Happy Reading....
.
.
Malam itu vanya dengan kedua orang tuanya sedang menonton tv bersama di ruang keluarga. Vanya adalah anak kedua, dia punya seorang kakak laki-laki bernama Alvaro yang biasa dipangil varo. Tapi saat itu varo tidak dirumah, dia sedang berada di rumah dimana mereka sekeluarga akan pindah kesana.
Dan malam ini adalah malam terakhir Vanya dan keluarganya di Busan. Mereka pindah karna kakak vanya yaitu varo sudah masuk kuliah dan dia masuk ke salah satu universitas di Seoul. Sementara vanya masih menduduki bangku sma kelas 10.
"dek kamu udah siap buat pindah sekolah?"tanya mama vanya pada putrinya.
"udah mah, tapi kita masih bisa kesini kan kapan kapan?"vanya
"masih dong, kan ini rumah kita!"balaas mama vanya.
"hahhh, anak papah kamu pasti sedih ya ninggalin temen temen kamu!"papa vanya merangkul putrinya.
"ya sedih lah pah, kan mereka semua teman baik vanya, pasti kalo vanya pindah vanya gak bisa sering ketemu mereka lagi!"ucap vanya
"iya mamah tau tapi kan vanya masih bisa telfonan dan video call sama teman teman vanya!"mama mengelus rambut vanya.
"hmm iya mah, oh iya kalo gitu vanya mau kekamar dulu ya mah pah udah ngantuk!"vanya
"yaudah kalo gitu, langsung istirahat ya jangan main hp terus!"mama
"iya mamahku sayang!"vanya
"satu lagi, kita berangkatnya pagi jadi pastiin barang-barang kamu udah lengkap yang mau dibawa!"ujar papah
"iya pah, yaudah vanya ke kamar dulu ya night mah night pah!"vanya
"too sayang!!"balas mama dan papa vanya
Vanya pun langsung menaiki tangga menuju kamarnya. Meskipun vanya senang mereka akan pindah ke seoul tapi tetap saja dia sedih karna akan sulit baginya untuk sering bertemu dengan teman temannya di busan. Tapi mau bagaimanapun vanya harus menurut dengan keputusan orang tuanya.
Sampai di kamarnya vanya melihat hpnya menyala di atas lemari kecil di samping tempat tidurnya. Vanya pun mengambil hpnya dan ternyata itu telfon dari temannya di seoul bernama Silvia. Sudah 27 panggilan tak terjawab dari satu nomor dan itu silvia. Karna vanya penasaran kenapa silvia menelvonnya berkali kali, vanya pun menelfon balik.
'hallo'-vanya
'halo van, lo kemana aja sih gue telfonin dari tadi juga'-silvia
'sorry gue tadi lagi sama ortu gue dibawah'-vanya
'alesan aja lo'-silvia
'serah kalo gak percaya, mang napa sih?'-vanya
'gue mau nanya, lo jadi kaga pindah kesini?'-silvia
'kagak'-vanya
'serius woy'-silvia
'ya jadi lah'-vanya
'kapan? Jam berapa? Benaran nih?'-silvia
'besok, jam delapan'-vanya
'beneran ya, gak boong!'-silvia
'iya!!'-vanya
'nice, eh lo udah daftar sekolah belom?'-silvia
'ga tau'-vanya
'lah kok ga tau?'-silvia
'gue kan belom pindah woy mana gue tau!'-vanya
'astaga lo dari dulu sama aja, ga usah dingin dingin banget napa sih kesel gue!'-silvia