•••

180 21 16
                                    

Taehyung menatap kaca kecil yang kini memperlihatkan seseorang dalam ruangan VVIP yang ia Minta. Ya, sahabat nya kini dipindahkan kerumah sakit setelah dinyatakan koma, Juga harus mendapat Penanganan khusus dari badan pemeriksaan Rumah sakit besar. Matanya meneteskan bulir bening tanda ketidak mampuan seseorang atas segala sesuatu yang menyiksa bagi hati/batinnya.

Tangannya terkepal erat dengan urat menonjol pada bagian terterntu. Seperti leher, bisep, punggung tangan, dan pelipis. Tak terelakan bahwa hatinya terluka, melihat orang yang selalu mendukung nya kini terbaring lemah dengan Selang Infus, bantuan oksigen, juga beberapa alat aneh yang tidak diketahui apa namanya.

Memejam meresapi situasi, ucapan dokter kembali terngiang, seakan dunianya hancur. Ia tak bisa mengatakan ini, Karena sungguh. Dirinya terkurung dalam ketakutan luar biasa, menembus pertahanan kuat pria berumur 26 tahun itu. Taehyung mendudukan dirinya pada kursi tunggu, tak berani masuk meski dokter mengijinkannya.

"apa kau akan kecewa jika aku menyimpan nya?"menatap selembar kertas berbalut amplop putih dalam genggaman; hasil tes dari pihak rumah sakit.

Menunduk semakin dalam, dirinya akan egois. ya, ia harus egois. Karena jika semuanya terbongkar maka sahabat nya akan membenci nya, dan ia tak mau itu terjadi.

'maafkan aku, karena semua ini terlalu menyiksa'

.,.,.,.,.,.

Nilai yang terdapat dalam persahabatan seringkali apa yang dihasilkan ketika seorang sahabat memperlihatkan secara konsisten:

kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain. Begitupun dalam simpati dan empati.

Jungkook tersenyum, ia bersyukur memiliki sahabat seperti Kim Taehyung. Selalu memperhatikan dirinya, bahkan tanpa protes pria tan menuruti setiap keinginan nya.

5 Jam lalu ia sadar dengan alat yang telah di lepas dari seluruh tubuhnya kecuali Infus, dan sedikit linglung Kala melihat ruangan yang cukup ia kenali. Termenung Kala sadar bahwa dirinya sendirian di ruangan ini, tak ada siapapun. otak nya memutar kejadian dimana dirinya hendak di lecehkan di dalam bus, di siksa tanpa belas kasihan sama sekali.

Di tampar, pukul, bahkan tak segan di benturkan pada tembok bangunan yang ia duga sebagai hotel. Terisak dengan keadaannya saat itu, entah berapa hari, tapi yang ia ingat hanya sampai dimana ia terbaring lemah akibat pukulan keras pada tempurung kepala nya.

Tapi yang ia bingung kan adalah. Siapa yang menolongnya? Seketika itu pula ia mengingat sahabatnya.

"Taehyung?"Gumamnya sembari mencoba turun dari tempat tidurnya namun terhenti Kala kepalanya berdenyut menyakitkan sembari mengais nafas rakus dan dadanya naik turun memompa oksigen pada paru-parunya.

Tangan lentik itu meremas surai legam dengan kuat, berharap sakit yang ia rasakan berkurang. namun bukannya membaik malah sebaliknya; kepalanya seolah berputar dan di benturkan kasar.

"Appo-ya hiks appo!!"berteriak nyaring, Dirinya tak bisa mengontrol emosi dengan rasa sakit yang seolah bersahutan.

Pintu terbuka, tampak pria berkemeja putih dengan Jas di sampirkan pada tangannya berjalan terburu ke arah Jungkook. segera memeluk nya dengan bisikan penenang, berharap pemuda manis yang menyandang status sebagai sahabatnya itu tenang meski perlawanan tetap ada.

"ssstt, kau baik Jungkookie. Kau sehat, lupakan sakitnya. ingat Jungkook kuat, sahabat Taehyung kuat iyakan?" ucapnya dengan mata terpejam erat, sebisa mungkin menghalau rasa khawatir pada hatinya yang berdenyut ngilu, serta perih yang merambat seperti pedang terbakar oleh kobaran Api yang menyayat kulit.

Karena baginya, melihat Jungkook sakit lebih menyakitkan daripada penyakit mematikan sekalipun mendera nya.

Selang beberapa menit, Jungkook mulai tenang dan berganti dengan isakan kecil. mencengkeram erat kemeja sahabat nya, mata bulat nya menatap mata tajam yang kini menyendu menelisik onix kelam yang berbinar.

“Taehyung-ie?” terburai kembali, air mata menetes dengan luas tanpa dapat di tahan.

Taehyung mengangguk dengan senyum nya, tangan kekar miliknya kini terulur mengusap halus surai milik Jungkook. Kecemasan nya makin meradang Kala satu Kalimat yang telah lama ia lupakan kembali terdengar, bahkan lebih buruk saat Jungkook yang mengatakan nya secara langsung.

“apa aku sakit? Kenapa aku ada di sini Taehyung?” ucapnya dengan binar polos, kaadaan nya masih sedikit kacau dengan hidung, alis, dan bibir yang memerah bekas menangis.

Sedikit mengguncang perasaannya, Taehyung memilih tak menjawab. Jungkook Mengernyit tak suka, ada apa dengan sahabat nya ini, kenapa tak menjawab pertanyaan. padahal jika di ingat, Taehyung itu orang yang paling cepat menjawab ketika di beri pertanyaan, lalu kenapa sekarang diam?

“Tae——”

“bagaimana jika kau makan? Sejak 5 hari lalu kau belum makan karena tertidur terus dan melewatkan jadwal makanmu”ucapnya mengalihkan topik, sebisa mungkin bersikap biasa walau sejujurnya ia begitu takut.

Jungkook hanya mengangguk, tak begitu memperdulikan Kalimat yang di ucapkan Taehyung. karena saat sang empu mengatakan “makan” seolah tersihir perutnya berbunyi ribut.

Sedikit mengerucut kan bibir Kala Taehyung mencubit gemas pipi gembil pemuda Jeon, terbesit ide brilian dalam kepala nya.

“Tae?”

Sang empu bergumam tak jelas, kemudian melanjutkan kegiatannya memotong buah apel.

“Tolong suapi aku seperti pasangan yang menyuapi pasangan nya”













TBC





Kangen banget readers yang komen nya ngakak, seperti saat wattpad masih menetapkan offline book.

Sayang kalian♥

—16 October 2020—

AnathemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang