Permintaannya

31 4 1
                                    

Setelah melakukan kunjungan ke sekolah kemarin, Minji dan rekan satu timnya kembali ke sekolah yang sama untuk melanjutkan konsultasi-konsultasi yang tertunda. 

Cuaca yang masih terbilang dingin, paling tidak, bisa membantu kepala menjadi dingin menghadapi puluhan, mungkin ratusan konsultasi dari para murid. Dari yang sekedar curhat colongan alias curcol sampai permasalahan yang cukup berat yang bisa dihadapi oleh seorang murid. Kasus perundungan juga cukup banyak terjadi.

"Dok, ini, diminum dulu. Bisa untuk sekedar menghangatkan." Minho menyodorkan 1 gelas cappucinno dan sebotol air mineral untuk Minji. 

"Oh, cappucinno. Terima kasih, Minho-ssi, kau seperti membaca pikiran saya." Minji segera meneguk kopi hangat tersebut, turun membasahi tenggorokannya yang mulai sedikit kering karena belum tersentuh cairan apapun bahkan ketika sudah saatnya makan siang. 

Sebagai ketua tim, Minji mempersilahkan anggota timnya untuk beristirahat terlebih dulu, sementara dia tetap melakukan konsultasi. Tapi Minji pun sebenarnya 11-12 dengan Jeongguk, dia lebih memilih untuk bekerja dibanding mengisi perutnya meskipun perutnya mulai terasa sedikit perih. 

"dr. Kim, istirahatlah, saya yang akan melanjutkan." ucap dr. Lee, salah satu rekan sejawatnya yang menjadi satu tim dengannya, bersama Minho dan Chaeyoung. 

Awalnya Minji sedikit ragu tapi akhirnya dia memutuskan untuk mengisi perutnya dengan makanan sebelum nantinya dia menjadi lebih merepotkan timnya jika sampai terjadi apa-apa. Dia mengambil makanan yang sudah disediakan dan mencari tempat yang sedikit sepi untuk menyantapnya, mungkin sekaligus nyaman untuk sekedar berkirim pesan, menyapa kekasihnya.

Tepat ketika Minji menempelkan bokongnya pada paving pelataran sekolah, ponselnya berbunyi menampilkan identitas Jeongguk sebagai si penelepon.

"Hallo?" 

"Oh, cepat sekali diangkatnya. Kamu sedang istirahat?" 

"Iya, baru saja gantian istirahat. Aku juga baru saja mau menghubungi Oppa." jawab Minji sambil membuka kotak makan siangnya. 

"Oh, kita sehati donk."

"Wuih, tumben gombal." goda Minji.

Tak perlu waktu lama, keduanya terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan, meskipun hanya sekedar membicarakan trivia atau hal-hal yang sepele.

"dr. Kim, maaf, apa saya bisa meminta waktu sebentar?" 

"Ah, iya. Sebentar ya." ucap Minji, menjawab interupsi pembicaraannya dengan Jeongguk yang berasal dari Minho.

"Siapa?" tanya Jeongguk di ujung saluran, mendengar suara seorang pria yang menyusup masuk dalam pembicaraan mereka tanpa permisi. 

"Hm? Minho-ssi, salah seorang sukarelawan yang masuk dalam timku. Maaf, aku harus pergi. Aku tutup teleponnya ya, Oppa."

"Tunggu! Jam berapa kamu pulang? Nanti Oppa jemput."

"Aku tidak bisa memastikannya. Tapi yang pasti, jam 10, kami sudah harus selesai." 

"Kabari Oppa kalau sudah mau selesai nanti."

"Hm, nanti aku kabari." 

* * * * * * *

Minji melihat ke arah jam tangannya. Jam 19.10. Daftar siswa yang akan melakukan konsultasi hanya tinggal beberapa orang. Minji mengambil ponsel dari dalam saku jubah dokternya dan mengirim pesan pada Jeongguk.

Jam 21.05, Minji dan tim sudah mulai membereskan semua barang-barang dan bersiap pulang. Seperti biasa, Minji membawa data-data bagiannya untuk dibawanya pulang dan dipelajari lebih lanjut di rumahnya.

Psychiatrist LessonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang