2

1.7K 258 39
                                    


Awalnya banyak yang curiga kalau Eliz dibunuh. Orang-orang sekitar memberi saksi bahwa Eliz bukan tipe anak yang memikirkan soal bunuh diri, kenapa dia mau bunuh diri sementara dia terlihat bahagia setiap hari, teman banyak, keluarga kaya dan punya segalanya, dia seperti tidak pernah mengalami kesusahan dan kekurangan apapun. Dia juga baik, ramah, pintar, mantan ketua OSIS yang disegani semua. Kecurigaan tertuju pada seorang anak yang selalu menjadi ranking kedua, di bawah Eliz. Dengan penampilan rambut lurus panjang sepinggang yang selalu terurai, poni panjang sampai hampir menutupi setengah wajahnya dan suka berbicara sendiri, ditambah dia seseorang yang anti sosial membuatnya menjadi target yang mudah untuk dijadikan tersangka. Namun, kemudian hasil otopsi keluar, memberitahu bahwa Eliz sedang hamil 3 bulan. Dugaan siapa tersangkanya pun berganti.

Beredar beberapa thread yang ramai di Twitter, masing-masing berspekulasi kira-kira siapa bapak dari si jabang bayi. Sejauh yang mereka tahu, Eliz tidak memiliki pacar saat itu, dia putus dengan pacar terakhirnya sebelum naik kelas 11 dan mantan pacarnya sudah pindah ke kota lain ketika Eliz memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri. Jadi, thread-thread yang ramai like dan retweet itu semuanya berakhir di jalan buntu, bahkan sekarang, setelah setahun lebih berlalu, thread-thread baru tetap bermunculan dan tetap berakhir sama dengan pendahulunya.

Hana menghela napas, menggeser layar ponselnya yang menampakkan sebuah thread kenapa Eliz gentayangan dan tidak mau pindah dari tempat duduknya di kelas 12-3, kelas paling angker dan paling tenang karena jika mereka berisik, kursi di pojok belakang sebelah kanan yang teronggok sendiri, tanpa teman sebangku, akan bergeser serat, menimbulkan decit nyaring menyakiti telinga. Dalam thread itu dikatakan mungkin pacar rahasia Eliz ada di sana dulunya, mereka sekelas, jadi gadis itu mengganggunya.

Hana berdecak. Teori itu kurang mendukung karena penghuni kelas itu sudah berganti namun, hantu gadis itu masih di sana.

Biasanya Hana tidak tertarik dengan thread-thread seperti ini, rasanya seperti tidak sopan terus membahas orang yng sudah meninggal dengan cara yang ekstrim, tetapi kali ini dia tertarik membaca karena di tahun terakhir SMA ini Hana menempati kelas angker itu.

Hana sendiri belum pernah melihat atau mengalami hal mengerikan di kelas itu, semua cerita hantu diceritakan oleh Mang Didit, penjaga sekolah yang setiap malam berkeliling. Mungkin karena mereka masih baru, baru tiga hari menempati kelas itu dan anak-anak di sana mencari aman agar tidak membangkitkan hantu tidur.

Sebelun kelas dipakai kembali, sebenarnya sudah ada upaya untuk mengusir hantu itu, dari memanggil orang pintar, membuang kursi Eliz, sampai diadakan upacara pengusiran hantu, tetapi semuanya tidak berhasil. Kursi yang pernah disimpan di gudang dan dibuang sampai ke TPA juga, esok paginya akan selalu kembali ke pojok kelas. Karena sepertinya Eliz tidak mau pindah, akhirnya pihak sekolah membiarkan kursi berhantu itu tetap di sana.

Hana melanjutkan membaca thread teori itu, menganggukkan kepala saat penulis mencetuskan hal yang masuk akal, lalu mendengkus mengejek setiap kali gagasan yang di-twit-kan terdengar seperti omong kosong, asal jeplak saja. Pada akhir thread terdapat sebuah kalimat yang selalu menjadi akhir di semua thread tentang Eliz; Seandainya ponsel Eliz ditemukan, teman kita itu mungkin sudah beristirahat dengan tenang. Pasti ada banyak petunjuk jawaban di dalam benda itu.

Hana mendengkus. Setelah sekian lama, mereka harusnya sudah menghilangkan harapan tentang ponsel yang mungkin bisa menjadi kunci jawaban tragedi ini. Hana yakin, kalau ponsel itu ada, paling juga disembunyikan oleh pacar rahasia Eliz, bahkan kemungkinn besar sudah dia hancurkan juga. Mereka harus mulai melihat dari sudut pandang yang berbeda, berhenti menggantungkan harapan pada sebuah benda elektronik yang kemasukan air sedikit saja bisa langsung mati.

***

"Hana, selamat pagi," seorang wanita paruh baya menyapa.

Dengan rambut sebahu dengan ujung rambut dibentuk melengkung keluar dan poni sepanjang garis alis yang dibentuk melengkung ke dalam, membuatnya menggelembung, dan dilengkapi kacamata lebar berbingkai warna emas, beliau nampak seperti guru-guru tahun 90an ala-ala film dahulu. Hana selalu menduga kalau guru BK itu memang berasal dari masa lalu, yang datang ke masa depan untuk mengganggunya dengan semua larangan dan nasihat yang diberikan.

Menyunggingkan senyum kaku, gadis itu membalas sapaan, "Pagi, Bu Asti." Dia lalu mencium tangan Bu Asti. "Permisi, Bu, saya buru-buru. Belum mengerjakan PR." Lalu Hana mengapit lengan Ning dan menyeretnya pergi dari sana.

"Heh. Anak bandel! Dinamai Pekerjaan Rumah bukan tanpa alasan! Jangan lupa datang ke ruangan ibu sepulang sekolah!"

Seruan itu mengiringi langkah cepat Hana menaiki anak tangga ke lantai dua. Sementara dia bersungut-sungut kesal dengan kelakuan gurunya itu, sahabat di sampingnya justru tertawa terbahak-bahak.

"Bersimpatilah sedikit, wahai Ningrum keturunan ningrat nggak jadi."

"Dih. Orang salahmu sendiri beliau jadi seperti itu."

"In my defence, gue nggak tahu kalau jawaban normal menurut gue itu merupakan alarm tanda bahaya buat dia."

"Yah, maybe tergantung sikon. Tapi, setahun lalu itu, kan, semuanya serba sensitif, alarm para psikolog yang datang juga gampang menyala."

Tragedi bunuh diri Eliz dulu sempat membuat kegiatan sekolah berhenti lebih dari seminggu untuk kepentingan penyelidikan lebih lanjut. Ketika akhirnya mereka sudah diijinkan sekolah, anak-anak yang menyaksikan peristiwa itu diwajibkan menemui konselor untuk memeriksa keadaan mental dan trauma mereka. Ada tiga atau empat psikolog yang didatangkan sekolah, dan Hana kebetulan menjadi anak yang 'diperiksa' guru BK sekolah ini.

Hana tidak memikirkan apa-apa saat diwawancara Bu Asti, dia memang sedikit curiga sewaktu guru itu terus saja mencoretkan ujung pulpen pada kertas evaluasi di depannya, tetapi dia tidak memikirkannya lebih jauh, dipikirnya itu normal. Namun, beberapa hari kemudian orang tuanya dipanggil, mengatakan pada mereka bahwa Hana kekurangan rasa simpati, lalu anggapan beliau semakin parah melihat orang tua Hana tidak terlalu bereaksi, hanya menjawab 'oh, baik, Bu. Nanti kami beri tahu Hana untuk menambahnya'.

Koprol.

Hana tertawa sampai sakit perut ketika mendengar cerita ibunya, walau ada perasaan ngeri membayangkan bagaimana isi kepala Bu Asti, dia tetap tidak berhenti tertawa menikmati bayangan wajah kaget gurunya itu. Dia punya feeling bahwa dia akan lebih sering dipanggil ke ruangan Bu Asti setelah itu dan dugaannya benar. Paling tidak, seminggu sekali Hana menghabiskan waktu dua jam di ruangan membosankan itu.

"Ya mana gue tahu. Nggak ada yang ngasih tahu gue," Hana menggerutu.

"Hana Banana, my baby, itu harusnya udah jadi rahasia umum, pengetahuan yang didapat dari insting otomatis setelah melihat keadaan."

Hana menghela napas, mengetahui dia kalah dalam perdebatan yang timbul karena kebodohannya sendiri.

"You can call me stupid. You can call me ignorant. 아님 어떤 다른 뭐라 해도. I don’t care. I’m proud of it. 난 자유롭네. No more irony. 나는 항상 나였기에. 손가락질 해, 나는 전혀 신경 쓰지 않네." Hana bernyanyi sembari bergerak mengikuti tarian BTS dalam lagu Idol tersebut.

Ning memutar bola mata walau ada akhirnya dia ikut bernyanyi juga namun, dia tidak mengikuti Hana menari, biar saja temannya yang satu itu yang menjadi pusat perhatian orang. Sebagai sahabat yang baik, Ning hanya mengawasi agar Hana tidak menabrak orang lain karena dia menari di depan Ning sambil berjalan mundur. Namun, ketika ada kesempatan bagus, Ning membiarkan temannya itu menabrak seseorang.

"Aduh." Hana segera mumutar badan. "Sorry. Nggak sengaja." Gadis itu segera bersembunyi di balik punggung Ning setela melihat siapa yg ditabraknya.

Yang ditabrak hanya melihat Hana, mengangguk singkat, lalu pergi begitu saja, membuat kedua bahu gadis itu turun.

Seseorang menepuk bahunya, seorang pemuda tersenyum ramah pada Hana. "Menurut gue, kalau mau joget, trus jogetan lo nggak luwes-luwes amat, mending nyewa studio pribadi, biar nggak malu-maluin." Setelah mengatakannya, pemuda itu melarikan diri, menghindar dari pukulan yang hendak dilayangkan Hana.

"Pisara jeleeeeek!!"

***

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang