4 : Passion & Disappointment

1.8K 245 32
                                    

"Lucas, shot jarak jauh!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lucas, shot jarak jauh!"

"Dery footstep-nya diperhatikan!"

Sudah sekitar 15 menit teriakan-teriakan seperti itu terdengar dari mulut sang pelatih basket, Moon Taeil. Latihn hari ini dibuka dengan para senior yang melakukan sparing sekaligus evaluasi sudah sebaik apa permainan basket mereka.

Sementara Renjun, Haechan, Jeno, dan Jaemin mereka duduk sebaris di pinggir lapangan bersama dengan anggota basket yang lain. Memperhatikan bagaimana senior mereka bermain dan menunggu giliran.

"Jaem lo jangan takut sama pelatihnya ya, dia emang keliatannya aja galak tapi aslinya baik kok," kata Renjun takut-takut jika Jaemin tiba-tiba mengundurkan diri melihat bagaimana Taeil melatih para anggota tim basket.

Jaemin tersenyum, "enggak, gue gak takut Jun. Tenang aja."

"Tau nih Renjun, emang nya Jaemin sama kayak lo apa? Dimarahin Bang Taeil sedikit langsung mau nangis yeu," sahut Haechan yang disambut gelak tawa teman-temannya.

"Bisa diem gak mulut lo, Chan? Gue kasih koyo baru nyaho lo!" Haechan pura-pura tidak mendengar dan membuat Huang Ngegas Renjun geregetan.

Mereka kembali fokus menonton, kecuali Jaemin yang merasa terusik dengan sesuatu yang berulang kali membentur punggungnya.

Badannya ia putar ke belakang, dan tebak apa yang ia lihat? Siswa dengan badge kelas sepuluh yang duduk tepat di belakang nya terlihat sedang menahan rasa ngantuk yang membuat kepala nya terus-menerus hampir terjatuh.

Jujur Jaemin risih melihatnya.

"Oi, kalo ngantuk jangan dipaksain latihan," peringat Jaemin sambil menahan sebelah pundak adik kelas nya itu agar tidak jatuh.

Dengan wajah syok siswa tersebut menegakkan badannya, "eh sorry Ka gue ngantuk banget."

"Mending lo cuci muka dulu deh, biar ngurangin rasa ngantuknya," ujar Jaemin sambil merogoh saku celana training nya dan mengeluarkan satu buah permen karet.

"Nih nanti kalo udah cuci muka, makan ini!" lanjutnya lalu menaruh permen karet tersebut di atas permukaan tangan adik kelas nya. Lalu tersenyum manis.

Si adik kelas pun mengangguk-angguk dan mulai beranjak pergi ke kamar mandi, "makasih, Kak!"

Jisung.

Jaemin melafalkan nama tersebut dan berusaha mengingat nama yang tercetak jelas di dada kanan seragam anak itu.

Tak lama, kembali terdengar suara peluit yang menandakan permainan selesai. Para senior langsung berhamburan menuju tas nya masing-masing untuk meneguk sebotol air dan mengistirahatkan badan.

Kini giliran Jaemin dan anggota kelas sebelas lainnya yang bertanding. Sedikit berbeda dengan sang senior, kali ini mereka terlihat lebih bersemangat. Maklum, faktor U.

Medicine || ft.njmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang