Ryeowook's Side
Third weeks with Photografer Cho.
Hari ini adalah minggu ketigaku bersama Marcus Cho. Selama itu juga aku belajar banyak dari dia. Marcus memberikan kami ilmu yang tidak kami dapat dari fotografer lain. Para staf tidak hanya bekerja sesuai bidang yang sudah ditentukan. Bersama Marcus kami mempelajari semua. Seluk beluk dunia fotografi yang menurut kami hanya dikuasai oleh tim pembidik gambar atau divisi multimedia juga dapat kami pelajari tanpa terkecuali staf tim properti sepertiku. Jungsoo dan Youngwoon adalah pihak pertama yang merasakan kegembiraan ini. Aku masih ingat wajah bersyukur mereka saat Marcus mengajari cara membidik objek dengan baik dan benar. Keduanya begitu antusias, bahkan Marcus mengatakan bahwa mereka punya talenta untuk menjadi fotografer hebat sama seperti dirinya. Marcus juga bergurau bila dirinya jatuh sakit atau mati, Jungsoo atau Youngwoon lah yang dia tunjuk sebagai pengganti. Saat mendengar mulutnya mengucapkan lelucon konyol seperti itu, ingin rasanya aku lempar koleksi heels Elsa ke kepalanya sambil berkata, Dasar bodoh. Kau pikir jabatanmu bisa dipindah alihkan dengan mudah semudah membalikkan telapak tangan? Apa jadinya model-model cantik itu di tangan mereka?
Marcus memang seperti itu. Membuatku gemas untuk mencubit pipi bulatnya. Bicara soal heels, aku jadi teringat pada Elsa. Jujur, aku sangat mencemaskannya. Sepulangnya aku dan nenek dari kediaman Paman Jungmin, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bayang-bayang kerapuhan Elsa masih terlukis dalam ingatan. Dia benar-benar dibuat tak berdaya. Baru pertama kali aku melihatnya kalah telak oleh ucapan sang ibu yang menurutku itu agak keterlaluan. Aku jadi mengerti sekarang kenapa Elsa begitu angkuh dan keras kepala. Bukan maksudku untuk menyimpulkan bahwa Paman Jungmin beserta istri salah dalam mendidik putri semata wayang mereka. Dilihat dari karakteristiknya, aku yakin gadis itu tumbuh di bawah peraturan ketat keluarga yang mengatasnamakan pendidikan dan moralitas tinggi yang wajib dimiliki oleh kaum-kaum eksklusif seperti mereka. Walau begitu, aku masih bersyukur karena Elsa diberi hak untuk memilih. Dia berjalan sesuai dengan keinginan dan impiannya. Tidak seperti anak-anak orang berada di luar sana yang dituntut untuk melanjutkan tahta keluarga. Elsa dibebaskan untuk menekuni bidang sesuai minat dan bakatnya. Dia bebas memilih jalan hidup seperti yang dia inginkan.
Tidak.
Kebebasan yang dimiliki tidak berlaku untuk sebuah pernikahan.
Aku sadar keputusan mereka untuk menikahkan kami adalah sesuatu yang buruk. Elsa tidak mungkin bisa menerimaku, begitu pun juga aku. Aku mengenal Elsa, tapi tidak sedalam itu. Sikap dan perilakunya selama bekerja hanyalah sekilas gambaran yang bisa aku dapat. Aku belum bisa menyimpulkan kalau dia adalah gadis arogan dengan sejuta sikap buruk di dalamnya. Aku yakin Elsa bukan orang yang seperti itu. Bukankah Tuhan menciptakan manusia dengan akhlak yang baik? Dan aku percaya penuh Elsa juga memiliki itu.
Hari ini aku sengaja datang terlalu pagi. Disaat mentari masih mempersiapkan diri untuk menghangatkan bumi, aku sudah berada di ruangan ini, di studio ini, tempat yang akan kami gunakan untuk sesi pemotretan Japan Fashion Magazine edisi musim gugur. Aku mengambil alih persiapan properti tanpa kehadiran Jungsoo dan Youngwoon. Jangan tanya di mana mereka. Jungsoo dan Youngwoon masih asyik di alam mimpi. Bersama mereka aku tak berharap banyak. Aku tahu seperti apa Jungsoo. Dia adalah orang yang paling susah bangun pagi. Apalagi Youngwoon. Tsk, sudahlah. Aku tidak mau lagi ingat kejadian menyebalkan di bandara dua tahun silam. Saat itu aku ketinggalan pesawat untuk penerbangan ke London karena harus membangunkan Youngwoon. Beruntung, Robby Han tidak memecatku. Dia hanya menatap geram kepadaku. Sejak saat itu aku menolak kata terlambat. Lebih baik datang lebih awal daripada harus diterkam oleh atasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss High Heels
FanfictionElsa Kim, seorang model cantik yang dijodohkan dengan pria imut bernama Kim Ryeowook. Elsa dengan sombong menolak perjodohan sepihak itu. Ini kutukan dan Elsa mengamininya. Belum lagi Ryeowook bukanlah tipe ideal Elsa. Pendek, begitulah intimidasi E...