🎸 Gunanya Teman 🎻

660 78 5
                                    

1 hari sebelum peristiwa,

Minggu pagi dikediaman Adrian Jimin sudah dipenuhi keributan dalam rangka bersih - bersih; sebuah kegiatan rutin keluarga. Kalau pun rumah sudah tampak bersih, sang Bunda, dalang dibalik kegiatan merepotkan itu akan mencari segala cara agar anggota keluarganya melakukan aktivitas pagi.

Berdalih agar tidak tampak suram kehidupan keluarga kecil mereka, para putranya pun menurut saja. Walau sempat merutuki sifat kurang kerjaan sang Bunda.

"Sekarang harus apa lagi Bun?" Nathanael Namjoon, si anak sulung, bertanya dengan raut menahan kantuk. Ia dibangunkan dengan sangat tidak elit pagi ini- disiram air. Nyawa masih berlarian ke sana kemari, dan sudah diharuskan melakukan aktivitas. Benar - benar menyebalkan. Tapi mau bagaimana lagi? Melawan Bunda = Dosa. Peringatan dari Bundanya itu selalu terngiang di kepala.

"Pagii Bundaku sayang!!" ini si anak bungsu muncul juga, dengan wajah berseri - seri, baru mandi ceritanya. Menoleh ke arah Namjoon untuk beri sapaan juga tapi kaget duluan dengan penampilan si kakak.

"Wei, Kak Joon muka Lo kusut banget kayak sprei bekas naena," cetus Jimin. Spesies manusia yang berani barbar cuma di kandang ini pun langsung dapat jitakkan sayang dari sang Bunda.

"Rian omongannya 😑," Bunda Jimin menatap tajam si bungsu.

Sebelum ini ia berniat memuji Jimin karena bisa bangun pagi tanpa harus dipaksa dirinya, dan menyuruh Namjoon untuk meniru adiknya itu, tidak peduli anaknya akan sakit hati karena merasa dibanding - bandingkan dengan adik sendiri. Itu agar Namjoon bisa cepat sadar, sudah kepala dua juga.

Tapi setelah ucapan Jimin itu, niatnya memuji sang putra dan menjadikannya teladan untuk sang kakak, lenyap sudah.

"Maaf Bun," Jimin menundukkan kepala sambil merekatkan gigi - gigi kecilnya, jemarinya bertaut, merasa terintimidasi.

Sang Bunda yang melihat anaknya sudah seperti itu pun menghela nafas sabar, tatapan tajamnya berubah melembut. "Bunda tau kamu anak laki - laki, dilingkup pergaulan kamu mungkin bicara seperti itu lumrah, tapi kamu anak manis Bunda, jangan ikut - ikut bicara seperti itu."

Adrian Jimin hanya bisa mengangguk patuh. Sedangkan di sampingnya, Namjoon tampak menahan tawa, merasa sang Bunda sudah melupakan kesalahannya.

"Apa kamu malah tahan tawa?" Namjoon terkesiap. "Hoo bunda masih belum selesai sama kamu ya Joonie. Karena kamu susah dibangunkan pagi ini, buat Bunda boros air segayung, kamu harus beresin loteng. Sen - di - ri."

"Loh Bun?"

"Mau protes? Bunda potong uang bulanan kamu."

Dalam hati, Namjoon benar - benar dongkol. Sebenarnya bukan masalah besar jika uang bulanannya di potong, toh dia sudah bisa mencari uang jajan sendiri. Tapi bulan depan ada hari anniversary -nya. Bisa kena omel nanti kalau sampai tidak buat semacam kejutan yang tentunya butuh modal.

"Ya udah. . . Tapi jangan sendirian dong Bun, Jimin juga,"

Si bungsu lirik tak percaya kakaknya. Dia sangat anti bersih - bersih loteng, tempat dimana semua kenangan masa lalu tersimpan acak adut. Tapi jika dia membiarkan kakaknya membereskan loteng sendiri, bisa - bisa lelaki itu menemukan banyak barang rahasia Jimin.

"Kamu tau kan Jimin alergi debu,"

"Enggak."

Sang Bunda menaikkan sebelah alisnya mendengar sanggahan Jimin. Memang dia tidak tahu jelasnya Jimin alergi debu atau tidak, tapi bulan lalu Jimin bilang dia alergi debu, sang Bunda percaya itu, terlebih saat melihat Jimin sering bersin - bersin sampai hidungnya merah sehabis membereskan gudang kebun belakang.

Rockstar Vintage [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang