Rafael baru selesai dari toilet ketika melihat ke arah mejanya ada seorang laki-laki dan perempuan yang tampak berbicara dengan Davina. Dari kejauhan tampak sang perempuan menatap kearah Davina dengan tatapan tak suka sedangkan sang lelaki tampak melihat ke arah Davina dengan tatapan seorang laki-laki yang menyukai seorang perempuan. Dan tentu saja Rafael tak suka dengan hal itu. Ia sudah memutuskan jika Davina akan menjadi miliknya dan tak boleh ada laki-laki lain yang menatap kearah Davina seperti itu. Dengan langkah yang cepat dan tegas Rafael pun berjalan mendekat kearah Davina. Dan ia akan menunjukkan kepada mereka siapa Davina sebenarnya.
Dengan langkah yang berani Rafael pun mengaku kepada laki-laki dan perempuan yang sedang berbicara dengan Davina sebagai tunangannya. Ia tak bohong jika dirinya mengaku sebagai tunangannya Davina. Karena itu memang benar adanya. Dan Rafael akan pastikan jika Davina bukan saja menjadi tunangannya tapi juga istrinya.
Laki-laki dan perempuan itu kaget ketika Rafael mengatakan jika dirinya adalah tunangannya Davina. Dan tentu saja Davina yang berada di samping Rafael juga kaget ketika Rafael mengatakan hal itu.
"Kamu tunangannya Davina?" tanya perempuan itu masih tak percaya.
"Perkenalan nama saya Rafael Douglas. Memang kami belum menentukan tanggal pertunangan kami tapi kami sedang membahas kapan pertunangan itu di lakukan. Kalau sudah pasti kami pasti akan kasih undangan kalian. Iya kan sayang?" tanya Rafael yang langsung menarik tubuh Davina semakin mendekat kearahnya.
"Apa?" tanya Davina bingung.
"Maksud aku kalau kita sudah menentukan tanggal pertunangan kita akan memberi tahu teman kamu. Ngomong mereka siapa?" tanya Rafael lagi.
"Oya aku belum memperkenalkan mereka. Raf perkenalkan dia kak Reza anak dari partner bisnis ayah dan yang disebelahnya adalah Regina tunangannya," jawab Davina memperkenalkan kak Reza dan Regina pada Rafael.
"Oooo. Kalau begitu kalau nanti kita sudah menetapkan kapan tanggal pertunangannya kita harap kalian bisa datang ke acara pertunangan kita," kata Rafael dengan wajah datarnya.
Wajah tidak suka terlihat dari wajah Reza karena ia tak menyangka jika Davina memiliki tunangan karena kalau tidak salah Davina tak pernah dekat dengan laki-laki manapun. Tapi tiba-tiba saja ada laki-laki yang mengaku sebagai tunangannya. Apalagi ketika laki-laki itu mengatakan jika dirinya adalah tunangannya wajah Davina terlihat kaget. Apakah laki-laki itu benar tunangannya Davina? Reza masih meragukan hal itu.
"Sayang kita pulang aja sekarang. Tadi ayah kamu berpesan untuk tak pergi terlalu malam jadi aku gak mau membuat ayah dan bunda kamu khawatir," kata Rafael terlihat tak suka dengan reaksi yang di tunjukkan oleh laki-laki bernama Reza itu.
"Iya kita pulang sekarang aja. Kak Reza Regina aku pulang duluan ya. Selamat malam," kata Davina berpamitan.
"Ok Davina. Hati-hati di jalan ya," kata Reza yang terlihat sangat perhatian dengan Davina.
"Anda tidak khawatir Davina akan aman bersama saya. Anda tahu kalau saya tunangannya Davina jadi saya pastikan tidak akan menyakiti Davina," jawab Rafael sambil tetap memeluk Davina.
Davina yang merasa suasana antara Rafael dan Kak Reza sudah tidak nyaman, Davina pun memilih untuk segera membawa Rafael pergi dari sini.
Rafael mengikuti kemauan Davina dan langsung pergi dari tempat itu. Ia sendiri juga sudah tidak nyaman berada disini. Ingin rasanya ia segera pergi dari sini.
Sementara itu wajah Regina tampak marah ketika tunangannya begitu perhatian dengan gadis bernama Davina itu. Dari dulu Regina tahu jika Reza memiliki perasaan kepada Davina. Mungkin jika mereka tidak dijodohkan maka Reza pasti akan lebih memilih Davina. Tapi Regina tak akan membiarkan itu terjadi. Ia akan pastikan Reza menjadi miliknya dan Davina tidak akan pernah bisa mencuri perhatian Reza dari dirinya.
Selama perjalanan Davina hanya diam seribu bahasa. Ia tak tahu harus bicara apa kepada Rafael. Ia terlalu sibuk memahami hal yang baru saja terjadi. Dan itu benar-benar membuat dirinya shock. Rafael yang melihat itu langsung menepikan mobilnya dan ia pun menatap serius ke arah Davina.
"Kenapa kamu berhenti?" tanya Davina ketika tahu Rafael menepikan mobilnya.
Rafael melepas seatbeltnya dan sekarang menatap kearah Davina dengan sangat serius.
"Aku ingin kita bicara serius soal tadi," kata Rafael to the point.
"Bicara soal apa? Soal kak Reza atau soal pertunangan yang kamu omongkan tadi?" tanya Davina sedikit emosi.
"Keduanya. Aku serius soal pertunangan yang aku katakan kepada laki-laki yang kita temui di restoran itu. Aku mau kita segera bertunangan karena aku mau kita menerima perjodohan yang telah orang tua kita lakukan," kata Rafael dengan raut wajah yang serius.
Davina kaget karena Rafael berkata seperti itu. Ia tak menyangka jika Rafael serius menerima perjodohan itu dan menginginkan mereka segera bertunangan. Tapi jujur Davina belum siap. Ia tak mungkin menikah dengan laki-laki yang tidak begitu ia kenal dan juga ia cintai. Bahkan ia dan Rafael belum lama berkenalan dan tiba-tiba saja ia ingin jika mereka berdua bertunangan.
"Raf, tapi kamu tahu jika aku gak bisa bertunangan ataupun menikah dalam waktu dekat. Apalagi kita baru saja kenal bagaimana bisa dua orang yang tidak saling kenal bisa menikah? Kita juga udah sama-sama berjanji untuk mengenal satu sama lain sebelum akhirnya kita memutuskan untuk meneruskan perjodohan ini ataupun tidak," kata Davina mencoba memberi penjelasan.
Rafael mengusap wajahnya kasar ketika mendengar kata-kata dari Davina. Gadis di depannya ini benar-benar tidak bisa Rafael tebak. Ia tak menyangka ditolak oleh seorang gadis. Padahal di luar sana banyak gadis yang bersedia mendapatkan kesempatan ini. Bahkan terkadang mereka melakukan berbagai macam cara untuk bisa menarik perhatiannya bahkan akhirnya bisa menjadi miliknya. Tapi gadis bernama Davina Dirgantara malah menolaknya dengan alasan yang menurut Rafael sengaja dibuat-buat.
"Apa ini semua gara-gara laki-laki bernama Reza itu? Apa kamu punya perasaan sama dia?" tanya Rafael intens.
"Aku gak punya hubungan apa-apa sama Kak Reza. Dia hanya menganggap aku seperti adiknya sendiri jadi tidak mungkin kita bersama. Apalagi ada Regina yang sebentar lagi akan menjadi istri kak Reza. Jadi aku tidak akan menggangu hubungan mereka," kata Davina dengan sorot mata kosong.
Rafael tahu jika Davina suka dengan laki-laki bernama Reza itu. Dan Rafael tak suka dengan kenyataan itu. Apakah ia cemburu ketika Davina suka dengan laki-laki lain? Sepertinya ia mulai mencintai gadis yang bernama Davina Dirgantara.
"Sebaiknya kamu jujur dengan perasan kamu sendiri. Karena jujur aku mulai tertarik dengan kamu. Dan aku ingin kita memulai hubungan dengan baik. Aku ingin kita menjadi pasangan seperti pada umumnya sekaligus membahagiakan kedua orang tua kita tentang perjodohan ini. Aku harap kamu pikirkan baik-baik. Aku akan tunggu jawaban kamu soal ini. Aku tunggu apakah kamu mau meneruskan perjodohan ini ataupun tidak.". Dengan wajah yang serius Rafael menatap ke arah Davina.
Lagi-lagi Davina merasakan jantungnya berdebar ketika mendapatkan tatapan seperti itu. Tapi yang Rafael katakan benar adanya. Ia selalu bohong tentang perasaannya sendiri. Sebenarnya ia suka dengan kak Reza tapi berhububg kak Reza sudah dijodohkan oleh kedua orang tuanya maka Davina memilih untuk pergi karena ia tak suka mengambil apa yang bukan miliknya. Apalagi selama ini kak Reza hanya menganggap dirinya hanya sebatas adik saja. Dan itu benar-benar memutuskan harapan Davina untuk bisa mengutarakan perasaannya kepada kak Reza.
Mobil pun kembali berjalan. Dan Davina masih sibuk dengan pemikirannya sendiri. Ia benar-benar tak tahu harus berbuat apa saat ini. Kepalanya benar-benar terasa penuh saat ini. Apakah ia harus menerima perjodohan ini ataupun menolaknya. Sepertinya Davina akan pusing untuk memutuskan keputusan ini.
Kira-kira apa yang Davina pilih ya??
See you next chapter
Happy reading...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Killer Itu Suamiku
RomanceDavina harus menerima perjodohan yang diatur sang bunda dengan anak laki-laki dari sahabat sang bunda. Tapi yang membuat Davina shock karena laki-laki yang dijodohkan dengan dirinya adalah dosen killer yang sangat ia benci. Bagaimana perjalanan ruma...