Part 04

16 1 0
                                    

"Aku rasa kita memiliki sesuatu untuk dijelaskan gadis asia" matanya seolah bersedia menerkamku kapan saja.

"Apa maksudmu, aku tidak memiliki masalah apapun denganmu.". Jawabku gugup. Aiden yang berada disebelahku mulai memusatkan perhatiannya pada kami berdua.

"Really ?, apakah aku harus merekam ulang apa yang sudah kau lakukan padaku agar kau mengingatnya, Jasmin". Katanya sambil menyeringai padaku.

Dan darimana dia tahu namaku. Ini benar-benar mengerikan. Aku merasa canggung pada Aiden yang sedari tadi hanya memperhatikan obrolan kami. Aku hanya tidak ingin dia salah paham.

Ketika aku sedang bergejolak dengan rasa gugupku, dan memikirkan apa yang harus kukatakan, Mrs.Cullen, guru yang akan mengajar dikelas kami. Masuk kedalam kelas yang berarti kelas sudah akan dimulai.

"Ray, duduk ditempatmu. Kelas akan dimulai". Akhirnya Aiden yang dari tadi hanya diam mulai berbicara untuk menyuruh Ray enyah dari hadapanku.

Ray yang kesal terpaksa harus beranjak pergi. Betapa leganya diriku, nasibku masih baik pagi ini. Walaupun aku tahu ini tidak akan bertahan lama. Dia pasti akan terus mencariku untuk membalas apa yang sudah ku lakukan.

Aiden yang menyadari kelegaanku melihatku dan seolah berbicara dengan tatapannya "aku sudah menyelamatkan mu"

Ternyata laki-laki ice cube itu cukup mengerikan. Aku pikir dia seseorang yang pendiam dan tidak pendendam. Melihat dari tampangnya yang lebih sering tidak memperlihatkan ekspresi. Jujur, untuk menebak apa yang ada dipikirkannya merupakan hal tersulit. Aku bersumpah pada diriku tidak akan berurusan lagi dengannya.

Tapi andai waktu bisa diputar kembali, aku tidak akan menyesal atas apa yang sudah kulakukan padanya. Dia memang pantas mendapatkannya apalagi dia sudah berani melukai Emily. Menamparnya adalah hal terbaik yang sudah kulakukan selama berada di negara ini.

------------------------------------------

Aku sampai kerumah dengan nafas terengah-engah. Dari kelas pertama pagi tadi aku sudah kabur duluan sebelum Ray menemuiku. Sampai aku lupa pada Aiden. Bahkan sekali lagi aku melupakan Emily untuk pulang bersama.

Aku benar-bener belum siap untuk berhadapan dengan laki-laki itu. Wajahnya terlalu menyeramkan untuk diajak bernegosiasi.

"kau meninggalkan ku lagi" sontak aku kaget, Ternyata itu suara Emily yang berada di ambang pintu.

"Iam sorry, kau tahu ? Ray menerorku. Dia mungkin sudah gila seharian mengejarku hanya karna aku menamparnya" Kuluapkan semua kekesalanku.

"Ada orang mencarimu dibawah" Emily langsung beranjak pergi bahkan tidak merespon kekesalanku. Apa dia masih sedih karna kejadian kemarin.

Tapi siapa yang mencariku. Aku tidak memiliki teman selain Anna dan Emily. Mungkin saja itu Anna tapi darimana dia tahu alamat rumahku..

Tidak ingin merasa penasaran lebih lama aku langsung turun kebawah untuk melihat siapa yang datang. Sedari tadi aku belum melihat kelibat ibuku. Mungkin dia pergi berbelanja.

Begitu aku membuka pintu betapa kagetnya aku ketika Aiden sudah terpacak didepan pintu dengan senyum candu itu.

"Hey" sapanya

"Hey, darimana kau tahu rumahku"

"Oh, sebenarnya aku pulang bersama Emily karna aku tahu dia sepupumu dan aku tahu rumah kalian bersebelahan". Jelasnya.

"I see, jadi ada masalah apa sampai susah-susah kesini mencariku". Tanyaku.

"Mengapa kau terburu-buru keluar dari kelas tadi, aku bahkan di bisa mengejarmu".

Baiklah sekarang dia kembali bertanya padaku sedangkan pertanyaan ku tadi ia abaikan. Apakah karna itu dia jauh-jauh kemari ?.

