SEIS ; HOAX

0 0 0
                                    

(n.) back to sunshine's point of view.

Pagi hari telah tiba, aku dan Nandyla sudah selesai sarapan bersama orang tua nya, rasanya sangat menyenangkan bisa makan bersama sebuah 'keluarga' utuh, walau Nandyla hanya tinggal bertiga bersama orang tuanya, sedangkan dua kakak laki-laki nya sudah bekerja dikota lain.

Aku memberikan penjelasan singkat tentang keadaanku dan rumahku pada orang tua Nandyla, agar mendapat izin menginap dirumahnya. Mereka tidak terlalu buruk, bahkan Ibu Nandyla menyuruhku tinggal dirumah mereka saja hingga lulus SMA.

Kami menunggu jemputan untuk pergi ke sekolah, ternyata Nandyla sekolah di SMK seberang sekolah ku, Ia menunggu jemputan Fildan, pacarnya. Sedangkan aku tidak tahu bagaimana harus berangkat, biasanya kalau tidak diantar Kak Bima pasti disuruh naik bis.

Deru knalpot motor terdengar, menampilkan dua laki-laki berseragam SMA didepan pagar rumah Nandyla. Kami berdua langsung bangkit menghampiri mereka.

"Shine, sama Aksham ya? gamungkin bertiga kita." kata Fildan, aku mengangguk lalu mengambil helm yang diulurkan Aksham.

Setelah naik tumpangan masing-masing, kami mulai berjalan. Pertama kami mengantar Nandyla dulu baru ke sekolah ku, Aksham juga satu sekolah dengan ku dan Fildan.

···

Saat sampai kesekolah, pandangan beberapa siswa yang menonton kejadian Kak Bima marah kemarin menatapku dengan tatapan mencemooh sekaligus jijik, dari bisikan yang kudengar, mereka bilang ; aku sudah tidak suci bahkan tidak perawan lagi.

Aksham yang mendengarnya menoleh kearahku, lalu merangkul bahuku dan kami berjalan kedalam sekolah. Aksham mengantarku ke kelas 11 Ipa 1, lalu pergi ke gedung seberang karena Aksham anak kelas bahasa.

Aku masuk ke kelas perlahan, mengabaikan tatapan mereka yang sama seperti tatapan siswa diluar tadi.

"Eh jalang! udah sampe ternyata." kata salah satu siswi yang bernama Kesya, yang duduk didepanku.

Aku mengabaikan perkataan Kesya, dan duduk di bangku ku. Namun saat hendak duduk tiba-tiba kursi ku ditarik oleh seseorang dari belakang, yang membuatku menabrak meja belakang, dan tentu saja menyentug luka dan memarku.

Mataku terpejam merasakan rasa sakit dan mencoba mengabaikan tawa seisi kelas, emosi ku naik, meluap hingga wajah dan telingaku memerah. Aku sudah sangat lelah diperlakukan seperti ini, aku mencoba menenangkan diriku.

Namun Kesya berulah lagi, ia menendang kaki ku yang terlentang dan memijaknya.
"Aduh jalang jatuh kasihan, nanti gabisa layanin orang lagi di WC hahahaha." ejeknya.

Seluruh siswa kelas kembali tertawa, aku hanya menggumam dalam hati, berdoa semua guru cepat sampai ke kelasku.

"Ini alasan lu suka gak kerjain tugas ternyata, Shine? supaya di ewe siswa sekolah ini kan?" kata Kesya lagi.

Aku terkejut, ternyata kesalah pahaman yang entah darimana ini meluas hingga kelas lain, emosi ku tidak terkendali dan rasa perih luka ku seakan membuatku gila.

Aku bangkit dari lantai, bernapas dengan tersenggal-senggal, memejamkan mataku dan menggertakkan gigi. Sesuatu mengendalikan jiwa dan pikiranku.

Kaki ku berjalan maju menghampiri Kesya yang ada didepanku, tanganku bergerak mencengkram lehernya kuat hingga tidak bisa bernapas, Kesya memberontak namun aku mengabaikan nya. Teman Kesya dan siswa lainnya hanya terdiam menonton kami berdua tanpa niat membantu.

Kini tanganku mencengkram rahang Kesya dan menancapkan kuku-kuku panjangku pada kulitnya, Kesya berteriak tertahan, aku mendorongnya hingga menabrak ke dinding dan menekan tenggorokannya agar semakin susah bernapas.

RUMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang