Chapter 6

30 3 2
                                    


   Holla guys, apa kabar? Aku come back yah. Ada yang kangen? Kalo gak yah gpp, hehehe....

    Langsung aja komen dan vote sekarang juga

.

.

.

   Sinar matahari memasuki gubuk, membuat Lofa membuka matanya, ia terkejut setengah mati karena jarak dengan Rafka sangatlah dekat. Dengan seketika Lofa menjauh, "Lo cowok mesum, kenapa lo tidur deket-deket sama gue, hah?!" teriak Lofa yang membuat Rafka terbangun.

    "Berisik." seru Rafka yang masih belum sadar.

    Lofa sangat kesal, ia menggeplak tangan Rafka. "Lo cowok gila!" teriak Lofa.

    "Bisa gak lo diem, gue masih ngantuk nih. Lo tuh yah bangun-bangun udah teriak terus nyerocos gitu." dumel Rafka.

    "Yah semua karena lo, yah semua cewek juga bakal sama lah." seru Lofa.

    "Gak semuanya cewek kayak lo, cewek di luaran sana gak pernah nolak tuh kalo gue ajak tidur bareng," celetuk Rafka.

    Lofa menatap horor ke Rafka, "Damn it. Lo ketua osis gila, lo mesum. Dih berarti cewek yang lo ajak tidur bareng itu murahan." seru Lofa.

    "Gimana dengan lo sendiri?" tanya Rafka.

    "Yah kan ini bukan atas dasar kemauan gue sendiri, ini tuh kehimpit dan terpaksa." sergah Lofa.

    "Serah lo deh."

    Perut Lofa berbunyi membuat Rafka terkekeh pelan, kemudian ia menarik Lofa untuk keluar dari gubuk, mereka berjalan entahlah kemana, yang jelas Rafka ingin menemukan warung.

    "Woy ini mau kemana sih, daritadi jalan melulu? Lo gak tau gue lagi laper, capek nih, lemes badan gue. Tinggal nunggu ajalah angkotan umum disini." seru Lofa yang berdecak kesal.

    "Udah mending lo diem, mulut lo itu rasanya mau gue sumpel." ketus Rafka.

    "Serah lo." pasrah Lofa.

    Dari arah depan, Lofa melihat warung makan, ia sangat senang namun senyumnya kembali luntur ketika dia ingat bahwa tidak ada uang. "Lo mau makan di warung itu? Kita gak punya uang, gimana?" tanya Lofa.

     "Dibayar pake tenaga emang gak bisa?" tanya Lofa.

     "Gue mah bisa aja sih, cuman lo kan-" ucapan Lofa terputus karena Rafka cepat-cepat menarik Lofa untuk sampai ke warung itu.

     "Permisi Bu, kami berdua ketinggalan bus camping, em gimana ya Bu, dari kemarin kemi berdua belum makan nasi boleh gak Bu kami makan disini, tapi Ibu tenang aja, kita bisa bayar pake tenaga Bu, kita bisa cuci piring atau gak jadi pelayan." seru Rafka, entahlah tidak ada sikap pembrontakan di dirinya, ini murni dari hatinya.

     "Baiklah, kalian duduk saja nanti akan Ibu siapkan makanan. Melihat kalian mengingatkan masa muda Ibu saja." serunya yang tersenyum dan kemudian menyiapkan nasi dan lauk pauk.

     Keduanya duduk di meja, sedangkan Lofa hanya diam, ia tak menyangkan jika sikap Rafka bisa seperti ini, ia kira Rafka hanya cowok yang sok. "Gue minta maaf udah nyalahin lo di kejadian ini, dan gue ucapin makasih lo selalu cari cara biar kita bertahan hidup." seru Lofa.

    Rafka menatap Lofa, tidak biasanya cewek itu bersikap lembut padanya. "Santai aja kali," timpalnya.