"Aku hanya punya beberapa hal yang harus diselesaikan dengan cepat, Maaf jika terkesan mengabaikan mu". Kenapa aku harus minta maaf kepadanya, itu hakku jika ingin keluar kelas dengan cepat mengapa aku harus menjelaskan itu kepadanya. Aku tidak habis pikir dengan diriku sendiri.

"Apa itu bukan karna Ray ?" wajah menampilkan raut penasaran. Aku mulai kesal dengan pertanyaannya. Sifatnya seakan mencoba untuk mengetahui masalahku yang notebene bukanlah siapa-siapanya.

"Apakah aku harus menceritakan bagian itu kepadamu" aku berkata dengan jujur.

"Tidak, maaf jika aku terkesan mencampuri urusanmu. Aku hanya ingin memastikan hubunganmu dengannya" katanya dengan ekspresi bersalah. Dan lebih parahnya lagi hatiku luluh dengan wajah itu.

"Apa kami terlihat memiliki hubungan" tanyaku penasaran walau aku tahu itu sudah terlihat jelas bahwa aku membenci ice cube itu.

"Kupikir begitu. Kalian terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar".

Bullshit, apa yang bisa membuatnya berpikir seperti itu. Jawabannya tidak bisa diterima akal sehatku.

"Are you kidding me ?. Ucapku sambil tertawa. Aiden benar-benar bodoh dalam menangkap situasi.

"Tidak" jawabnya singkat. Sementara aku dapat lihat dia terlihat serius. Tidak ada senyum candu itu. Wajahnya datar memandangiku yang masih menyisakan tawaku. But why so cute. Aku benar-benar sudah gila pikirku.

"Dia melukai Emily, sepupu. Dan aku rasa harus memberinya pelajaran makanya aku menamparnya tapi aku tidak tahu kalau dia akan sedendam ini padaku". Jelasku panjang lebar. Aku tidak tahu mengapa aku harus menceritakan ini kepadanya. Aku hanya pikir aku perlu agar dia tidak salah paham.

"Hanya itu ? What a relief" katanya. Lalu kembali dengan senyum yang dari tadi kucari. Senyum itu benar-benar mengalihkan seluruh duniaku. Tolong jangan bilang jika aku telah jatuh pada pesonanya. Aku belum siap untuk itu.

-----------------------------------

Pagi ini dimulai dengan secercah harapan. Aku bangun dengan mood yang sangat baik. Dari pernyataan Aiden kemarin, yang lega karna aku tidak memiliki hubungan dengan Ray, bukankah itu tandanya dia menaruh harapan padaku juga dan khawatir jika aku sudah memiliki pacar. Aku menyukai kepercayaan diri ini.

Walaupun sebenarnya aku belum pasti dengan perasaaanku padanya tap aku hanya ingin dia menyukaiku agar aku bisa dengan bebas memilih menerimanya atau sebaliknya. Aku egois ?. Memang.

Aku memang egois dalam masalah percintaan. Prinsipku adalah aku hanya akan menyukai seseorang yang sudah terlebih dahulu menyukaiku sehingga aku tidak perlu terlalu repot menebar pesona atau mengemis perhatian.

Begitu aku sampai disekolah, seperti biasa aku akan menaruh tasku diloker dan hanya membawa perlengkapan yang kubutuhkan dikelas.

Anehnya pagi ini aku tidak melihat sosok Anna. Mungkin dia terlambat atau dia tidak masuk. Aku akan mencarinya nanti. Tapi aku juga terus mengarahkan pandanganku ke seluruh penjuru sekolah yang terjangkau mataku, namun nihil aku tidak melihat Aiden dimanapu.

Jadi aku memutuskan untuk masuk ke kelas pertamaku. Ketika sudah sejengkal kakiku menyentuh pintu, seseorang dengan sosok yang jauh lebih tinggi menghalangi jalanku. Sehingga membuat hampir jatuh karna dia benar-benar berhenti dihadapanku.

Sebelum sempat aku meluapkan kekesalan ku wajah itu sudah mampu membuatku terpaku ditempat.

"I got you, girl" wajahnya menyeringai ngeri padaku.

--------------------------------------

Please Vote and Comment
Thank You :)

JasmineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang