"Seongwoo, kau masih berjalan-jalan sendiri!?"
"Ah, Minhyun sudah 2 hari ini berada di rumah sakit. Aku hanya ingin membawakannya sedikit makanan agar ia tidak lelah."
"Kau harusnya katakan padanya untuk hilangkan sementara workaholicmu, Woo. Kau ingat kalau kau sedang hamil besar."
Percakapan dua orang, terdengar di koridor rumah sakit. Salah satunya bernama Seongwoo yang merupakan seorang suami dari pemilik rumah sakit yang tengah dikunjunginya saat ini. Dan ia tengah mengandung dengan usia kandungan 8 bulan lebih sedikit. Dan pria satu lagi adalah Daniel, dokter kandungan di rumah sakit yang sama sekaligus sahabat dekat Seongwoo saat mereka masih sekolah.
"Bagaimana keadaanmu? Saat aku memeriksamu terakhir kali, tekanan darahmu cukup tinggi, Woo. Kau merasa pusing? Mual?"
"Tidak ada keluhan apapun," Seongwoo mengibaskan tangannya dan menggeleng, tersenyum dan tampak berhenti pada sebuah pintu ruangan dimana suaminya Minhyun bekerja, "saat itu aku hanya kelelahan. Kau tidak perlu khawatir."
Ia membuka pintu ruangan yang tampak remang dengan perlahan.
"Hyun, aku membawakan--" perkataannya dan langkah kaki Seongwoo ataupun Daniel terhenti karena pemandangan yang ada di depan mereka. Pria bertubuh jangkung tampak mengagahi seorang pria lainnya yang membaringkan dirinya di meja. Mereka melakukan ciuman panas, bahkan kaki pria diatas meja itu mengangkang dan batang kemaluan pria di atasnya tampak bergerak masuk dan keluar dengan liar.
Mereka melakukan sex, dan salah satunya adalah Minhyun yang seharusnya kekasih dari Seongwoo.
"Apa yang--APA YANG KAU LAKUKAN?!" Justru Daniel yang geram, ia menatap Minhyun yang tampak masih mendesah dan berkeringat itu. Minhyun menoleh dengan tatapan biasa, hingga matanya tertuju pada Seongwoo yang hanya terdiam dengan sebelah tangan memegang perut buncitnya.
"Sudah kukatakan untuk mengetuk dulu. Dan siapa yang menyuruhmu datang?"
"Apa maksud--"
"Maafkan aku," Seongwoo tampak tersenyum, menunjukkan raut wajah sedih sama sekali tidak, "aku hanya ingin memberikanmu makanan. Sudah tiga hari kau tidak pulang kerumah."
"Letakkan saja disana, pulanglah dan jangan ganggu aku," Seongwoo mengangguk dan meletakkan makanan yang ia bawa sebelum berbalik dan menghampiri Daniel.
.
."Tidak seharusnya ia melakukan itu!"
Seongwoo hanya terdiam mendengar Daniel tampak marah di perjalanan mereka pulang. Daniel adalah sahabat baiknya saat SMP hingga kuliah sebelum ia berhenti karena kurangnya biaya. Tentu Daniel akan marah padanya ataupun pada Minhyun. Walaupun hari sudah berganti, Daniel masih tidak habis pikir.
"Orang kemarin kekasihnya..."
"...apa?"
"Mereka hampir menikah, kedua orang tua Minhyun sudah menyetujuinya kalau saja aku tidak hamil," Seongwoo hanya menghela napas dan mengusap perutnya. Daniel mendengarnya, Minhyun seharusnya akan menikah dengan orang lain sebelum ia memutuskan untuk menikahi Seongwoo. Keputusan itu diambil karena Minhyun tanpa sengaja menghamili Seongwoo saat keduanya sedang mabuk di sebuah acara dan berhubungan sex.
Mereka menikah meski kedua orang tua mereka tidak tidak menyetujuinya.
"Tidak seharusnya juga mereka--Woo?" Daniel menoleh pada Seongwoo yang memegangi perutnya dan kepalanya. Brian sendiri sebenarnya sejak beberapa hari yang lalu merasakan mual dan pusing yang berlebihan. Namun, karena Minhyun jarang pulang dan ia selalu sendiri, Seongwoo tidak begitu mempedulikan rasa sakit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRTH STORY OF MALE PREGNANCY (OngNiel Vers.)
Short StoryKumpulan Oneshot kisah Ongniel dengan tema Male Pregnancy; adaptasi dari karya @DarknessSinn :))) Warn: BxB. M-Preg. Don't Like, Don't Read.