    Ibu penjual nasi meletakan nasi plus lauk pauk di meja yang Rafka dan Lofa duduki, "Dimakan yah, kalian tidak perlu membayar makanan ini, Ibu pernah di posisi kalian," serunya.

     "Terima kasih Bu." seru Lofa.

     "Sama-sama, dimakan yah." serunya yang kemudian kembali ke dapurnya.

      Sedangkan Rafka dan Lofa segera makan, Rafka hanya menggelengkan kepalanya ketika melihat Lofa yang makan seperti kesetanan. "Lo laper apa doyan?" tanya Rafka.

      "Gue laper, lo gak tau seberapa lapernya jadi gue, mending lo lanjutin makan lo itu." seru Lofa yang kemudian melanjutkan suapan nasi di sendoknya.

    Setelah selesai makan, Lofa dan Rafka mendekati Ibu penjual nasi untuk mengucapkan terima-kasih.

    "Bu kami sangat berterimah kasih kepada Ibu yang telah membantu kami, sekali lagi saya ucapkan terima kasih Bu," ujar Lofa yang menunduk sopan.

    "Ibu gak ngerasa keberatan kok, yasudah ini ada uang buat naik angkot yah." seru Ibu penjual nasi yang memberikan selembar uang ke Lofa.

    Lofa meminta persetujuan ke Rafka, namun cowok itu mengangguknya. Kemudian Lofa menerima uangnya. "Makasih Bu, yasudah kami pergi dulu." ujar Lofa.

    "Hati-hati yah."

    "Sekali lagi makasih yah Bu." ujar Rafka.

     Keduanya berjalan menuju pinggir jalan untuk menunggu angkotan yang lewat. Setelah beberapa menit ada satu angkotan lewat, dengan cepat Rafka menghentikan angkot tersebut, dan keduanya memasuki angkot.

    Lofa duduk di samping Rafka, gadis itu menghela nafasnya. "Gue lega banget akhirnya dapet angkot." lirih Lofa yang tersenyum.

    Rafka melirik ke Lofa dan tersenyum, gadis di sampingnya benar-benar aneh menurutnya. "Mending lo diem, daritadi ribut melulu." timpal Rafka.

    "Yeh, lo yang seharusnya diem." balas Lofa yang melotot.

    "Eh Pak, masih lama gak sama tempat camp?" lanjut Lofa.

    "Sekitar 50 menitan lagi Neng."

    "Yah lama dong," keluh Lofa.

     Rafka menggelengkan kepalanya dan mengusap kepala Lofa karena gemas sendiri. "Tidur kalo bosen, daripada ngoceh terus, gak capek tuh mulut?"

    Tatapan Lofa langsung sinis kepada Rafka, ia tak terima jika Rafka mengomentarinya. "Ulangan gue sama lo?" sinis Lofa.

     "Masalahnya sama ulangan apa?" tanya Rafka yang memasang wajah watadosnya.

     Lofa menepuk jidatnya, rasanya ingin sekali menampol wajah cucu dari pemilik sekolah. "Lo selalu ngoreksi hidup gue, ulangan gue sama lo?" ulang Lofa yang lebih jelas lagi.

    "Oh gue baru paham, gue cuman ngeluh sih bukan ngoreksi hidup lo. Udahlah lo tidur aja," saran Rafka yang malah di abaikan oleh Lofa.

     "Tidur." ulang Rafka.

     Lofa tak mendengarkannya, ia malah asik mengangguk-anggukan kepalanya. Dengan tiba-tiba tangan kekar milik Rafka menuntun kepala Lofa untuk bersender di bahu Rafka.

    "Tidur, gue tau lo capek jangan belagak jadi orang kuat." seru Rafka.

     Lofa terdiam kaku, ia harus melakukan hal apa, menolaknya atau bagaimana.

    "Gak usah canggung, sekarang kita gak musuhan dulu." seru Rafka.



   Gimana nih guys? Minta next? Komen yah

   

    

OSIS VS MPKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang