Aturan Kesebelas : Sesederhana Memijat Kaki Istrimu

2.6K 238 87
                                    

Author's note : Please welcome calon-calon ayah; Uzumaki Naruto dan Sai!

***featuring : Lee dan Chouji, yang pengen aja gitu jadi ayah juga***

----

Hari-hari Shikamaru sebagai suami yang menanti kelahiran anaknya, ternyata tak semeriah apa yang dikisahkan orang-orang.

Atau mungkin memang dirinya saja yang tidak merasa kondisi Temari seperti ibu-ibu hamil kebanyakan.

Usia kandungan Temari sudah memasuki bulan ke-tujuh, tapi ia melakukan semua aktivitas seperti biasanya tanpa adanya hambatan. Memasak, membersihkan dan merapikan rumah, sampai meneriakinya jika terlambat bangun.

Hal yang paling membuat Shikamaru takjub adalah—Temari tidak menghiraukan saran Gaara dan Kankurou untuk cuti bekerja. Ia terus menerus menerima dokumen yang dikirim jauh-jauh dari Suna, dan berjalan ke pusat pertemuan ambassador desa untuk bekerja sampai larut.

Kala ketekunan Temari membuat warga desa berdecak kagum; tak kenal lelah maupun batasan akan kondisi kehamilannya, Shikamaru justru merasa cepat lelah belakangan ini.

Alhasil, malah Shikamaru yang  sering-sering beristirahat di rumah.

Kakashi seringkali memprotesnya, "Kenapa kau akhir-akhir ini lesu begitu?"

Dan Shikamaru akan selalu menjawab; "Hokage-sama, kau tidak akan pernah mengerti perasaan wanita."

Entah apa korelasinya jawaban itu dengan pertanyaan sebelumnya.

Tapi, entah mengapa, seolah energi Shikamaru terserap oleh Temari sehingga wanita itu selalu bersemangat melakukan apapun.

Misalnya, tren yang sedang terjadi di kalangan wanita hamil. Semua orang menyarankannya untuk melakukan olahraga ringan seperti yoga dan stretching berkala, agar persalinan di kemudian hari lebih mudah.

Saran ini tentu saja langsung dipraktekkan oleh wanita hamil lainnya—seperti Ino dan Hinata. Setiap hari, Ino bercerita pada Shikamaru betapa bergunanya serangkaian olahraga itu. Maksudnya—benar-benar setiap hari. Seolah Shikamaru adalah seorang idiot yang tidak menyerap saran itu dalam otaknya.

"Kau ini peduli sedikit, dong, Shikamaru. Temari 'kan sebentar lagi juga melahirkan. Memangnya selain bekerja, dia tidak pernah olahraga? Nanti badannya kaku, loh."

Shikamaru menggosok telinganya yang panas kala Ino mengomelinya di restoran Yakiniku Q.

"Sudah kusuruh, dan sudah dilakukan juga, kok," ujar Shikamaru sekenanya, sembari menyantap nasi yang masih hangat, "Tapi aku tidak yakin kalau olahraga itu cocok untuk Temari."

Chouji dan Ino bertukar pandang, sebelum Ino memusatkan mata lagi pada kawan satunya.

"Kenapa? Apakah Temari-san jadi rentan sakit?"

"Rentan sakit apanya," sindir Shikamaru, menggelengkan kepala.

"Lalu?"

"Aku tidak tahu, Ino," Shikamaru mengangkat bahu, "Pokoknya aku tidak bisa tidur kalau malam."

Ino mengernyit aneh, "Apa hubungannya dengan jam tidurmu?"

Shikamaru menopang wajahnya, melihat ke kejauhan.

"Tempo hari aku ke toko buku, membeli panduan yoga. Kukira semuanya sama saja, aman untuk ibu hamil. Ternyata aku baru tahu kalau tiap warna buku mengkategorikan jenis yoga."

Ino mengangguk, "Warna merah muda khusus ibu hamil. Memangnya kenapa dengan warna?"

Shikamaru mengangguk dan menggesturkan tangannya pada Ino, seolah ia menyatakan sesuatu yang benar. Tapi, setelahnya, Shikamaru tidak menjawab pertanyaannya dan melanjutkan makannya. Ino mengerutkan kening curiga.

Marriage SurvivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang