3.(pura-pura)

42 20 8
                                    

Happy reading❤

⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅


Hari ini Zea berangkat ke sekolah bersama papanya. Ia sangat senang saat papanya bilang "nanti papa yang anter ya Ze, sekalian papa mau ketemu sama tukang ketoprak depan sekolah,". Awalnya Zea agak bingung dengan ucapan papanya itu.
Namun ia hanya mengedikkan bahunya tak peduli, yang penting Zea sangat senang saat itu. Pasalnya, karena Aldi jarang bisa mengantarnya ke sekolah.

Saat sampai di sekolah, benar saja papanya itu ikut turun dari mobil.
Lah beneran mau ketemu sama tukang ketoprak? Batin Zea.


"Papa jadi ketemu sama tukang ketoprak? Atau mau beli ketoprak?" Tanya Zea seraya mencium punggung tangan papanya itu.

Bukannya menjawab, Aldi malah terkekeh pelan.
"Udah sana masuk kelas, belajar yang bener ya anak papa,"

Zea hanya mengernyitkan dahinya lalu melambaikan tangannya dan melangkah masuk ke sekolah.

Gadis dengan rambut tergerai itu menyusuri koridor kelas yang sudah agak ramai. Masih dengan pikiran bingungnya. Untuk apa papanya itu menemui tukang ketoprak? Toh, kalau mau pesan ketoprak bisa di mang Ujang depan komplek. Ini segala ke sekolahnya buat cari tukang ketoprak. Akhirnya, Zea hanya mengedikkan bahunya tak ingin memikirkannya lagi. Lalu masuk kedalam kelasnya dan disambut oleh dua manusia yang tengah sibuk dengan beberapa kabel dan lampu diatas meja. Zea tersenyum lalu berjalan mendekat ke arah mereka.

"Sok serius Lo berdua," pekik Zea sambil menggebrak meja didepannya.

"Zea...." Pekik Azka dan Iyan bersamaan. Mungkin mereka terkejut. Karena bohlam lampu yang dipegang oleh Iyan terlempar.


"Ups," Zea membekap mulutnya dengan kedua tangannya.

"Lo jangan gitu Ze, gue ini lagi berusaha biar lampu-lampu ini bisa idup. Lagian Lo kan kelompok gue," ucap Azka yang agak kesal.

"Kelompok kita kali, bukan Lo aja," sewot Iyan ngegas seperti di tanjakan.


"Iya kita," sahut Azka.

"Sorry ya guys, gue bisa bantu apa?" Zea meringis menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Lo duduk aja nggak apa-apa," ucap Iyan.

Zea langsung senang, wajahnya berubah sumringah.

"Ehh enggak enggak... Bantuin lah, enak aja," sewot Azka menarik tangan Zea yang sudah hampir duduk.
Ia memberengengut kesal lalu kembali berdiri disamping Azka.

Zea memperhatikan beberapa untaian kabel dan lampu neon kecil yang berada diatas meja. Jujur saja ia nggak begitu paham dengan praktek-praktek seperti ini. Yang ia pahami betul hanya rumus-rumus matematika fisika.

Baru saja tangan Zea terangkat untuk mengambil salah satu bohlam lampu neon, pekikan cempreng membuatnya terkejut lalu menutup kedua telinganya.
Siapa lagi kalau bukan Anya. Si pemilik suara cempreng yang kalau berteriak bisa sampai 100 oktaf.

"Zea.." pekik Anya yang beru saja masuk bersama Tia.


"Yaampun Nya, gausah treak-treak juga kali," ucap Iyan.

Gianze [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang