BUT, NOT ME

1.3K 117 28
                                    

Jangan lagi kau sesali keputusanku
Ku tak ingin kau semakin kan terluka
Tak ingin ku paksakan cinta ini
Meski tiada sanggup untuk kau terima
-----

Tangan kananku melayang di udara, berhenti sepersekian detik di depan wajah ayunya yang berlinang air mata. Hampir saja sebuah tamparan ku layangkan pada pipi wanita itu. Wanita yang sialnya sangat ku cintai. Hinata.

Aku mengepalkan dengan kuat telapak tangan kananku, sebelum akhirnya ku turunkan perlahan pada samping tubuhku. Nafasku memburu, seiring amarah yang merangsek keluar dari dalam dadaku. Lihat, seberapa fatalpun kesalahan Hinata, aku tidak pernah bisa menyakitinya. Meskipun aku ingin.

Hinata, istriku. Wanita satu-satunya yang teramat ku cintai, wanita yang begitu ku percayai dengan teganya mengkhianatiku. Apa salahku? Padahal aku selalu menjaga kesetiaan untuknya, selalu menuruti segala kemauannya, bahkan hanya sekedar melirik pada wanita lain saja aku tak berani. Tapi ini??

Ku lirik dengan tajam sesosok pria bertelanjang dada yang tergeletak tak jauh dari posisi Hinata. Jangan harap aku hanya diam saja, bahkan hampir saja nyawa lelaki itu keluar dari tenggorokannya jika aku suka. Ya, aku menghajarnya.

"Hiks....."

Aku kembali menatap Hinata ketika suara isakan tangis itu kembali menggema. Aku memandang mata indah itu dengan penuh kecewa. Menatap meneliti pada penampilan istriku yang terlihat....

Aku memejamkan mataku erat. Aku tak akan mungkin sanggup meneruskannya, terlalu menyakitkan untukku.

Baju atasan yang seakan kurang bahan dengan rok mini yang bahkan tak mampu menutupi setengah paha itu melekat pas pada tubuhnya, jangan lupakan lipstik merah menyala yang menyapu bibirnya.

Hinata, sebenarnya apa yang kau pikirkan?

"Kau akan menerima surat ceraimu secepatnya." Aku berucap lirih dan datar setelah kembali membuka mata, menatap Hinata yang terlihat tersentak di tempatnya.

Mata indah itu membelalak, dengan airmata yang semakin deras mengaliri kedua pipinya. Ia menggeleng kuat dengan menggumamkan kata 'tidak' berulang-ulang, pandangannya tak beralih sedikitpun dariku.

"J-jangan..... k-kumohon....." kedua tangan halus itu meraih tangan kiriku, menahan pergerakanku yang akan segera berbalik lantas pergi menjauh dari tempat terkutuk ini.

Ku tatap wajah itu sekilas, kemudian beralih pada genggaman tangannya yang mencengkeram kuat tangan kiriku. Sungguh, aku tidak sanggup untuk lebih lama lagi berada di sini.

"Lepas, Hinata." Aku berujar dingin, tanpa menatap wajahnya. Aku akan kembali terluka jika melihatnya.

"Hiks..... Jangan....."

Suara pedih itu kembali teralun dari bibir tipisnya, seiring rasa sakit yang kembali menerjang dada.

"Ku bilang LEPAS!" Aku membentaknya keras. Sejujurnya baru kali ini aku berbicara dengan nada tinggi padanya. Aku begitu mencintainya, dan saat ini merasa begitu patah hati karenanya.

Ku paksakan untuk menatap dingin pada wajah pucatnya, tentu saja dengan air matanya yang semakin deras mengaliri kedua pipinya.

"Kau.... bukan lagi istriku mulai detik ini."

----

Aku memang manusia paling berdosa
Khianati rasa demi keinginan semu
Lebih baik jangan mencintai aku dan semua hatiku
Karena takkan pernah kau temui, cinta sejati
-----

Aku berjalan, terus melangkah menerjang hujan. Tak ku pedulikan sekujur tubuhku yang basah karenanya. Bahkan harum petrikor yang mulai tercium tak mampu membuat hatiku tenang seperti biasanya. Justru aroma itu terasa begitu memuakkan.

Aku.... hancur. Rumah tangga yang selama ini ku bangun berakhir sudah. Impian, harapan, cita-cita, dan semua yang ku rangkai bersamanya musnah.

Sejenak aku berhenti, kemudian meraup wajahku dengan kasar, menghapus curah hujan beserta airmata yang turun secara bersamaan.

-----

Berakhirlah sudah semua kisah ini
Dan jangan kau tangisi lagi
Sekalipun aku takkan pernah mencoba kembali padamu
-----

Sejuta kata maaf terasa kan percuma
Sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya
-----

Aku tersentak kala merasakan kedua lengan memeluk tubuhku dadi belakang, diikuti dengan sebuah kepala yang bersandar pada punggungku, pula isak tangis yang perlahan terdengar samar di tengah guyuran hujan.

Aku menoleh, dan kembali menemukan dirinya. Hinata. Aku kembali memejamkan mataku dengan erat. Hatiku terasa tersayat.

"Maafkan aku.... maaf..... hiks..... Maafkan aku....."

Kata maaf dari bibirnya terafal berkali-kali. Namun kini hatiku telah mati, bersamaan ketika perselingkuhannya terjadi. Aku.... tidak akan pernah bisa untuk kembali.

"Jangan.... hiks..... jangan tinggalkan aku.... Aku sangat mencintaimu, Naruto-kun."

Aku mengepalkan tanganku kuat. Ucapan darinya justru seakan menambah tumpukan luka yang terpahat. Sakit sekali.

"Kau mencintaiku? Kheh!" Aku tertawa sumbang. Ku lepaskan kedua lengannya yang melingkar di depan dada, membalikkan tubuh mungilnya seketika.

"Aku tidak butuh cinta dari seorang pengkhianat sepertimu." Ku tatap matanya yang memerah dengan tajam. Seiring meluncurnya air mata pada kedua mataku yang tersamar dengan curah air hujan.

"Kita..... sudah berakhir."

-----

Semoga saja kan kau dapati
Hati yg tulus mencintaimu
Tapi bukan aku

----

Aku kembali berjalan menembus derasnya hujan. Sudah tak ku pedulikan lagi rintihan kepedihanmu di belakang. Kau bukan lagi jodohku mulai sekarang.

Terimakasih sudah sudi membahagiakanku selama ini.
Terimakasih sudah mewarnai hari-hariku belakangan ini.
Terimakasih sudah memberikanku kesempatan untuk merasa dicintai.

Meskipun semua itu palsu.

-----

Berakhirlah sudah semua kisah ini
Dan jangan kau tangisi lagi
Sekalipun aku takkan pernah mencoba kembali padamu
-----

Sejuta kata maaf terasa kan percuma
Sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya
-----

Sekarang, aku melepaskanmu.... membiarkanmu terbang mencari cinta sejatimu. Mencari sebuah kebahagiaan dengan lelaki pilihanmu.

Lalu aku?

Kau tenang saja. Kau tak perlu merasa bersalah seperti itu.

Ini semua memang kesalahanku, aku yang sejak awal memaksamu menikahiku. Dan sekarang akhirnya ku tuai apa yang sebelumnya ku tanam padamu.

Kau tak perlu mengemis kata maaf seperti itu, ataupun membujukku untuk kembali padamu. Semua hanya akan menjadi sia-sia.

-----
Sebab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya
-----

ONESHOT NaruHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang