12

858 60 17
                                    

Perth patut berbangga diri memiliki Saint dengan segala kesempurnaannya. Saint rela mengandung anak mereka dalam perutnya dan bahkan menjaganya dengan baik. Perth menatap sang istri yang sedang duduk berselonjor di sofa dengan tangan memijat kakinya yang membengkak, Perth menghampiri sang istri dan menaruh kaki sang istri dipangkuannya, ia memijat kaki mulus Saint dengan lembut, Saint tersenyum menatap suaminya. Perth merasa bangga dan hatinya penuh dengan kebahagiaan, tangannya perlahan menaruh kaki sang istri turun dan berganti memeluk lembut istri tercintanya, mengecup pipi cubbynya sayang, ia berterimakasih memiliki Saint dan bayi yang dikandungnya.

.

.

.

.

.

Hidup tidak selalu tentang kebahagiaan bukan? Selain kejutan tentang hal yang menyenangkan hati, terkadang juga kejutan hidup datang untuk menguji hati. Satu kenyataan yang membuat hati Perth serasa tertusuk pisau, firasat buruk yang sudah Saint rasakan namun selalu ia hiraukan. Rahim yang mereka syukuri bisa mengandung buah hati mereka, kini menunjukan keanehan dan mengancam jiwa Saint serta calon anak mereka. Keluhan nyeri diperutnya semakin hari semakin nyata Saint rasakan semenjak kehamilannya memasuki bulan ke delapan. Puncaknya adalah senja ini. Saat matahari mulai lelah menyinari bumi dan bersiap di balik jingga menuju gelap malam. Saint mengerang dan berteriak, rasa sakit luar biasa diperutnya sanggup meruntuhkan pertahanan yang telah ia buat selama ini.

Sejak pagi Perth sebenarnya tidak tega meninggalkan sang istri dirumah, namun pria manisnya itu memaksanya untuk tetap berangkat bekerja. Saint yang tergolek lemah di ranjang mengatakan ia baik-baik saja meskipun hal itu membuat Perth ragu, ia ingin membawa Saint ke rumah sakit namun istrinya yang keras kepala itu menolak, dan akhirnya Perth meninggalkan Saint dengan seorang maid untuk menjaganya.

Perth di kantor sudah merasa gelisah sejak tadi, entah mengapa firasatnya tidak enak dan ingin segera pulang. Belum sampai senja tiba, ia memutuskan untuk segera pulang, sebelum itu ia menghubungi ponsel sang istri namun tidak ada jawaban disana membuat Perth bertambah khawatir, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi dengan nomor sang maid, yang mengatakan jika Saint pingsan serta mengalami pendarahan dan segera dilarikan ke rumah sakit.

Segera Perth melesat ke rumah sakit dengan mengendarai mobilnya secepat yang ia bisa dijalanan yang mulai padat merayap disore hari kota Bangkok. Kepanikan dan kehawatiran tergambar jelas diwajahnya.

Disinilah ia. Internasional Bangkok Hospital. Ruang IGD.

Setelah ia berterimakasih pada sang maid dan menyuruhnya untuk pulang saja, Perth langsung masuk dan menuju sang istri yang telah terbaring dalam keadaan tak sadarkan diri. Dokter yang menanganinya adalah Phi Phana. Melihat wajah kusut Perth yang menatap Saint dalam keadaan demikian.

"Perth..." panggil Phana. Perth tidak bergeming. Matanya masih focus pada wajah Saint yang pucat pasi. Tangan yang berselang infus ia genggam lembut."Kita kecolongan..."

Udara yang dihirupnya terasa tersendat. Sesak didada menyusul kemudian. Memejamkan matanya. Hal yang ia takutkan menjadi kenyataan.

"Aku tidak tahu bagaimana hal ini terjadi. Saint pasti sudah menyadarinya lama... tetapi ia diam saja" ucap Phana.

Semakin erat genggaman tangannya. Semakin air matanya menetes. Perth seolah merasakan sakit yang sama. "Saint tidak pernah mengeluh sebelumnya... tapi beberapa hari ini aku melihatnya kadang meringis seperti menahan sakit, namun ia selalu berkata baik-baik saja... aku pikir itu hal yang normal karena kehamilan yang semakin tua dan bayi yang semakin aktif.." ucap Perth lirih.

Perth menggegam erat tangan Saint. Ia memejamkan matanya dan merasa frustasi.

Perlahan kelopak mata putih itu terbangun dan menampakan iris coklat yang memandang Perth lembut.

All About You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang