4. Masih Ada Cinta

8.3K 723 57
                                    

"Mas, nggak akan ingkari janji Mas ke aku, kan?"

"Tentu. Aku akan datang ke pertunjukan musik kamu minggu depan," jawab Jevano membuat Avrilla tersenyum puas.

Avrilla adalah seorang pianis berbakat yang bergabung dengan Senja Simphony Orchestra. Kelompok musik simfoni yang menaungi Avrilla itu terkadang juga tampil di luar negeri. Meski Avrilla penyandang tune netra, tapi kemampuan bermain pianonya patut diacungi jempol.

"Makasih ya, Mas. Selama ini Mas selalu nepatin janji, termasuk janji Mas buat bikin aku bahagia."

Jevano mengacak pelan poni Avrilla dengan gemas. Sepupunya ini memang sudah seperti adiknya sendiri.

"Sama-sama," balas Jevano seraya menebar senyuman yang tak dapat dilihat oleh Avrilla.

Avrilla tinggal di rumah orang tua Jevano karena kedua orang tua Avrilla sudah tidak ada. Kedua orang tua Avrilla meninggal setelah kecelakaan tragis sepuluh tahun yang lalu. Avrilla sendiri juga korban dari kecelakaan itu. Beruntung nyawanya masih bisa diselamatkan meski ia harus kehilangan penglihatannya.

"Jev, Mama udah masukin semua bahan makanan di kulkas kamu. Kamu tinggal masak sendiri. Atau suruh Mbak Dinar aja." Mbak Dinar adalah asisten rumah tangga yang dipekerjakan di rumah Jevano. Namun, Mbak Dinar hanya bekerja pagi sampai sore saja.

"Iya, Ma. Makasih."

"Oh iya, Papa kamu pengin kamu pulang bentar ke rumah. Kangen katanya."

"Iya. Besok aku ke sana abis pulang ngajar."

"Kamu tuh makin jarang aja ya pulang ke rumah kami. Kamu nggak kangen sama kami?" tanya Mama.

"Iya, Ma. Besok aku ke sana beneran."

"Oke, kami tunggu. Avrilla juga sering nunggu kedatangan kamu di rumah. Kamu nggak kasihan sama dia?"

"Iya, Ma." Jevano hanya membalasnya singkat. Mamanya memang sangat cerewet. Kalau tetap ditanggapi masalah sepele bisa jadi rumit.

"Mas, aku punya hadiah lho buat kamu." Avrilla mengambil kotak kado dari dalam tasnya. Lantas diberikannya kotak kado itu kepada Jevano.

"Apa ini?"

"Buka aja," balas Avrilla seraya menyunggingkan senyum.

Kotak itu akhirnya Jevano buka. Isinya parfum kesukaannya. Bertahun-tahun mengenal Jevano membuat Avrilla hafal semua barang yang disukai Jevano. Bahkan bisa dibilang Avrilla lebih tahu banyak tentang Jevano dibanding Dysa.

"Kenapa kamu beli parfum ini buat aku?"

"Mas nggak suka?"

"Hmm, bukannya nggak suka, tapi mending uangnya kamu tabung aja. Aku bisa kok beli parfum sendiri."

Mama menyela. "Kamu itu, Jev! Harusnya berterima kasih ke Avrilla udah mau ngasih hadiah kesukaan kamu. Itu artinya Avrilla perhatian sama kamu."

Jevano membuang napas kasar. "Iya, Ma."

"Suka kan, Mas?" tanya Avrilla sekali lagi.

"Iya. Suka kok, Vril. Makasih."

***

Pagi sekali Edgar sudah datang di kontrakan Dysa. Pemuda itu harus bertanggung jawab menjemput Dysa karena motornya dibawa oleh Edgar kemarin. Edgar sendiri sudah mengurus motornya yang sempat ia tinggal di kampus. Sekarang motornya ada di salah satu bengkel dekat kampus.

"Pagi, Mbak Dysa."

"Pagi, Gar. Ayo berangkat sekarang."

"Siap, Mbak."

Dear, Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang