Gracilia Melati Putri. Aku benci namaku. Gracilia, nama yang diberi oleh Ibuku berarti terima kasih dalam bahasa latin. Sungguh konyol, apakah aku terlihat seperti orang yang selalu berterima kasih. Lalu Melati Putri, bukankah nama itu terdengar sangat kuno.
Ayahku berketurunan melayu yang tinggal di salah satu kota di Indonesia. Pada saat aku lahir namaku hanya Gracilia namun ayahku mati-matian menginginkan bayi berdarah blasteran ini memiliki nama Indonesia maka terbentuklah Gracilia Melati Putri.Ibuku memang bukan berasal dari Indonesia. Tanah kelahirannya adalah California. Ia berpindah ke Indonesia dengan alasan yang hingga kini tidak kuketahui. Ia akhirnya bertemu dan jatuh cinta dengan ayahku.
Pertemuan mereka sangat manis. Menurut cerita Ibuku, dulu ia pernah bekerja di salah satu toko bunga ditengah kota. Ayahku datang ke toko itu untuk membelikan pacarnya bunga sayangnya sebelum ayahku sempat membayar bunganya ia dihubungi pacarnya ketika itu untuk meminta putus. Ibuku yang menyaksikan kejadian itu, memberikan ayahku bunga itu secara percuma karna kasian.
Seiring berjalannya waktu mereka akhirnya jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.Sangat disayangkan jodoh mereka tidak bertahan lama. Dan disinilah aku sekarang mengikuti Ibuku pulang ke kampung halaman lebih tepatnya di sebuah kota tua di California, San Francisco.
---------------------------------------
Tidak pernah terpikirkan olehku akan berada di kota ini. Dengan lingkungan,budaya, bahkan bahasa yang cukup asing bagiku. Ini adalah pertama kalinya aku kesini setelah sekian lama. Terakhir kali aku kesini ketika aku berumur 3 tahun dan aku sama sekali tidak mengingat apapun kenangan mengenai itu.
Aku juga memiliki masalah dalam bersosial bahkan di Indonesia saja aku hanya memiliki Lisa dan Kyla. Ditambah sifatku yang tertutup dan tidak suka berkenalan dengan orang baru, Dapat ku tebak aku tidak akan memiliki teman disini.Disini aku tinggal di rumah Ibuku dulu. Rumah ini telah lama kosong sejak nenekku meninggal tidak ada seorangpun keluarga Ibuku yang ingin tinggal disini. Tapi saudara Ibuku membeli rumah tepat disebelah rumah ini. Syukurlah setidaknya aku memiliki keluarga terdekat disini.
"Hey girl,long time no see" terlihat seorang wanita berjalan kearahku. Itu aunty Maria, saudara Ibuku.
"aunty,kau terlihat semakin cantik" aku mencoba untuk berbahasa inggris sebisaku. Aunty Maria langsung memelukku yang sedang berada di teras rumah.
"jadi, apa kabar Indonesia ? sepertinya kau terlihat semakin berisi" aunty maria melepas pelukannya lalu menatapku lekat tapi masih memegang bahuku.
"aku makan dengan baik karna aku bahagia aunty" aku berbohong walau aku tahu itu terlihat jelas.
"Baguslah,mana Ibumu" aunty Maria melihat kedalam rumah mencoba mencari sosok yang telah lama tidak ia temui.
"Ibu didalam sedang membuat sarapan" kataku.
"baiklah aku akan masuk membantunya. Kupikir dia pasti sudah lupa membuat sarapan tanpa nasi" Aunty Maria tertawa kecil."Sepertinya aku setuju denganmu" aku mencoba menanggapi candaan Aunty Maria dengan tersenyum.
Belum lama sejak kepergiannya aunty maria kedalam rumah. Aku mendengar seseorang memanggil namaku.
"Gracilia" aku penasaran dengan siapa yang berani memanggilku dengan nama itu. Sampailah aku melihat seorang gadis yang mungkin sebaya denganku sedang berjalan kearahku.
"benar kau Gracilia kan ?" Gadis itu telah sampai dihadapanku. Biar ku tebak, dia pasti anak aunty Maria
"aku lebih suka kau memanggilku Melati" aku mencoba memberikan saranku, terlihat dia tersenyum padaku. Ku akui dia cukup manis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine
Teen FictionBunga Jasmin, cukup sederhana.Tidak memiliki warna lain dibalik warna putihnya. Pada matahari ia hidup pada angin ia menyapa. Andai hidupku sesederhana dan sesuci Jasmine. Pasti bukan ini jalan yang ku susuri. Ini mengenai aku dan takdirku. Dan tent...