"ANJIM! Ngapain lo siang siang nangkring di pohon mangga gue?" Pekik Tristan begitu melihat Sergio diatas pohon mangga.
Sergio menghela nafas kasar, "NANTI DULU NANYA NYA. SEKARANG AMBILIN GUE TANGGA, BURUAN!" Sahutnya dari atas.
"Ngapain?" Tristan berkacakpinggang.
"MAU TURUN LAH OGEB!" Balas Sergio geram.
Selebgram satu itu tidak tahan berada diatas pohon mangga yang berdekatan langsung dengan terik matahari; panas.
"Oh. Sabar." Tristan berjalan santai menuju halaman belakang dan kembali lagi membawa tangga, tentu masih sangat santai.
"BISA CEPETAN GAK SIH ANJROT." Pekik Sergio gregetan tidak karuan.
"Bentar meng, gue lagi catwalk." Tristan menenteng tangga tersebut seolah benar-benar sedang catwalk. Sukses mengundang emosi Sergio Pratama.
Ingin rasanya Sergio melempar langsung mangga muda yang ada di tangan nya pada Sergio, namun tidak bisa.
Jika Sergio melempari itu pada Tristan maka dia lah yang akan dilempar keluar dari rumah oleh Elysia. Sergio tidak mau.
"Noh! Buruan turun, dasar maling." Tristan mendelik, bukan nya dia tak tahu Sergio mencuri mangga muda nya.
Sergio berdecak, "Pegangin dulu nih! Baru gue jelasin nanti." Ujarnya melempar beberapa mangga ke hadapan Tristan.
Tristan tersentak kemudian mencoba menangkap buah itu sebisanya, Sergio terlalu tiba-tiba,
"Bilang dulu kek kalau mau ngelempar!""Bacot." Sergio turun dengan susah payah, jadi calon Papa muda memang melelahkan.
Berhasil. Akhirnya kedua kaki pria itu memijak tanah dengan sempurna, dia membuang nafas lelah,
"Gue udah nyari mangga muda dimana-mana, kaga ketemu. Gue baru inget temen gue juragan mangga jadi yaudah gue langsung meluncur kesini. Mantep kan?"
Sergio merebut tiba-tiba mangga yang awalnya berada di tangan Tristan, sekali lagi berhasil membuat Tristan mengumpat kesal.
"YA BILANG BILANG DULU NAPA? Itu mangga juga gue tanem buat bini gue woy." Tristan geleng-geleng kepala pasrah.
Sergio mengernyit lalu menepuk pundak sahabat nya, "Tenang. Gue bayar."
Pria itu mengeluarkan dompet tebal yang kebanyakkan diisi uang berwarna merah, "Dua ratus cukup?" Tanya nya sembari menyondorkan.
Tristan menggeleng, "Lima ratus. Soalnya ini ditanam pake cinta." Balas nya menyengir.
Pak
Sergio baru saja memukul kepala Tristan dengan dua ratus ribu nya, "Di pasar aja gak semahal ini anjim."
"Gue tanem nya pake cinta. Cinta itu dari hati, gak semua orang punya hati." Tristan mendengus,
"Bodoamat. Nih ambil, gue buru-buru. Pulang dulu, dah!" Sergio meletakkan dua lembar uang tersebut asal di tanah, biarin Tristan yang mungut.
"LO KIRA GUE PENGEMIS?" Pekik Tristan pada punggung Sergio yang sudah mulai menjauh.
"By, kenapa sih teriak-teriak?" Tanya Sienna yang baru keluar dari rumah. Tadi lagi sibuk makan sampe gak sadar situasi.
"Biasa, temen manusia kelakuan anjing lagi berulah." Umpat Tristan kesal lalu mengambil uang yang diletakkan Sergio. Rezeki gaboleh ditolak.
"Sergio?"
"Yaiya. Gimana ceritanya juga tuh bocah bisa masuk kesini?" Tristan berkacakpinggang lagi.
"Pak Nas kan udah tau kalau dia temen kita, ya dikasih masuk. Tadi juga ada bilang ke aku kok kalau dia mau metik mangga muda buat Elysia, lagi ngidam tuh anak." Jelas Sienna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Us -- S2 --
Teen Fiction[ HAPPY US SEASON 2 ] Isi nya cuma keseharian mereka sebagai orangtua dan pasangan yang sudah menikah. Senangnya ada, sedih nya ada, emosi nya apalagi-- dapet banget disini. -- Yok. Dibaca.