2015
Revo Darius: Udah siap?
Sherena Fidellina: Yup. Kamu udah di jalan?
Revo Darius: Aku didepan rumahmu.
Sherena Fidellina: I'll be there.Sherena keluar rumah dengan mengenakan kaos putih yang dipadukan dengan outer panjang bercorak hampir sebatas mata kakinya. Flatshoes berwarna coklat melingkupi telapak kakinya. Jangan lupakan tote bag berwarna senada yang bertengger di bahunya. Rambutnya dia biarkan tergerai dan wajahnya nampak dpoles make up tipis. Cantik adalah kata yang mendefinisikan Sherena saat ini.
Sabtu pagi ini mereka berencana untuk berjalan-jalan. Sherena juga ingin mencari hadiah untuk dibawa ke undangan makan malam Ibu Revo.
Revo keluar dari mobilnya begitu melihat Sherena keluar dari gerbang rumahnya. Tatapan Revo membeku, tubuhnyapun tidak kalah kaku. Terpesona adalah kata yang menggambarkan Revo saat ini.
"Apa penampilanku aneh?" tanya Sherena, mendapati Revo yang terus saja menatapnya.
"..."
"Revo?" sadar Sherena didepan wajah Revo, melambaikan tangannya.
"Ah, ya?" Revo tersentak.
"Penampilanku benar aneh ya? Apa aku ganti baju saja?" tawar Sherena.
"Iya ya, ah tidak, maksudku-" Revo tergagap dan menangkup wajah dengan tangannya.
"Seburuk itu?" Sherena bertanya lagi, memastikan.
"Baiklah, aku ganti celana saja. Tunggu sebentar," lanjutnya saat Revo tidak menjawab pertanyaannya tadi.
"Tidak tidak, seperti ini saja." cegah Revo cepat.
"Kamu yakin? Aku tidak mau membuatmu malu jalan denganku."
"Kamu cantik, aku hanya terperangah tadi. Maaf." jujur Revo.
Sherena merona malu, disampirkannya rambut miliknya kebelakang telinga.
"Tapi sepertinya kamu terlalu banyak menggunakan perona pipi, Na." goda Revo.
Sherena berjalan ke arah mobil saking malunya. Tangannya kemudian membuka pintu mobil namun tidak berhasil.
"Belum saya buka pintunya, wahai Putri Ayu." Revo semakin gencar menggoda Sherena. Entah sejak kapan, menggoda gadis itu sudah menjadi hobinya.
Revo berjalan mendekat, menekan tombol pada kunci mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Sherena.
"Silahkan masuk, Putri Ayu." Revo menggoyangkan tangannya layaknya ajudan kerajaan yang sedang mempersembahkan sesuatu kepada bangsawan diatasnya.
Sherena tersenyum menahan tawa, kali ini rona di pipinya sudah hilang. Segala hal yang dilakukan Revo selalu memiliki sisi humor bagi dirinya. Salah satu hal yang Sherena sukai dari Revo adalah guyonannya.
"Terima kasih. Putri Ayu ini sangat tersanjung."
Revo menautkan kedua alisnya dan menatap Ela.
"Menyebalkan. Bagaimana seorang wanita bisa balik menggoda seorang pria?" tanya Revo.
"Itu pesonaku." Sherena tersenyum puas.
---
Sudah dua puluh menit mereka menghadapi kemacetan kota. Niatnya, mereka akan pergi mencari kado terlebih dahulu untuk Yona, di butik langganan Sherena.
"Bagaimana bisa semacet ini?" Sherena berseru kesal.
"Ini masih pagi." lanjutnya.
"Ini weekend, Na, wajar. Semua orang pasti akan keluar dari rumah untuk sekedar menikmati liburan singkat dengan berjalan keliling kota bersama keluarganya." Revo menjelaskan.
Sherena diam, tidak berniat menjawab. Mau dijelaskan seperti apapun dirinya tidak akan pernah mengerti. Selama dua puluh sembilan tahun dia hidup, dirinya tidak pernah sekalipun menikmati akhir pekan bersama keluarga.
"Maaf. Sepertinya aku salah bicara." Revo menoleh ke arah Sherena yang tengah melamun menatap jendela samping mobil.
"Tidak apa-apa." Sherena berujar lirih.
"Ngomong-ngomong, kamu mau membelikan apa untuk Ibu?" Revo bertanya untuk memperbaiki suasana.
"Aku berniat membelikan syal. Menurutmu bagaimana?" Sherena menoleh ke arah Revo.
"Boleh. Ibu memang suka mengoleksi syal."
"Benarkah? Aku harap ibu suka dengan pemberianku." Sherena tersenyum cerah, sudah ceria kembali.
"Sebegitu senangnya, hm?"
"Tentu saja. Aku sedang berusaha untuk menarik hati Ibumu, tau." Sherena mengerucutkan bibirnya, gemas sekali.
"Tidak perlu berusaha begitu keras, kamu sudah menarik hati Ibuku, beserta anaknya."
Blush.
Sherena merona lagi, matanya berkedip, kemudian menghindari kontak mata dengan Revo."Kamu sudah mendapatkan restu, Ibuku seratus persen menyukaimu."
"Jantungku," desis Sherena yang tertangkap oleh telinga Revo.
"Ternyata dokter spesialis jantung juga bisa berdebar hebat karena gombalan seperti ini?" Revo menaikkan alisnya, meledek.
'Revo sialan.' batin Sherena.
-.-.-
Olaaaaaa, i'm back!
Bersiap ya, akan tamat dalam 2 chapter!Yang lagi makan singkong kukus,
gwenn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regresi
Short Story[CERITA SELESAI] "Apa kamu membenci Tuhan?" "I just hate the fate not the maker of that" Regresi, 2020 by gwennicy on wattpad