Prolog

273 39 52
                                    

JANGAN LUPA VOTE!!!

VOTE GRATIS WOY!!!

Hai cerita baru nih, kali ini collab sama lleaam

Sebuah tanggung jawab adalah ketika aku bisa menjagamu sepenuh hati meskipun kamu bukanlah milikku,

~• Yusuf Afreza Al Malik •~


Hafizhah bingung ia ingin menangis namun ia ingat kata-kata Afreza tidak boleh lemah, tapi bukannya ini terlalu menyakitkan? Sangat menyakitkan. Ia frustasi kemudian ia segera mengendarai motornya membelah jalanan dengan kecepatan diatas rata-rata sambil menangis ia menyetir dengan berteriak sesekali Hafizhah menepuk nepuk dadanya mengurangi rasa sesak yang begitu menghantamnya.

"Kenapa! sialan!"umpatnya seperti orang kesetanan. Hafizhah seperti kehilangan akal sehatnya kali ini ia begitu frustasi dipermainkan hampir tiga tahun lamanya dan ia tidak sadar.

"Gue pengin mati!"teriaknya kencang hingga sebuah mobil box berlawanan arah mengarah tak tentu menuju Hafizhah, ia hanya bisa bergumam tanpa berteriak sedikitpun,"gue bakal mati sekarang,"

Tin.....

Brakkk...

••••

"Enggak! Enggak mungkin! Gue enggak mau buta! Hiks Fizhah enggak mau buta, ya Allah,"teriak Hafizhah dari dalam kamar inapnya terdengar oleh bu Erika,Afreza dan Galang yang langsung masuk ke dalam kamar inap Hafizhah.

Dokter nampak ikut menenangkan namun Hafizhah terus menangis tersedu hingga memberontak bu Erika segera menarik Hafizhah ke dalam pelukannya memberinya ketenangan, mata Afreza memanas tak tega, selang oksigen masih menempel di hidungnya, infus, dan juga perban yang mengikari dahi hingga kepala bagian belakang.

Hafizhah memukul ranjang pesakitannya, "Ibu Fizhah enggak mau buta ibu, tolong Fizhah hiks tolong, ibu gelap Fizhah takut ibu, tolong Fizhah, ibu,"rengeknya.

Bu Erika tak menjawab apapun ia hanya ikut menangis dan mengelus punggung Hafizhah yang bergetar karena menangis bahkan dokter yang menangani Hafizhah pun nampak menitihkan air matanya sangat menyedihkan.

"Ya Allah jangan hukum Fizhah, Fizhah minta maaf ya Allah, hiks balikin penglihatan Fizhah,"ujarnya dengan menangis.

Galang menepuk punggung Afreza ia menganggukan kepalanya, Afreza mendekat berbisik kepada bu Erika,"bu boleh Reza ngomong sebentar sama Fizhah?"

"Boleh,"jawab bu Erika melepas pelukannya.

"Fizhah,"panggil Afreza membuatnya menoleh ke sumber suara tangannya meraba dan menemukan tangan Afreza.

"Af? Af tolongin Fizhah Af, Fizhah enggak mau buta, hiks, Fizhah mau bisa lihat kaya orang normal,"kata Hafizhah menarik kemeja yang Afreza gunakan.

"Zhah, lo kuat lo enggak boleh nangis, ada gue di sini lo enggak sendiri, ikhlas Zhah ikhlas,"ucap Afreza ikut menenangkan mengelus pucuk kepala Hafizhah yang kini tertutup hijab bergo abu-abu.

Hafizhah mulai tenang, Afreza nampak menghembuskan nafasnya berat ia tak kuat ia perlahan mundur namun tangannya dicekal oleh Hafizhah,"Af, di sini aja Fizhah takut sendirian, gelap Af,"

Allah, runtuh pertahanan Afreza kali ini ia menangis namun ia segera mengatur nafasnya agar isak tangisnya tak terdengar oleh Hafizhah ia tak mau jika Hafizhah merasa dirinya yang membuat kesedihan keluarganya. Afreza mengusap kepala Hafizhah kembali.

"Gue di sini Zhah,"kata Afreza serak.

"Tadi lo mau pergi, jangan pergi Af, jangan kaya ayah, tolong Af kali ini aja, jangan jauhin Fizhah,"ucapnya terisak.

"Gue enggak tinggalin lo, ada Galang juga nih di sini,"kata Afreza memberi tau.

"Hai Galang apa kabar? Gue enggak bisa lihat wajah lucu lo lagi, maaf ya Lang,"ujar Hafizhah membuat Galang menunduk bahunya naik turun iya, Galang juga menangis.

"Lang, kok diem aja,"celetuk Hafizhah tak mendapat respon dari Galang.

"Af, Galang udah pulang ya? Kok enggak ada suaranya?"tanya Hafizhah meraba ke depan.

Galang menarik nafasnya baru kali ini ia membuka suaranya,"seenggaknya lo masih bisa denger suara gue Zhah, gue tetap tampan kok enggak berubah, Galang tetap jadi makhluk tampan se antero planet pluto,"katanya terkekeh membuat Hafizhah tersenyum tipis.

"Sekarang lo istirahat dulu Zhah, gue di sini,"kata Afreza yang kini menarik kursi dan duduk di sisi Hafizhah sementara Galang duduk di sofa.

Hafizhah memperbaiki posisinya sebelum memejamkan matanya ia memandang ke langit-langit menghela nafasnya dan mengusap air matanya yang menitik baru kemudian ia mencoba memejamkan matanya perlahan. Afreza menatap iba Hafizhah begitu juga dengan Galang.

"Za, kali ini lo enggak boleh biarin Hafizhah jatuh ke orang yang salah,"ujar Galang.

•••

"Dia buta,"ujar seorang gadis pada seseorang lelaki, lelaki itu tersenyum menang.

"Bagus buat jadi bahan bullyan lo lah, biar dia hancur kan?"kata lelaki itu sinis.

"Menurut gue udah cukup, dia sudah cukup menderita,"timpal gadis yang sedari tadi berbicara.

"Terserah, tugas gue buat hancurin dia sudah selesai tinggal mencari mangsa yang lain, seenggaknya gue mau cari yang sebelas dua belas bodohnya lah sama dia,"ujar lelaki tadi bergegas pergi meninggalkan gadis itu.

Sang gadis mengejar lelaki itu dan meraih tangannya,"kenapa enggak gue? Gue masih suka sama lo,"

"Kalau lo mau hancur ayo,"ucap lelaki itu membuat gadis tadi bungkam akhirnya membiarkan lelaki itu meninggalkannya.

Yuhuuuu selamat membaca

Semoga suka ya sayangnya Nisa

Dadah...

KACAMATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang