Prolog

128 45 29
                                    

Sesuatu yang berharga itu harus diperjuangkan
-Bulan

🌙⭐

"Bintang Melviano gue suka sama elo!" teriak gadis yang berada di koridor sekolah, sehingga suaranya menggema membuat semua orang menoleh kearahnya dengan tatapan aneh.

Laki-laki tersebut tak menggubris suara yang memanggil namanya, ia terus berjalan seakan tak ada yang memanggil namanya.

"Lan, udah sih. Sampe kapan lo terus-terusan kayak gini?" tanya salah satu sahabatnya.

"Sampe si bintang bales rasa suka gue lah!" gerutu Bulan dengan memasang wajah kesalnya. Ya, namanya adalah Bulan,

"Udahlah, dia itu gak suka sama elo. Emang gak capek ngejar terus?"

Bulan menoleh ke arah sahabatnya itu dengan tatapan tajam.

"Gak! Gue bakalan ngejar tuh cowok terus, gue gak bakalan berhenti buat dapetin dia."

Gadis tersebut tetap keras kepala, membuat kedua sahabatnya pusing melihat tingkah gadis itu.

"Eh, lo mau kemana?" tanya sahabatnya dengan mencekal lengan Bulan, yang hendak pergi.

"Mau ke kelas dia lah!" ucapnya seraya melepaskan cekalan yang menahan lengannya, lalu melenggang pergi.

"Gue pusing ama tuh bocah, sumpah." lenguh Rena, sahabat Bulan.

"Udah, biarin aja. Namanya juga anak remaja, pasti gitu lah kalo udah jatuh cinta." sahut sahabat Bulan satu lagi, yaitu Rebeca.

Dilain tempat

"Eh, misi mau nanya. Ada Bintang gak?" tanya Bulan pada salah satu siswi yang baru saja keluar dari kelas cowok incerannya.

"Ada tuh didalem," jawab siswi tersebut yang membuat senyumnya merekah.

"Ayang Bintang.. Kamu dimana?" teriak Bulan yang baru saja memasuki kelas cowok incerannya, yaitu Bintang.

Cowok itu menoleh, karena merasa namanya dipanggil lalu memasang wajah datarnya setelah melihat siapa yang memanggil namanya.

"Siapa Bin? Pacar elu?" tanya Arkan, teman Bintang.

"Wihh.. Pacar elu nyariin tuh," kekeh Grean yang menampakkan lesung pipinya.

"Bukan," jawab Bintang singkat.

Bulan menghampiri meja Bintang, dengan senyumnya.

"Selamat pagi, Bintang." sapa nya dengan senyum yang menampakkan lesung pipi di wajah cantiknya. Cowo tersebut diam, enggan menggubris cewek gila didepannya.

"Bin, ditanya tuh. Masa cewek cantik lu anggurin sih," ucap Arkan dengan genit nya.

"Males gue," respon Bintang yang membuat Bulan cemberut.

"Nih, gue bawain bekal buat lo. Nanti dimakan ya..," ucap Bulan seraya mengacak-acakkan rambut Bintang, membuat cowok itu menggeram marah. Ketika ia ingin memarahi gadis itu, tapi gadis itu sudah melenggang pergi dari hadapannya.

"Rambut gue anjing," kesalnya, "buat lo aja," ucapnya seraya menggeserkan bekal yang berwarna biru langit itu kepada Arkan.

"Buat gue? Serius?" tanya Arkan meyakinkan, lalu dianggukan oleh Bintang.

"Awas yaa, nanti lo nyesel loh." sahut Grean dengan menggoda cowok tersebut.

"Apaan sih. Makan tinggal makan! Apa mau gue buang tuh bekal?" ucapnya dengan geram, membuat Arkan segera mengambil lalu mengangkat bekal tersebut.

"Janganlah. Mayan dapet makanan gratis, dari cewek cantik pula." ucap Arkan dengan membuka bekal tersebut, lalu memakan bekal tersebut dan berbagi dua dengan Grean.

"Hmmm.. Enak loh Bin, sumpah nih nasi goreng nya enak banget. Gue acungin jempol dua deh, cocok tuh buat pendamping hidup." ucapnya disela kegiatan makannya.

"Bener banget, mana lagi rasanya pas banget di mulut." sahut Grean yang ikut-ikutan menggoda Bintang.

Bintang sebenarnya ingin menyicipi makanan tersebut, tetapi ia terlalu gengsi.

"Ogah. Makan aja sono, kaga usah ngomel mulu. Keselek baru tau rasa lo,"

Teman-temannya hanya menghendikkan bahu saja. Lalu guru masuk kedalam kelas ya, membuat kedua temannya kelabakan dan segera menutup bekal tersebut serta menyimpannya didalam laci Arkan. Bintang ingin tertawa melihat kelakuan kedua sahabatnya itu.

"Arkan! Kamu habis makan ya?" ujar guru tersebut setelah melihat Arkan yang masih mengunyah Nasi goreng tersebut.

"Iya buk. Soalnya tadi belum sarapan. Oh iya, buk, Btw ini saya dibawakan oleh pacar saya loh, buk." ucap Arkan ngawur membuat Bintang mentoyor kepala cowok tersebut.

"Emang ada yang mau sama kamu?" seketika Arkan tersedak ketika ingin meminum, membuat Bintang menahan tawanya.

"Ibu kalo ngomong pedes banget," ucap Arkan dramatis.

"Sudah-sudah. Sekarang kalian buka buku Matematika, kerjakan halaman 60-62."

"Gilak aja buk, soal sebanyak ini? Harus selesai sekarang?" protes Arkan dengan heboh.

"Eh, kamu protes ya.. Mau saya tambah lagi?" perkataan guru tersebut membuat Arkan cengar-cengir sambil menggelengkan kepalanya.

*****

Segini dulu yaa😊 Semoga kalian suka😍

Jangan lupa klik 🌟

See you❤


Tertanda

🌙 Bulan Allisya Shaenette

Bulan (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang