GREYZELLA || 01

85 11 6
                                    

CHAPTHER 01 - Awal mula

"Langit pun mengetahui bahwa dia sedang menangis"

***

Angin berhembus sangat kencang, menggoyangkan pepohonan menggugurkan daun-daunnya. Awan hitam menyembunyikan terangnya cahaya sang mentari. Rintik air hujan mulai menetes bergantian. Suara petir terdengar bersahut-sahutan disertai dengan kilatan petir. Semua orang lebih memilih untuk berteduh dan tidak melanjutkan aktivitasnya diluar ruangan. Bahkan burungpun mencari tempat perlindungan. Tetapi beda halnya dengan gadis remaja yang sedang berjongkok didepan gundukan tanah menatap kosong ke batu nisan dihadapannya.

Gemercik air dan derasnya hujan menerpa, bau tanah menyeruak ke indra penciuman. Pakaian yang kering kini sudah basah diguyur hujan. Wajahnya sudah basah dengan alir yang terus mengalir dari sela-sela rambutnya. Matanya memerah seakan sedang menangis, wajahnya bagaikan manusia tak berdarah, pucat.

Tangan kanan gadis itu terulur mengusap batu nisan di hadapannya. Air matanya mengalir bersamaan dengan air hujan. Dia menangis tersedu-sedu ketika membaca tulisan yang terdapat dibatu nisan.

"Ella dateng," gumamnya tersenyum getir. "ma.. mama udah tenangkan disana?" lanjutnya dengan tangis yang semakin menjadi-jadi.

"Mama baik-baik aja ya."

"Jangan mikirin Ella disini"

"Ella nggak sendiri kok Ma, Di sini ada Kakak sama papa yang jagain Ella."

"Mama disana juga ngak sendirikan. Ada adek yang nemenin Mama disana."

"Ella kangen, Mama nggak kangen sama Ella?" lirihnya pelan.

"Sekarang Ella udah jadi anak yang kuat Ma. Mama nggak usah khawatir Ella udah bisa jaga diri," ucapnya terjeda menegapkan tubuhnya dan berusaha tersenyum.

"Ella gak cengen lagi kok Ma," kekehnya menepis kasar air mata yang terus mengalir, namun bukannya berhenti mengalir justru semakin deras bersamaan dengan derasnya hujan yang mengguyurnya. Sepertinya langit pun ikut merasakan kesedihan yang ia rasakan. Ia menangis tersedu-sedu dengan lirihan yang terus keluar dari mulutnya, memeluk batu nisan dihadapannya untuk menyalurkan rasa rindunya.

Ia berhenti menangis membuka matanya ia bingung saat merasakan tetesan air hujan tak menerpa tubuhnya lagi, namun dapat ia lihat bahwa hujan masih sangat deras. Gadis itu mendongak keatas manatap payung yang melindungi tubuhnya. Payung itu di pegang oleh seorang pemuda berhoodie biru dengan raut wajah sendu.

Pemuda itu berjongkok di samping gadis yang menyebut dirinya sendiri dengan panggilan Ella itu. Ia menatap sendu sekaligus khawatir dengan perempuan disampingnnya ini. "Pulang ya," pintanya dengan sangat lembut mebawa gadis itu kedalam dekapannya.

Dirasa Ella sudah tenang ia kembali mengajak untuk pulang, "ayo," ajaknya dengan lembut. Ella hanya membalas dengan anggukan kecil dan berdiri dibantu dengan pemuda yang mengejaknya.

Mereka berjalan keluar area pemakaman, memasuki mobil berwarna merah yang terparkir ditepi jalan. Gadis bernama Ella itu hanya bersandar menatap kosong kearah jalan. Pemuda yang menyetir melihat itu hanya menghela nafas berat. Ia tahu apa yang dirasakannya dan dia juga merasakan hal yang sama, kehilangan dan rindu.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara, hanya ada suara derasnya hujan. Ella sesekali memejamkan matanya karena kantuk. Hingga dia membuka suara, "kakak kok ada disana?" tanya Ella kepada pemuda yang ia panggil kakak.

GREYZELLA - [On going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang