Hari telah berganti, dan aku tidak menyelesaikan tugas-tugas ku yang sempat tertunda kemarin. Sampai disekolah aku hanya menunduk takut ketika guru sudah masuk kelas.
"Baik anak-anak, tugas kemarin kumpulkan sekarang." kata guru berkacamata tersebut.
Semua siswa satu persatu berdiri mengantar tugasnya, hanya aku yang setia terduduk di kursi.
Sang guru menghitung jumlah buku tugas dengan teliti,
"Kenapa hanya 29? siapa satu orang yang tidak mengumpul tugas?" tanya nya.Semua murid memandangku mencemooh,
"Kamu lagi, Shine?" tanya si guru lagi, aku mengangguk pelan."Apa kamu suka menjadi tukang bersih WC sekolah, Shine?" tambahnya lagi.
Seluruh murid dikelas menertawakan ku, sungguh demi apapun setiap malam kak Bima selalu mengganggu ku, bagaimana aku bisa mengerjakan tugas dengan baik.
"Ibu tidak tahu apa alasan kamu sering tidak mengumpul tugas, Shine. Hari ini hukumannya sama, ditambah toilet laki-laki, 2 lantai. HARUS bersih, nanti Ibu cek." perintah Bu guru itu.
Aku bangkit hendak berjalan mengambil pel dan ember, namun satu kaki menghadang jalanku membuat aku kehilangan keseimbangan.
*bruk.
Siswa siswi kembali tertawa, aku menghela napas kasar
"Hey hey apa yang kalian lakukan! cepat Shine, pakai peralatan yang ada di toilet." bela Bu guru, aku mengangguk.···
Sambil menahan rasa sakit di lututku yang memar, aku terus membersihkan lantai toilet dengan perlahan. Sekarang tinggal toilet laki-laki yang ada di lantai atas.
Untung aja suasana sepi dan aman bagiku untuk masuk, aku segera menuangkan cairan pembersih lantai di ember yang sudah ku isi air.
Ketika sedang mengepel tiba-tiba 3 siswa datang memasuki toilet, aku menegang, aku berusaha sembunyi namun mereka telah melihat diriku lebih dulu.
"Ey, siapa nih?" tanya salah satu dari mereka.
"Oh ini Shine, anak kelas 11 kan manis? sini dong." kata yang lain sambil menarik tanganku mendekatinya.
Aku memberontak melepaskan tanganku dari genggamannya, namun temannya yang lain ikut membantu menahan tubuhku.
"L-lepas akh!" teriakku.
Aku menendang selangkangan salah satu dari mereka dengan dengkul ku lalu lari keluar dari toilet, namun karena tidak melihat terlebih dahulu, aku menabrak seseorang yang hendak masuk kesini.
"Aw aduhh." keluh ku, aku terduduk dilantai.
"Loh ada cewek? sorry sorry." katanya sambil membantuku, ia melihat wajahku yang hampir menangis.
"Eh sakit banget ya?" kata nya lagi sambil panik.
Aku menggeleng, menggenggam erat ujung seragam laki-laki ini dengan tangan gemetar, memejamkan mata sambil bergumam meminta pertolongan.
"T-tolong aku..."Laki-laki ini melihat ke belakangku, disana masih ada 3 siswa biadab yang sibuk membantu temannya yang kesakitan,
"KALIAN SEMUA GUE TANDAIN YA BAJINGAN!" teriak laki-laki ini kepada mereka.Ia langsung menarikku pergi dari sini, untungnya masih jam pelajaran jadi aku bisa bebas dari tatapan-tatapan keji siswa-siswi disini. Ia mengajakku ke uks yang ada di lantai 3, dan membantu menaikkan badanku ke kasur yang lumayan tinggi.
Dia mengambil obat merah dan juga plester untuk mengobatiku, lalu langsung mengaplikasikan nya di kulit-kulit ku yang terluka.
"Lu diapain sama mereka? trus ngapain juga di toilet cowo?" tanya nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH
Short Storyrumah/ru·mah/ (n.) 1 bangunan untuk tempat tinggal; 2 bangunan pada umumnya (seperti gedung);-- gedang ketirisan, pb istri yang tidak mampu mendatangkan kebahagiaan kepada suami; -- sudah, tukul berbunyi, pbmemajukan keterangan dan sebagainya sesud...