Sorry...

10 0 0
                                    

"Kau... Jangmi?"

-

-

Ryeowook's Side

"Sudah sangat lama... Yoo Jangmi."

Aku bersyukur pada Tuhan yang masih sudi mengasihani umat sepertiku, juga rasa terima kasihku yang terdalam untuk teman kecilku, Yoo Jangmi. Takdir seakan mempertemukan kami. Aku beruntung karena Jangmi lah yang menolongku. Tanpa sempat bernostalgia, dia segera membawaku ke rumah sakit terdekat hingga aku mendapatkan pertolongan pertama dengan cepat.

"Kau masih belum berubah, Oppa." Jangmi mengenalku sangat baik. Bahkan tiga tahun tidak membuatnya melupakan kebiasaanku. "Aku tak tahu apa yang akan terjadi jika tak ada satupun orang disana. Entahlah bagaimana nasibmu, aku sulit untuk membayangkan itu. Besar kemungkinan aku tidak bisa melihat wajahmu lagi."

Jangmi yang kukenal belum berubah. Dia tetap cantik, sopan dan penyayang. Semua orang yang mengenalnya pasti langsung menyukainya. Gadis itu tumbuh dengan baik. Aku bangga bisa memiliki teman sekaligus hoobae seperti dia.

"Kau terlalu mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Aku dan kau memang sudah waktunya bertemu." Aku tersenyum padanya. Mencoba meyakinkan bahwa aku baik-baik saja. "Lihat, betapa hebat kau sekarang. Impianmu memakai jas putih itu berhasil. Kau keren, Jangmi."

Dia tersenyum padaku. Dia begitu manis. "Aku berusaha keras untuk itu. Mati-matian aku berjuang demi mendapatkannya. Perjuangan yang sangat sulit dan kau begitu jahat tidak ada disampingku saat itu." Jangmi menatap sinis dengan maksud bercanda. "Kau meninggalkanku, Oppa."

Jangmi dibesarkan tanpa kedua orangtua. Dia tinggal bersama bibinya di Seoul. Aku pernah berjanji untuk terus ada disampingnya, selalu ada untuknya kapanpun dia membutuhkanku. Itu sebabnya dia tumbuh menjadi anak yang cerdas, kuat dan mandiri. Diluar Jangmi terlihat tidak membutuhkan orang lain, tapi bersamaku dia berubah menjadi anak manja. Pada Jangmi aku menemukan sosok adik perempuan yang manis. Aku sangat menyayanginya.

"Aku percaya kau lebih hebat dari yang orang lain kira. Maaf, tidak memberimu kabar." Penyesalan itu masih terus merundungku. Janjiku pada Jangmi aku sendiri yang mengingkarinya. Bahkan disaat aku kembali ke Seoul, aku tidak mencarinya. "Aku minta maaf tidak mencari tahu keberadaanmu. Aku menyesal."

"Kau pikir aku akan memaafkanmu?"

Ya, aku tahu itu. Untuk semua yang sudah kujanjikan padanya mustahil dia mau memaafkanku. Bertemu dengannya seperti ini sudah lebih dari cukup. Setidaknya aku lega bisa melihat kembali wajah Jangmi yang menyejukkan hati itu.

"Katakan apa yang harus kulakukan agar kau memaafkanku? Apa saja kulakukan, Jangmi." Aku rela melakukan apapun untuknya. Memang inilah yang seharusnya aku lakukan.

"Ajak aku ke rumahmu." Dia tersenyum manis disaat aku merasa takut akan dibenci olehnya. Seperti itulah Jangmi. Dia tak akan tega menindas walaupun mereka telah melakukan kesalahan. "Aku harus tahu kau tinggal dimana, dengan siapa."

"Baiklah. Kurasa nenek senang akan kedatanganmu."

"Oh, kau tinggal dengan nenek?" Jangmi bertanya antusias dan aku menjawabnya dengan anggukan. "Kira-kira nenek masih mengingatku tidak, ya?"

"Tentu. Untuk anak perempuan semanis dirimu mustahil nenek lupa."

Jangmi tertawa mendengar penuturanku. Aku terus memandanginya. Dia berhasil membuatku kagum sehebat itu. Ini kali pertama aku melihat wanita seindah dia. Yoo Jangmi, aku kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikanmu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Miss High HeelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang