Aku pernah mendengar seseorang berbicara, 'Masa SMA adalah masa terindah yang tak akan bisa terulang'. Dan saat ini, aku berdiri di depan gedung SMA Taruna. Sekolah yang cukup populer di kota tempat tinggal ku. Dari SMA ini banyak lahir lulusan yang mendapatkan masa depan yang baik tentunya.
Namun, tetap apa yang dipikiran ku berbeda. Bukan aku berfikir sekolah itu jelek atau hal lainnya. Bahkan dengan sekali lihat pun dari interior bangunannya, kalian akan tau bahwa sekolah ini adalah sekolah yang bagus. Tapi tetap, menurut ku masa depan ku bukan tergantung pada sebuah sekolah yang memiliki kualitas bagus, tetapi tetap pada diriku sendiri yang mau atau tidak untuk belajar dan memiliki mimpi yang akan terwujud.
Bersamaan dengan hembusan nafasku, aku mulai melangkah memasuki gerbang SMA Taruna ini. Aku terus berjalan menyusuri lorong, hingga ketika seorang laki-laki yang memiliki tinggi lebih dariku, menabrakku sampai aku hampir mencium lantai.
"Akh...," pekik ku kaget sambil menjaga keseimbangan ku agar tidak terjatuh.
"Aduh... Maaf ya, aku tidak sengaja, sekali lagi maaf ya, aku duluan ya," ucapnya sambil buru-buru beranjak dari hadapanku.
Aku cukup speechless dengannya. Aku tau, dia sudah minta maaf denganku. Tapi, hei, dia bahkan tidak memeriksa keadaan ku setelah menbrakku dengan cukup keras. Yasudah lah, untungnya aku tidak apa-apa.
Aku pun melanjutkan langkah ku untuk menuju mading sekolah yang berisi informasi tentang dimana aku akan mendapatkan kelas. Seperti dugaanku, mading sekolah akan penuh dengan siswa-siswi yang belum mengetahui dimana mereka ditempatkan. Namun, karena aku ingin cepat-cepat masuk kelas, akhirnya dengan sekuat tenaga aku mencoba untuk masuk ke dalam kerumunan untuk melihat daftar kelas.
Setelah berhasil melihat di kelas mana aku ditempatkan, akupun berusaha kembali untuk keluar dari siswa-siswi yang sedang berdesakan itu. Ya, aku berhasil mengetahuinya, aku ditempatkan di kelas X IPA 5. Aku pun berjalan untuk mencari kelasku. Setelah ketemu aku masuk dan mendudukkan diriku di kursi paling depan, entahlah aku tidak memilih kursi itu, hanya karena ketika masuk melihat bangku tersebut aku langsung mendudukkan diri.
Tak lama, ada seorang gadis mungil yang menepuk pundakku. Aku pun menoleh.
"Boleh aku duduk di samping mu?" tanya nya dengan wajah penuh harap.
"Silahkan, tidak ada yang melarangmu," jawab ku sekalian mempersilahkan.
"Namaku, Larasati Putri. Kamu bisa memanggilku Lara. Salam kenal," ucapnya memperkenalkan diri, sambil mengulurkan tangan untukku jabat.
"Namaku Valda Rachel. Kamu bisa memanggilku Valda. Salam kenal juga, Lara," ucap ku sambil menjabat tangannya.
"Namamu indah, Valda,"
"Hmm... namamu juga tak kalah indah, Lara,"
Ketika Lara ingin kembali membuka suara, suara bel tanda masuk kelas pun berbunyi. Akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk bersuara. Tak lama, seorang guru laki-laki yang berperawakan lumayan tinggi dengan umur sekitar 40-an masuk ke kelasku dan mulai memperkenalkan diri.
"Selamat pagi, semua," buka guru tersebut dengan sebuah senyuman.
"Pagi, Pak," jawab seluruh siswa-siswi kelasku, termasuk aku dan Lara.
"Selamat datang semuanya. Perkenalkan nama Bapak adalah Candra Wijaya. Kalian bisa panggil dengan Pak Candra. Saya akan menjadi wali kelas kalian selama 3 tahun ke depan," jelas Pak Candra sambil memperkenalkan diri.
"Baiklah karena pepatah mengatakan, 'Tak kenal maka tak sayang' dan sekarang saya belum mengenal kalian, jadi saya akan mengabsen kalian satu persatu," lanjut Pak Candra sambil membuka sebuah buku, yang aku yakini terdapat absen kelas ini di dalamnya.
"Bapak akan mulai mengabsen dan ketika nama kalian dipanggil, mohon angkat tangan dan katakan 'hadir' ya!"
Secara serempak pun siswa-siswi di kelas ku menjawab "Iya, Pak,"
Kalian tentu tau bahwa absenku tak mungkin berada di atas, jadi sambil menunggu namaku disebut, aku melihat ke teman sekelasku yang sedang di absen, sambil mencoba untuk menghafalnya. Tepat ketika nama 'Raja Bilal Albirru' disebut aku cukup kaget melihat orang yang namanya disebut itu. Ya, dia yang tadi menabrakku ternyata teman sekelasku dan orang yang akan memberikan kebahagiaan serta luka yang berarti untukku nantinya.
Raja
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja
Teen FictionJika kalian berfikir ini adalah semua kisah anak remaja pada masa SMA nya yang akan selalu terkenang kalian benar tentunya. Namun, kisah ini bukan hanya sekedar kisah semata. Dalam rajutan indah memori seorang gadis yang belum pernah merasakan apa i...