Jasmin, adalah kata lain dari Melati atau lebih tepatnya Melati dalam bahasa inggris. Aku suka nama itu dan aku suka diriku yang jenius bisa menemukan nama itu di dalam otakku.
"jadi,mengapa kau pindah kesini"
Kini aku sedang menyusuri koridor bersama teman baruku, Anna. Kelas pertama tadi benar-benar menguras tenagaku. Beradaptasi benar-benar melelahkan.
"Aku mengikuti Ibuku kesini" jawabku pada Anna.
"Apa Ibumu memang dari California?" wajah Anna benar-benar terlihat penasaran.
"Ya, tapi ayahku berasal dari Indonesia" jawabku lagi.
"Wow, jadi bagaimana kau bisa berbahasa inggris dengan baik?"
Sebelum sempat menjawab pertanyaan Anna, aku melihat laki-laki itu lagi sedang berjalan kearah kami. Ya, dia si hoodie hitam masih dengan earphone ditelinganya, masih dengan wajah datar tanpa ekspresinya tapi kali ini dia menutup kepalanya dengan hoodienya.
Dia terus berjalan melewati kami. Tanpa sadar mataku terus mengikuti setiap langkahnya. Siapa dia sebenarnya, diriku benar-benar penasaran.
"Jasmin ?" Anna menyadarkanku
"Siapa laki-laki itu?" kuputuskan untuk bertanya pada Anna.
"Siapa yang kau maksud"
"Laki-laki yang menggunakan hoodie hitam tadi"
"oh, itu Ray Gilbert" jawab Anna.
"Apa dia memang seperti itu" laki-laki itu benar-benar membuatku penasaran.
"Bagaimana ?" Anna kembali bertanya.
"Maksudku dia benar-benar tidak terlihat seperti manusia. Apakah ada manusia tanpa ekspresi atau dia memang tidak memiliki perasaan". Kuluapkan rasa penasaran ku pada Anna.
Aku tahu orang-orang disini memang terkenal tidak ramah seperti orang-orang di Indonesia tapi bagi laki-laki itu aku memang tidak menemukan apa-apa selain dua alis,satu hidung,dua mata,dan satu mulut di wajahnya. Kau tahu maksudku kan.
"Haha, apa kau tahu nama lainnya adalah ice cube" Anna tertawa.
"aku setuju dengan itu"
Lalu kami saling tertawa. Tidak kusangka aku akan mempunyai teman di hari pertamaku bersekolah. Ini benar-benar menyenangkan.
------------------------------------
"Bagaimana hari pertamamu ?" tanya Ibu begitu aku pulang dari sekolah.
"Not bad" jawabku seadanya.
"Kupikir kau benar-benar harus mengubah kepribadian mu untuk memperoleh banyak teman". Perkataan Ibu terdengar seperti saran.
"No mom, I love myself. Tidak ada yang perlu diubah". Aku benar-benar serius dengan apa yang ku katakan barusan.
Terkadang saran Ibuku terdengar konyol bagiku walaupun aku tahu dia ingin yang terbaik untuk anak satu-satunya ini.
Beberapa detik kemudian terdengar suara Emily memanggilku. Mati, bagaimana bisa aku melupakannya padahal aku sudah janji untuk pulang bersamanya.
"Gracilia !!" terlihat Emily dengan wajahnya yang marah tapi mengapa dia masih terlihat manis. Orang cantik memang selalu beda.
"Emily, I'm soooo sorry" aku menyatukan kedua telapak tanganku seperti yang biasa orang lakukan ketika meminta maaf dan memasang wajah semanis mungkin walaupun aku tahu itu malah terlihat aneh dengan harapan Emily mau memaafkan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine
Teen FictionBunga Jasmin, cukup sederhana.Tidak memiliki warna lain dibalik warna putihnya. Pada matahari ia hidup pada angin ia menyapa. Andai hidupku sesederhana dan sesuci Jasmine. Pasti bukan ini jalan yang ku susuri. Ini mengenai aku dan takdirku. Dan tent...