Sudah ketemu alun-alun, belok kiri menyusuri gang. Itu bukan gang, karena lebar, tapi bukan juga jalan, karena terlalu lengang. Lalu apa definisi jalan?
Ah, sudahlah. Pokoknya si putri Malu udah sampai di pintu besar. Itu pintu belakang istana pangeran. Si putri menambatkan kudanya di tempat kuda.
Pintu belakang itu tertutup dan tidak ada penjaga di situ. Si putri coba mendorong pintu gerbang itu, pintu yang terdiri dari dua pintu yang saling terkait.
"Hah!" Si putri kaget, ternyata pintu itu tidak terkunci. Sebelum melangkah masuk, ada yang memanggilnya dari belakang,
"Hei, kamu siapa?" Seseorang yang menuntun kuda menyapa si putri.
"Eh, anu, saya pelayan."
Pria itu mengamati dari ujung rambut sampai kaki. Lalu bertanya kembali, "pelayan darimana? Kamu bukan pelayan di sini."
"Pelayan dari jauh, baru mau bekerja disini jadi pembantu pelayan." Sebisa mungkin menjawab dengan kalem.
Pria itu menutup mukanya dengan kain. Dia tampak aneh dengan pakaiannya. Rambutnya kusut dan lepek, kulitnya sebagian muka yang tidak ditutupi warnanya coklat, biasa terpanggang sinar matahari. Tangan dan kakinya juga coklat. 'Pasti ini penjaganya', pikir si putri malu.
"Ayo kuantar." Si pria itu pun mempersilahkan si putri.
Putri malu segera berjalan di depan. Inilah yang mengherankan. Seorang pelayan tidak akan mendahului. Pria itu jadinya mengikuti putri malu dari belakang dan merasa tahu sesuatu.
Sementara dalam pikiran si putri malu, dia sedang panik, bagaimana cara selanjutnya lolos dari kuntitan si penjaga. Tiba-tiba dia berhenti.
"Eh, anu. Saya harus belok kemana lagi ya?"
"Itu ke kiri, sudah dekat. Saya antar kamu ke kepala pelayan."
Si putri makin panik. Bagaimana kalau si kepala pelayan menolak, karena merasa tidak mempekerjakan pelayan baru.
"Eh, pak penjaga gerbang, saya sudah tahu jalannya, Bapak bisa kembali ke gerbang."
"Kok kamu menyuruh saya pergi. Kamu sebenarnya siapa?"
Degdegdegdegdegdegdegdeg. Jantung si putri seperti mau copot. Dia berkeringat dingin tidak bisa menjawab.
"Saya tahu kamu bukan pelayan, kamu menyusup ke sini."
Degdegdegdegdegdegdegdegdegdeg.
"Ayo saya antar kamu kembali keluar gerbang."
"Eh, saya, eh, ..." Si putri berhenti berjalan dan gugup.
"Ayo! Atau kamu saya laporkan!"
"Eh, jangan! saya akan keluar."
"Sebelum keluar, kamu perlu mengaku kamu siapa?"
Si putri tak bisa berkutik. Kalau dia mengaku putri Malu, bisa jatuh gengsinya, turun harga dirinya, kalau ngaku nama orang lain, dia masih bingung. Diam terus....
"Oke. Karena kamu tidak mau mengaku, maka akan kulaporkan!"
"Eh, saya...saya...Jelita."
"Darimana asalmu?"
"Dari sekitaran sini saja. Saya ingin lihat taman di sini, jadi saya pura-pura jadi pelayan."
"Aku muak sama gaya kamu. Aku tidak suka manusia yang kepintarannya adalah berbohong. Kamu adalah Malu, gadis kurang kerjaan dari Lembah Subur "
Si putri Malu tertunduk, dia merasa sangat malu. Tapi tiba-tiba dia merasa bahwa dia seorang putri,
"Lalu kamu siapa, bicaramu keras sekali kepadaku. Aku juga bisa melaporkanmu."
"Hahahaha, jangan berlindung dari gelarmu untuk berbuat seenaknya. Mentang-mentang kamu seorang putri lalu kamu sok punya kuasa. Hukum di negeri Lembah Tenang itu berlaku. Kamu yang akan diadili."
Nyali si putri Malu kembali menciut. Dia juga tidak mengetahui siapa yang didepannya. Kalau dia melaporkan pun, dia tidak tahu itu siapa dan bagaimana wajahnya.
"Belajarlah lebih banyak lagi. Pintar bukan hanya mendapat pengetahuan dari buku, tapi paham aturan dan etika."
Dalam benak si putri, mana ada penjaga bicara tentang etika. "Kamu pasti bukan penjaga gerbang."
"Pulanglah, aku tidak akan melaporkanmu. Ngomong-ngomong dari kelakukanmu yang terkenal kepo, aku merasa sudah tahu maksud tujuanmu. Percuma juga bertanya kepadamu, karena kamu tidak akan bisa jujur kecuali diancam penjara." Orang ini begitu kesal dengan si putri Malu. Cantik tapi akhlaknya minus.
Masih saja diam di tempat. Si putri Malu tidak beranjak. "Eh, boleh nggak lihat wajahmu?"
Pria itu tambah kesal, "Pulanglah!"
"Iya, iya." Si putri berjalan balik tanpa menoleh menuju kudanya. Dia pulang, nangis dan ingin marah pada Sepai. Dia mau ke rumah Sepai yang sudah berhari-hari menghindarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malu-Malu Kucing
ChickLitPada jaman dahulu ada seorang putri bernama Malu. Dia diam-diam menyukai pangeran Gagah dari negeri tetangga. Putri Malu memang pemalu, tapi malu-malu kucing; kelamaan, nggak maju-maju 😏.