Daniel adalah anak dari seorang ketua Vigilante yang ada di Italia. Mereka sangat disegani bahkan oleh para Mafia yang kebanyakan takut dengan kelompok mereka. Tidak sedikit juga yang mengincar nyawa anggota kelompok mereka karena kelompok itu beberapa kali berhasil mengganggalkan kejahatan para kelompok mafia itu.
Seongwoo sendiri adalah pengawal pribadi dari Daniel yang sudah dilatih menjadi bodyguard sejak ia baru bisa belajar. Ayahnya adalah tangan kanan dari ayah Daniel yang sangat dipercayai oleh sang ketua.
Itulah sebabnya Seongwoo yang lebih tua 5 tahun dari Daniel selalu bersama dengan anak itu sejak kecil dan membuat mereka semakin dekat. Tidak heran jika Daniel menyukai Seongwoo yang selalu memanjakannya dan juga melindunginya sejak kecil.
.
.
"Aku menyukaimu Seongwoo!"
Seongwoo menatap Daniel yang sedang berdiri diantara dirinya yang memegang pistol dengan sasaran tembak di belakang Daniel saat ini. Sudah berulang kali Daniel dengan gamblang mengatakan hal itu. Seongwoo tidak pernah menjawabnya dengan serius karena Daniel yang berusia 17 tahun memang sama sekali tidak dewasa dan sangat kekanakan.
"Anda tahu aku bisa menembakkan pistol ini kearah anda bukan?"
"Aku menyukaimu Seongwoooo~ menikahlah denganku," Daniel tampak merengek seperti anak kecil dan memeluk erat Seongwoo. Seongwoo bisa merasakan alkohol yang kuat saat Daniel memeluknya. Dan yang ia tahu, Daniel adalah orang yang tidak tahan dengan minuman alkohol sama sekali.
"Siapa yang memberikanmu bir?"
"Biiir~? Siapa yang memberiku bir~? Dongho hanya memberikanku jus yang sangat enak," Seongwoo tampak menatap wajah merah dari Daniel, kemudian menatap kearah Dongho yang sedang sparring dengan anggota lainnya dengan tatapan tajam.
"Ayo Tuan Muda, aku akan mengantarkan anda ke kamar," Seongwoo meletakkan pistol di meja kecil di dekatnya dan menghela napas sambil merangkulkan tangan Daniel di bahunya.
.
.
"Seongwooaa~"
"Ya-ya, tidurlah tuan muda," Seongwoo menyelimuti Daniel yang tampak mabuk berat dan segera berbalik keluar dari kamar. Namun, saat ia mencoba membuka pintu kamar, pintu itu terkunci. Beberapa kali ia mencoba untuk membukanya, sebenarnya tidak masalah merusaknya tetapi ia setidaknya mencoba untuk tidak merusaknya dulu.
Saat beberapa kali ia mencoba membukanya tidak berhasil, ia akan mendobraknya saat sepasang tangan menahan pintu dan seseorang berdiri di belakangnya.
"Tuan Muda?"
"Kau tidak pernah menganggapku serius karena aku lebih muda daripada kau bukan Seongwoo?"
"Anda sedang mabuk..."
"Lalu kenapa?" Daniel memanyunkan bibirnya dan tampak mendekatkan wajahnya, menanamkan bibirnya pada bibir Seongwoo, menghimpitnya diantara tubuhnya dan pintu itu, "aku sudah bukan anak kecil lagi Seongwoo, dan kurasa aku harus menunjukkannya padamu..."
.
.
"Tunggu, kau apa?"
"Kurasa karena kejadian beberapa minggu yang lalu itu, sekarang aku hamil..."
Seongwoo memberitahu hal itu dengan nada datar dan biasanya. Sementara semua anggota juga Daniel yang mendengar itu tampak membulatkan mata mereka dengan mulut menganga.
"Ada apa?"
"Kau dan tuan muda--"
"Ini semua juga salah kalian," yang sedang hamil dan moody itu hanya menatap tajam pada semua anak buah mereka, "siapa yang membuat tuan muda mabuk dan mengunci kami berdua di kamar?"
Dan semua orang memalingkan wajahnya selain Daniel yang masih membulatkan matanya mendengar berita itu.
"Aku akan menulis surat pengunduran diriku, kau tidak perlu menemuiku setelah ini," Seongwoo menghela napas dan menggelengkan kepalanya. Ia berbalik dan akan meninggalkan Daniel dan juga yang lainnya sebelum pemuda berusia 16 tahun itu menahannya begitu saja.
"Ti-tidak, uh aku sangat senang! Apakah... apakah benar kau sedang hamil Seongwoo?"
"Lima testpack," Seongwoo memutar bola matanya dan memberikan benda itu pada Daniel. Pemuda itu tampak masih mencerna apa yang ada di tangannya sebelum ia memeluk erat Seongwoo.
"Ayo kita beritahu pada ayahku!"
.
.
"Benarkah? Sudah kuduga aku akan dapat keturunan dari Seongwoo."
Jika didalam pikiran kalian ayahnya tidak akan setuju dan menentang hubungan keduanya--atau lebih tepatnya perasaan Daniel pada Seongwoo--tenang saja, bagian ini tidak akan berakhir dengan kisah sedih cinta yang terpisahkan. Ayah Daniel tampak sangat senang mendengar jika ia akan memomong cucu dari Seongwoo.
"Bagaimana kau bisa yakin?"
"Apakah kau tidak sadar bagaimana kau terang-terangan jatuh cinta pada Seongwoo dan benar-benar ingin menikahinya? Ayah sudah meminta izin pada ayah Seongwoo sebelum ia tewas 5 tahun yang lalu untuk merestui hubungan kalian."
"Kalau begitu kapan kami bisa menikah? Apakah besok aku bisa membawa Seongwoo untuk menikah?"
"Sebaiknya tunggu keadaan aman juga sampai cucuku lahir."
Pembicaraan santai antara ayah dan anak itu hanya disaksikan Seongwoo yang tampak menatap dengan tatapan bingung. Pertama, kehamilan pada pria itu tidaklah wajar. Kedua, tentu saja hubungan antar pria juga tidak wajar. Tidak ada yang wajar dari pembicaraan kedua ayah dan anak ini.
"Apakah kalian tidak seharusnya menanyakan dulu hal yang kalian bicarakan padaku?"
"Kita akan berpesta malam ini, persiapkan makanan yang banyak."
"Hei, kalian mendengarku?"
Seongwoo terabaikan dan seenaknya digendong oleh Daniel keluar dari ruangan ayahnya.
.
.
Dokter yang dipanggil secara pribadi datang dan memeriksa kandungan Seongwoo secara berkala. Seongwoo masih tetap bekerja sebagai penjaga dari Daniel, satu hal yang dengan keras kepala ingin Seongwoo pertahankan jika Daniel ingin menikahinya.
"Whoa, kau lihat Seongwoo. Kacang kecil beberapa bulan yang lalu sekarang sudah menjadi sebesar itu," dokter melakukan USG pada Seongwoo di usia kandungan kelima bulan. Tentu saja Daniel selalu menemani sesibuk apapun saat itu ia.
"Oh?"
"Ada apa? Apakah ada masalah? Ia baik-baik saja bukan?" Daniel menatap kearah dokter yang memeriksa keadaan dari Seongwoo.
"Tidak-tidak," dokter itu tertawa dan menggunakan mousenya, menunjukkan beberapa bagian dari USG itu pada Seongwoo dan juga Daniel, "bayi pertama, dan bayi kedua. Selamat, kalian akan mendapatkan anak kembar."
Seongwoo tampak menatap dengan tatapan datarnya, masih bingung sementara Daniel tampak lebih berbinar bahagia mengetahui hal itu. Malam itu, pesta besar diadakan oleh ayah Daniel untuk merayakan kehamilan kembar Seongwoo.
.
.
Seongwoo melihat sekeliling saat mencoba untuk mengamankan Daniel.
Bulan ke delapan, seharusnya ia tidak bekerja lagi karena kandungannya yang semakin besar. Ia benar-benar tidak bekerja, namun Daniel membawanya untuk makan malam saat beberapa pembunuh bayaran datang dan mengincar Daniel.
Mereka sedang bersembunyi sambil mencoba menghubungi bodyguard lainnya saat Seongwoo merasakan kontraksi pertamanya. Meski perutnya sangat mengencang saat ini, ia tetap harus memprioritaskan keselamatan dari Daniel. Ia terus dan terus mengabaikan kontraksi yang ia alami selama beberapa jam dalam baku tembak mereka, sambil berlari semakin dalam kearah hutan yang ada di pinggir kota.
"Mereka masih mengejar?"
"Kurasa, tetapi mereka tidak akan menemukan kita dengan mudah disini," Seongwoo terhenyak sejenak napasnya, menutup matanya dan menarik napasnya perlahan. Ia memegang alat komunikasi di telinganya, "Alpha satu, apakah ada yang bisa mendengar? Alpha satu. Ganti."
Ia kembali mengerang saat perutnya berkontraksi untuk kesekian kalinya.
"Mereka merusak signalnya," Seongwoo akan kembali menyembunyikan Daniel saat Daniel memegang perutnya dengan sebelah tangan dan dahinya yang berkeringat dingin dengan tangan lainnya, "ada apa?"
"Perutmu sangat kencang Seongwoo, apakah kau merasakan kontraksi?"
...
"Aku masih bisa menahannya, keselamatanmu yang lebih penting," Seongwoo cukup kaget karena Daniel bisa mengetahuinya. Ia dilatih sebagai seorang bodyguard sejak kecil, dan mengendalikan emosinya dan juga raut wajahnya adalah satu hal dasar yang diajarkan oleh ayahnya dulu.
"Tidak, ini tidak baik-baik saja. Kau akan melahirkan, kita harus pergi ke rumah sakit," Seongwoo tampak menutup mulut Daniel saat melihat beberapa orang bersenjata tampak berlari dan berada di dekat mereka berada. Para musuh sudah mulai mendekati tempatnya.
"Mereka akan menemukan kita sebelum kita bisa pergi kesana. Tidak ada cara untuk berkomunikasi dengan yang lainnya. Aku bisa mengalihkan perhatian mereka dan kuharap anda akan pergi mencari bantuan."
"Kau gila? Disaat keadaanmu seperti ini kau masih memikirkan tentang keselamatanku?"
"Aku akan mencari tempat bersembunyi untuk melahirkan anak ini, bagaimanapun juga ini adalah anakmu. Aku juga akan melindunginya sepertimu," Daniel hanya bisa diam menatap pria didepannya dengan tatapan tidak percaya, "saat aku berlari kearah berlawanan dan mereka lengah, kau--" ia menutup matanya erat saat kembali kontraksi kuat ia rasakan. Dan ketika itu, tentu bersamaan dengan sesuatu yang basah mengalir diantara kakinya.
"Larilah tuan muda, kurasa aku tidak akan bisa menahan anakmu ini untuk lahir," Seongwoo menutup matanya dan memegang perutnya. Napasnya semakin terlihat berat, Seongwoo sendiri juga sudah merasakan kepala bayi yang semakin mendorong lubang kelahirannya.
"Tidak, mereka tidak akan melihat kita. Kita akan menunggu yang lain datang, aku akan membantumu sekarang," Daniel menoleh kekiri dan kekanan, tidak ada tempat bersembunyi yang cukup aman dan hanya ada danau yang dikelilingi oleh semak yang cukup panjang.
"Lepaskan celanamu dan korset yang kau kenakan..."
"Ini berbahaya..."
"Seperti katamu ini adalah anakku. Aku juga akan melindunginya apapun caranya," Daniel membantu Seongwoo melepaskan korset dibalik pakaian yang ia kenakan. Perut yang buncit dan besar itu terlihat jelas saat korset dilepaskan, "kau bisa melepaskan celanamu Woo?"
Seongwoo menarik napasnya dan akan melepaskan celananya, namun hampir saja terjatuh karena tidak bisa berdiri tegak lantaran kontraksi yang terus menerus. Daniel menangkapnya dengan cepat.
"Tidak apa. Tenang saja, aku akan membantumu," Daniel berbisik dan membantu Seongwoo untuk berpegangan pada pohon didepannya. Ia segera melepaskan celana yang dikenakan oleh Seongwoo dan melihat sesuatu yang sudah crowning diantara kakinya, "sudah berapa lama kau menahannya? Aku sudah bisa melihat kepalanya."
"Mereka mendekat," Seongwoo tidak menjawab, hanya mengambil pistol di dekatnya. Beberapa musuh sudah mencari didekat mereka, namun Daniel segera mengambil pakaian Seongwoo dan menarik pemuda itu.
"Masuk ke danau itu. Tidak akan ada orang yang melihat karena ilalang ini," beruntung saat itu pertengahan musim semi dan suhu udara cukup hangat. Seongwoo perlahan turun dan membiarkan tubuhnya sebagian terendam air. Daniel juga menyusul setelah melepaskan kemejanya dan hanya menyisakan kaus putih yang menjadi dalamannya, "kita aman disini. Ayo Seongwoo... tarik napasmu dan dorong."
Seongwoo membelakangi Daniel yang memegang panggulnya, meremas ilalang disana.
"Ngggh..." ia gigit kayu yang ada di dekat sana yang sudah ia lilit dengan pakaian didepannya untuk meredam suara. Mengedan saat kontraksi ia rasakan, merasakan bagaimana tubuh bayi di perutnya itu terdorong keluar perlahan. Daniel sendiri tampak melihat dari belakangnya bagaimana kepala bayi itu tampak turun perlahan namun beberapa kali tidak bergerak.
"Hnggh... S-susah sekali," Daniel tidak pernah mendengar Seongwoo kesakitan juga kesulitan berbicara seperti itu, "UUUGGGHHH!!!"
Seongwoo tampak berkonsentrasi dengan rasa sakitnya itu, hampir pingsan karena rasa sakit yang ia rasakan saat ini. Konsentrasinya buyar saat isakan pelan terdengar membuatnya menoleh ke belakang.
"Kenapa kau menangis, tuan muda?"
"Ini semua salahku kau jadi kesakitan seperti ini," meski usia Daniel beranjak 17 tahun, ia memang masih bersikap kekanakan dan juga sedikit cengeng. Seongwoo tampak mendengus, berbalik dan mengusap kepalanya.
"Bocah," Daniel terkejut karena masih diejek bocah oleh pemuda berusia 22 tahun itu, "kau akan menjadi seorang ayah dan kau masih cengeng seperti ini? Aku baik-baik saja, anakmu akan baik-baik saja."
"Anak kita," Daniel mengusap air matanya dengan kasar, "ini adalah anakmu juga. Jangan selalu mengatakan seolah kau tidak akan mengakuinya."
Seongwoo hanya bisa membalas dengan tawa, namun raut wajahnya segera berubah kesakitan. Kakinya gemetar dan beberapa kali terpeleset didasar danau yang cukup dangkal tepinya. Daniel segera memegang kedua lipatan kaki Seongwoo dan menaruhnya di lututnya.
"Ayo Woo, keep pushing..."
"Hngggh!!! Hhh... NGGGHHH!!! Oh god," Seongwoo tersentak, ia merasakan sensasi panas saat kepala bayi itu melebarkan jalan lahirnya. Ia meremas bahu Daniel, berusaha untuk tidak berteriak, " it's burning..."
"Tidak apa, sedikit lagi satu dorongan lagi Seongwoo!"
"HNGGGH!!!" matanya menutup, ia meremas kuat bahu Daniel, merasakan kepala bayi yang mendesak keluar hingga ia merasakan kepala bayi yang keluar sepenuhnya terhimpit diantara kakinya.
"T-Tangkap, mereka akan mendengar tangisan bayinya," Seongwoo meraba bagian belakang di tepi danau itu dan mengambil pistol disana, "hhuff... hh... HHNGGGH!!!"
"Sekali lagi Woo!"
"HNGGGaaah!!!" Ia merasakan tubuh bayi yang turun sepenuhnya dan ditangkap oleh Daniel. Daniel segera mengangkatnya dari air dan saat bayi itu terbatuk dan mengeluarkan air dari mulutnya, bayi itu menangis keras.
"Laki-laki," Daniel tampak tertawa dan melihat bayi digendongannya. Seongwoo menatap kearah bayi yang basah itu, tampak hanya tersenyum. Daniel mengambil pisau lipat dari pakaian yang ditanggalkan oleh Seongwoo dan berada di dekat mereka, untuk memotong tali pusat bayi. Ia melihat kearah belakang dan menembak dengan peredam suara kearah beberapa orang yang mendengarnya. Beberapa musuh tumbang, ia memperhatikan musuh di jarak yang lebih jauh belum menyadari tumbangnya beberapa orang dari mereka.
"B-bayi kedua..."
"Ya-ya bayi kedua," Daniel menaruh bayi pertama di tepi danau setelah menenangkannya.
"S-sepuluh menit..."
"Apa?"
"Mereka akan menyadari anggota mereka terbunuh dalam wak...tu, sepuluh menit," Daniel menatap kearah beberapa musuh di jarak yang lebih jauh. Memang, mereka akan segera menyadarinya jika bergerak kedekat mereka, "hngggh... HHHhh... UGHHH!!!"
"Seongwoo, Seongwoo, bayinya sungsang," Daniel tampak berbisik, melihat jemari kaki yang mengintip diantara kaki Seongwoo.
"Kenapa disaat seperti ini," Seongwoo menggeram, "b-bantu aku tarik perlahan bayi itu saat aku mengedan. K-kita harus cepat..."
Daniel mengangguk, mencoba untuk mencari celah diantara kaki Seongwoo. Seongwoo menggigit kain yang ia sumpalkan lagi di mulutnya lebih kuat. Mengedan hingga kaki bayi itu sedikit demi sedikit lahir dibantu oleh Daniel. Rasanya lebih sakit karena Daniel menariknya secara manual, ia hampir saja berteriak saat kaki bayi itu lahir sepenuhnya.
"HNGGGH!!!! NGGGH!!!! NGRRRRH!!!"
"Bertahanlah Seongwoo, sedikit lagi..." Daniel mengurut perut Seongwoo dengan sebelah tangan. Mendadak, salah satu musuh berada di dekat mereka dan mendengar rintihan pelan Seongwoo sekaligus melihat beberapa mayat bergelimpangan disana.
"Ada yang menembak beberapa orang dari ki--" Daniel mengambil pistol yang masih bersiaga ditangan Seongwoo dan menembak orang itu. Seongwoo tidak akan bisa berkonsentrasi ditengah rasa sakit itu, dan Daniel tahu itu.
"Bibirmu berdarah," Daniel tampak melepaskan kayu di mulut Seongwoo menampakkan bibirnya yang tampak tergores oleh serat kayu juga gusinya yang berdarah karena kuatnya gigitan Seongwoo, "tidak apa Seongwoo, jangan menahannya. Aku akan mengurus mereka..."
Seongwoo sedikit ragu, namun pada akhirnya menyerah.
"Ngggh... Aaaakh," Seongwoo kembali mengedan, lebih kuat daripada sebelumnya. Erangannya tidak bisa ia tahan, namun pada setiap musuh yang mendekat, Daniel menembak mereka dengan pistol di tangannya.
"Tinggal kepalanya Seongwoo, anak kita laki-laki semua," Daniel tampak melihat bagian tubuh bayi selain kepala yang bergelantung diantara kaki Seongwoo.
"Hhh... HNGH!!!! Hhhhuuuh... NGGHHH... hh... HAAAKH!!!"
Teriakan Seongwoo bersamaan dengan kepala bayi dan seluruh bagian tubuh bayi yang keluar dari tubuhnya. Seongwoo tampak menangkapnya dan membawanya ke permukaan air. Teriakan itu sukses membuat beberapa musuh berlari kearah mereka, bersamaan dengan tangis bayi mereka yang kencang. Daniel menembaki beberapa musuh yang mendekat, namun peluru di pistolnya tampak habis.
Dengan segera refleks, ia mengambil bayi pertamanya dan mencoba melindunginya saat salah satu musuh mencoba untuk menembak mereka.
DORR!
Tetapi, bukan mereka yang terkena tembakan itu. Beberapa orang berlari dan menembaki musuh mereka. Tim penjaga yang sempat tidak bisa dihubungi saat ini menumbangkan para musuh yang kalah jumlah dari mereka.
"Ketua, Tuan Muda, kalian tidak apa?!" Salah satu dari mereka mendekati Seongwoo dan Daniel, kaget saat mereka menggendong dua bayi disana.
"Periksa tuan muda, dan bantu aku," Seongwoo masih mengatur napasnya, memberikan bayi kedua yang masih terisak pada Daniel. Plasenta keduanya lahir hanya beberapa saat setelah bayi kedua lahir. Seongwoo dibantu naik ke permukaan.
"Seongwoo, kau tidak apa-apa?"
"Aku hanya sedikit..." pandangannya tampak mengabur dan berputar, Seongwoo bahkan tidak sempat menyelesaikan omongannya. Tenaganya cukup terkuras, dan ia akan jatuh jika Daniel tidak menahan tubuhnya.
"SEONGWOO?!"
"Ia hanya kelelahan," salah satu dari paramedis yang memang berjaga untuk melihat keadaan Daniel memeriksanya, dan Daniel hanya menghela napas lega. Ia melihat kedua bayinya yang tampak dibawa ke mobil ambulans yang datang beberapa saat kemudian dan akan membawa Seongwoo juga.
"Istirahatlah, aku akan menemuimu lagi nanti," Daniel berbisik dan mengecup dahi Seongwoo sebelum pemuda itu dibawa kedalam mobil ambulance.
![](https://img.wattpad.com/cover/243435124-288-k969034.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRTH STORY OF MALE PREGNANCY (OngNiel Vers.)
Short StoryKumpulan Oneshot kisah Ongniel dengan tema Male Pregnancy; adaptasi dari karya @DarknessSinn :))) Warn: BxB. M-Preg. Don't Like, Don't Read.