RUMAH

UNO ; CIRCUIT

Malam hari pukul 8 aku masih berkutat dengan tugas sekolah yang menumpuk parah, pr-pr belum ku kerjakan sejak dua hari yang lalu, bahkan penjelasan guru disekolah sering ku abaikan.

"Shine!! " teriak seseorang dari lantai bawah, aku menghela napas.

Memang dia tidak pernah memberikan ketenangan dalam hidupku, barang sekalipun. Agar tidak ada keributan lagi, aku segera turun dari kamarku menuju lantai satu rumah ini.

"Apa, kak Bima?" tanyaku.

Kak Bima menatapku dari atas hingga ujung kaki, lalu menarikku menuju keluar rumah. Ia mendorongku masuk ke dalam mobilnya dan segera menancap gas meninggalkan rumah.

"Mau kemana, Kak? Shine banyak pr gabisa keluar dulu." jelasku hati-hati.

"Diem aja bisa? tinggal ikut apa susahnya." balas kak Bima, aku hanya menghela, sudah biasa kak Bima bersikap kasar dari dulu.

Mobil mengarah ke suatu jalan yang ramai, dipenuhi motor-motor dan juga kerumunan orang, aku beranggapan ini adalah tempat balapan.

Kak Bima turun lebih dulu meninggalkanku, namun kembali berbalik menatapku sinis karena aku tidak kunjung keluar mobil. Setelah aku keluar kak Bima mengunci mobil dan membawaku ke tempat teman-temannya.

"Eh Bim, tumben ngajak adek?" tanya salah satu teman kak Bima yang berambut pirang.

"Hm. Lu sama Nandyla dulu, Shine. Kalo gua panggil langsung dateng jangan bikin ribet." jelas kak Bima.

"Iya kak." balasku, lalu menoleh pada seorang perempuan yang tengah melambai sambil duduk diatas motor ducati.

Aku berjalan kearahnya dan duduk diatas motor itu juga.

"Turun." kata kak Bima datar, membuatku bingung.

Kak Bima menghela napas, ia melepas jaketnya dan melemparkan nya padaku.
"Kalo mau goda cowok sekalian telanjang." cerca kak Bima.

Aku terkejut, lalu melihat pahaku yang terekspos karena rok yang ku pakai terangkat keatas, aku langsung mengikat jaket kak Bima di pinggang.

Padahal yang salah itu dia, mengajakku tanpa menyuruh ganti baju terlebih dahulu.

Kak Bima menaiki motor ducati lain dan jalan mendekati arena balap, aku menonton dari kejauhan. Sejujurnya aku sedih melihat kak Bima menjadi nakal seperti ini, bahkan setelah lulus SMA ia tidak berubah sedikitpun.

···

Kami pulang setelah kak Bima memenangkan 2 ronde balapan. Sekarang sudah jam 12, besok hari Rabu dan ada tugas yang harus dikumpulkan, aku menggerutu dalam hati.

"Kakk, Shine punya pr, kakak kok ngajak kesini sih?" Tanyaku dengan nada kesal.

"Gue tau lo bosen dirumah." jawabnya tanpa mengalihkan pandangan.

"Enggak, Kak! aduhh pr ku numpuk lagi.." gerutu ku.

"Yaudah kerjain sampe pagi, gausah bikin ribet idup sendiri, lu udah nyusahin gue." jelas kak Bima membuatku terdiam, ia kembali mengulang perkataan itu.

Sesampainya dirumah aku melihat ada mobil yang terparkir didepan rumah, itu mobil Ayah, badanku tiba-tiba bergetar.

"Ini yang gue hindarin, Ayah sekarang suka pulang, kunci kamar lu pake gembok yang gue kasih, gausah ganti sandi nya." kata kak Bima yang kubalas anggukan.

Aku berjalan dibelakang kak Bima, bersembunyi dibalik bahunya yang lebar. Lalu segera berlari ke kamar ketika mendengar suara Ayah menyapa kami.

Napasku terengah, aku berusaha menenangkan diri dengan mengelus dadaku. Ketakutanku adalah, orang tuaku sendiri.

···

Aku Sunshine Yuandita, anak kedua dari 2 bersaudara. Bisa dibilang aku tidak cukup bahagia, kedua orangtua ku adalah sepasang monster paling mengerikan yang pernah kutemukan, dan kakak laki-laki ku adalah penopang hidup meski sering menyiksaku.

Hidup itu tidak adil bagi orang yang merasa adil, dan hidup adil bagi orang yang merasa tidak adil. Karena segala kelebihan pasti yang terlihat adalah kekurangannya, dan segala kekuarangan pasti terlihat kelebihannya.

Berjalan dikelilingi ini semua membuatku sadar bahwa, tidak selamanya keluarga lengkap itu bahagia. Sepertiku contohnya.

______________________________
RUMAH, 2O2O. SunnyShinell.