, Sajangnim. Selamat atas pertunangan kalian." ujar Chef yang bertugas sembari meletakkan piring berisi makanan di hadapan Jeongguk dan Minji masing-masing.

Jeongguk mengambil kembali piring Minji dan memotong-motong daging steak yang disajikan menjadi potongan-potongan kecil, seperti yang dilakukannya di Sky Rose Garden.

Sementara Jeongguk mulai memotong daging steak miliknya, Minji menyuapi daging steak miliknya pada Jeongguk tanpa ada lagi rasa canggung seperti saat dia melakukannya untuk pertama kali. Keduanya jauh lebih menikmati makan malam kali itu dibanding makan malam mereka sebelum-sebelumnya.

Berbincang dan sesekali menampilkan afeksi mereka satu sama lain, membawa staf yang berada di ruangan bersama dengan mereka, ikut merasakan ikatan cinta yang terjalin di antara dua insan manusia tersebut.

* * * * * * *

Minji terbangun di kamar Jeongguk, sendirian, keesokan harinya. Jeongguk dan Minji memutuskan agar Minji menginap setelah kejutan lamaran semalam, karena mereka akan berkunjung ke apartemen orangtua Jeongguk dan memberitakan kabar baik pertunangan mereka.

Minji menggerakkan tangannya, menutup matanya yang terkena pantulan sinar matahari. Alih-alih menghalangi sinar matahari, matanya justru terkena pantulan sinar oleh cincin tunangannya.

Psychiatrist LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang