.
.
."Makasih ya Ranu, udah mau nganterin gue pulang," ucap Lika yang sudah duduk di jok belakang motor Ranu, dengan wajah yang berbinar bahagia.
Ranu mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Langit mendung dihiasi awan hitam yang menggumpal, daun-daun kering beterbangan tertiup angin, dan jalanan lumayan sepi. Oh, betapa indahnya sore ini.
"Santai aja. By the way, lo kok tau nama gue? Dan, kayaknya gue juga gak asing gitu sama muka lo," ujar Ranu.
Astaga Ranu Adrian! Cowok tertampan seantero sekolah versi Lika, apa dia gak sadar kalo dirinya terkenal?
"Hehe, siapa sih yang gak kenal sama lo? Iya, gue temennya Adsila."
"Oh, iya sekarang gue inget. Eum, gue juga ngundang lo kan ke acara ultah gue, tapi lo gak dateng ya?"
Sumpah! Ini benar-benar di luar dugaan Lika. Tidak pernah ada dalam benak Lika jika seorang Ranu Adrian akan bicara seperti ini padanya. Dia pikir, Ranu akan banyak diam, karena biasanya yang Lika tahu, Ranu seperti itu. Namun sekarang, kenapa Ranu seperti ini? Bahkan dia sadar jika Lika tidak datang ke pesta ulang tahunnya? Ah, apa ini beneran Ranu? Lika masih tidak yakin.
Lika gelagapan, deg-degan, salah tingkah, dan hampir mati.
Duduk bersama Ranu dengan jarak sedekat ini membuat otak dan detak jantungnya semakin tidak normal. Demi apapun, parfum beraroma khas kayu-kayu-an yang terasa menenangkan ini semakin membuat Lika ingin memeluk Ranu se-erat mungkin, tapi apa daya, Lika sadar diri, dia bau keringat. Parfum yang dia pakai tadi pagi tidak semahal dan tahan lama seperti parfum yang dipakai Ranu. Jadi, dia hanya bisa duduk dengan posisi agak jauh, karena takut Ranu mencium aroma tidak sedap dari tubuhnya. Huh, memalukan!
"Iya. Wah, gue pikir lo gak bakal sadar kalo gue gak dateng, hehehe ...." ujar Lika setelah cukup lama speechless.
Ranu ikut terkekeh. "Nama lo siapa?"
Deg!
"Slow Lika slow! Jangan sampe jantung lo copot sekarang cuma karena Ranu nanyain nama lo! Ingat, cuma nanya nama, bukan nanya 'udah punya pacar belum'. Ingat itu!"
"Lika."
"Oke, Lika. Lucu juga namanya, kayak orangnya."
Lika melotot dan menelan saliva nya susah payah mendengar ucapan itu. Lucu? Lucu dalam artian apa ya? Bisakah Ranu memperjelas ucapannya agar Lika tidak salah paham lalu ke-geer-an?
"Lucu?"
"Kenapa? Lo gak suka dibilang lucu?"
"Ya enggak gitu sih, cuma bingung aja ... gue kan bukan pelawak, lucu dari mananya?"
Ranu tampak berpikir, kemudian dia mengangkat bahu lebarnya.
"Iya juga ya, lucu dari mananya coba?" Ranu tampak menyesali ucapan sebelumnya dengan nada bicara yang dibuat seperti orang bingung.
"Ih, Ranu! Ternyata lo nyebelin ya?!" tanpa sadar Lika memukul pundak Ranu sambil tertawa malu-malu.
"Ih, Lika! Ternyata lo galak ya?!" ujar Ranu meniru gaya bicara Lika dan melebih-lebihkan nya hingga terdengar lebay dan menggelikan.
Keduanya tertawa atas ketidakjelasan obrolan mereka.
"Ternyata gini ya rasanya deket sama cowok yang disuka?" tanya Lika dalam hati sambil menyentuh jantungnya yang masih terpompa dengan cepat.
Seperti ada ribuan kupu-kupu yang sedang mengelilingi taman bunga di hatinya. Rasanya indah dan menggelitik. Tentu, Lika menyukai perasaan ini. Jika bisa, dia bahkan tidak mau menghentikannya, sekalipun jantung copot adalah konsekuensinya.
"Ranu, gue follow lo tau." ungkap Lika.
"Oh ya?" Ranu membulatkan mata dan mulutnya tidak percaya, seperti orang yang baru mendapatkan pekerjaan setelah lima tahun menjadi pengangguran.
Lika yang melihat ekspresi lucu itu dari balik kaca spion hanya terkekeh.
"Iya."
"Namanya siapa? Nanti gue follback."
Tuh kan! Bahkan Ranu tidak tahu bahwa akun Lika sudah dia follback. Bodoh! Dengan kurang ajarnya Lika sempat berpikir bahwa Ranu mem-follback-nya karena sudah mengenalnya dan diam-diam men-stalker akunnya.
"At Lika Zulaikha, udah di follback kok." jelas Lika.
"Oh, gitu ya."
"Iya. Btw, feed lo sedikit banget, gak suka foto-foto ya?"
Astaga kerbau! Lo ngomong apa Lika? Duh, ketahuan kan jadi stalker Ranu sekarang! Gawat!
"Lo ... kepo-in Instagram gue?"
"Ya ... cuma sekali kok, waktu mau follow aja. Beneran deh, gak bohong."
Padahal lebih dari seribu kali, jelas bohong!
"Sesuka lo sih, gak ada yang larang kok mau liat Instagram gue seribu kali pun, hahaha ... iya, gue gak terlalu suka foto-foto."
"Tapi lo ganteng tau, kalo jadi model majalah atau iklan-iklan gitu, pasti bakal laku habis."
Duh! Ini apaan lagi? Kenapa mulut Lika juga sekarang ikutan tidak bisa terkontrol?
Ranu hanya menanggapi dengan tertawa, mungkin karena pujian ganteng sudah sangat biasa dia dapatkan.
"Terimakasih atas kejujurannya."
What? Beneran Ranu bisa ngomong kayak gini? Ah! Bukankah Ranu itu cool boy? Kok bobrok gini sih? Dan kenapa coba Lika malah makin suka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Insecure✓
Teen FictionKatanya... cantik gak selalu tentang fisik, tapi nyatanya? • Cover by canva