17 : Let it Be

1.6K 191 10
                                    

happy reading.

Dengan bermodalkan sikap keras kepala nya, Jaemin sudah kembali bersekolah tepat sehari setelah dirinya dinyatakan bisa pulang dari rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan bermodalkan sikap keras kepala nya, Jaemin sudah kembali bersekolah tepat sehari setelah dirinya dinyatakan bisa pulang dari rumah sakit. Alasannya rindu kawan-kawannya dan takut tertinggal pelajaran, katanya.

Semuanya berjalan dengan aman. Beruntungnya, dari pagi hingga menjelang sore, anak itu masih terlihat sehat. Tapi ya hari nya tidak berjalan mulus, ada berita tidak mengenakkan yang harus Jaemin terima.

"Bang, Jaem, gimana jadinya?" manusia bernama Haechan langsung sigap nya berdiri dari bangku dan menghampiri Mark juga Jaemin yang baru saja keluar dari ruang klub basket.

Dua reaksi berbeda ditunjukkan keduanya. Mark seperti menahan amarah sementara Jaemin hanya tersenyum tipis, "gue dikeluarin. But it's okay, gue terima karena emang konsekuensi nya."

"Hah? Serius coach rela ngelepas lo gitu aja?" tanya Jeno, dan Jaemin mengangguk.

"Iya, No. Kriteria fisik gue gak memadai, gue anaknya gampang capek. Salah gue sih dari awal gak jujur sama coach Taeil," jelas cowok itu.

Diam-diam Renjun menghela napas lega, akhirnya Jaemin tidak usah repot repot mengikuti latihan berat yang memang beresiko untuk teman yang sudah ia anggap adik itu.

"Bagus deh kalo gitu," kata Renjun yang membuat Jeno, Haechan, dan Mark menoleh serempak. Tidak percaya dengan ucapan yang terlontar dari bibirnya.

"KOK BAGUS? APANYA BAGUS SIH?"

Bola mata Renjun berotasi, "ya bagus lah. Chan, Jaemin tuh gak sekuat lo yang kek gajah tempur. Denger kan tadi dia bilang apa? Daripada anak orang sakit cuma gara-gara ikut basket, mending ngelakuin aktivitas lain yang gak beresiko."

Raut wajah Mark yang semula kesal mendadak berubah. Seolah tiba-tiba setuju dengan ucapan adik kelas nya itu. Apa yang di katakan Renjun ada benarnya juga.

"Nah, bener apa kata Renjun. Emang lebih baik kayak gini, jadi gue kan gak ngerepotin lo pada kayak tempo hari," yang menjadi topik pembicaraan pun menyetujui nya.

Jeno langsung mencubit pelan bibir Jaemin dan langsung merangkul pundak cowok yang berbadan lebih kecil darinya itu, "ngomong apaan si anjir. Udah ayo balik!"

"Nginep rumah gue mau gak? Hari ini Mama masak besar," ajak Jaemin sebelum mereka beranjak.

"Makan-makan? Mau banget lah," melihat reaksi Haechan, Renjun dengan cepat menoyor kepala cowok itu, "gak ada urat malu nya amat sih. Giliran urusan makanan semangat banget hih."

"Lah iyalah, itu namanya rezeki nyet!"

"Gue balik dulu ya Jaem, nanti gue nyusul sama si Haechan," Mark yang paling anti melihat Haechan dan Renjun bertengkar pun segera menarik Haechan menuju parkiran.

Tiba-tiba Jeno menyahut, "gue juga deh ya Na, mau ganti baju sekalian izin sama bokap nyokap dulu. Gapapa kan?" Jaemin mengangguk.

Hanya tersisa ia dan Renjun. Tanpa bertanya pun Jaemin sudah tahu kalau Renjun enggan untuk pulang ke rumah. Meskipun Jaemin belum terlalu banyak tahu tentang bagaimana keluarga Renjun, cowok itu sebisa mungkin memahami keadaan temannya itu.

Medicine || ft.njmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang