Sorry lama, sibuk nge-rp🤙
.
.Napas Yerin masih menggebu-gebu. Ia ingin menghajar lagi dan lagi Taehyung. Sayangnya pria itu pingsan. Baru sepuluh menit lalu siuman. Mana saat bangun Taehyung pakai acara pura-pura amnesia lagi.
"Kamu siapa? Kamu siapa? Aku siapa?" tanyanya berulang kali. Saat Yerin ingin meninju wajahnya lagi barulah Taehyung berhenti.
Dan sekarang ini Taehyung sedang membalut luka-lukanya sendirian sementara Yerin melahap kuaci dengan rebahan di sofa.
"Akh! A-akh!" Taehyung kesakitan sendiri ketika dia meletak obat merah di ujung bibirnya. "Bukan main. Lo pasti punya sabuk hitam ya?" tanya Taehyung.
"Punya dong. Kalau enggak gimana caranya gue menyelamati Eunha dari pencuri yang membobol rumahnya?" jelas Yerin sambil mengunyah kuaci.
"Eunha? Cewek yang tadi?"
"He'eh." Yerin berubah posisi menjadi duduk. "Jadi setahun yang lalu dia ada di rumah sendirian. Gak disangka-sangka satpam yang bekerja di rumah Eunha ternyata jahat. Dia mau memperkosa Eunha malam itu juga. Untung aja sih gue dateng tepat waktu karena waktu itu pas banget kita lagi telfon-telfonan dan gue denger teriakan Eunha saat di telfon. Semenjak itu Eunha trauma. Dia gak bisa tinggal di rumah sendirian pas malam hari. Traumanya bisa langsung kambuh."
"Ohh ...." Taehyung manggut-manggut mendengarkan. "Tapi ... kenapa lo malah cerita sama gue?"
"Cih, sialan!" Yerin berdecih lalu melempar sebiji bantal sofa tepat mengenai wajah Taehyung. "Savage, haha."
***
"Ini rumah kamu?" tanya Jungkook kepada Eunha. Eunha mengangguk lalu turun dari mobil Jungkook disusul Jungkook selanjutnya.
Jadi tadi Jungkook memang menawarkan Eunha tumpangan. Alhasil inilah dia. Jungkook mengantar Umji pulang lebih dahulu baru mengantar Eunha karena Umji mengatakan dia sudah sangat lelah. Ternyata Umji baru pulang dari Amerika tadi siang. Pantas saja tadi siang Jungkook buru-buru ingin menjemput Umji dari bandara.
Eunha meratapi rumahnya yang gelap. Pasti Papanya belum pulang. Apa Eunha masuk saja ya? Tapi gelap.
"Eum, makasih, Jungkook-ssi. Tapi ...." Kalimat Eunha menggantung di ujung lidah.
"Kenapa?" tanya Jungkook yang memiringkan sedikit kepalanya agar bisa melihat wajah Eunha yang menunduk.
"Gapapa." Eunha mendongak dengan senyum manisnya.
"Jangan gapapa! Saya tau kamu pasti mau ngomong sesuatu yang penting."
Senyum Eunha memudar. Jungkook peka juga ya.
"Aku .... Bisa gak kalau Jungkook-ssi mampir sebentar? Soalnya Papa aku belum pulang."
Jungkook mengangkat sebelah alisnya.
"Ah, bukan yang aneh-aneh kok serius! Beneran! Suer!" Eunha memberi dua jari telunjuk dan tengahnya dengan panik. "Aku—eum, gimana ya? Soalnya ... itu ...."
"Apa?"
"Aku takut sendirian di rumah. Soalnya udah malem ...."
Jungkook tertawa. "Masa takut sih? Apa yang harus ditakuti hm?"
Eunha tidak menjawab melainkan hanya menunduk.
Jungkook mengacak rambut Eunha. "Masuk aja sana! Gak enak kalau kita berduaan di rumah yang kosong. Nanti ada setannya."
Ya, Eunha sudah menduga Jungkook akan menolak. Jungkook bukan pria brengsek yang langsung berpikiran jahat bila ditawari seperti tadi. Tapi, penolakan Jungkook justru membuat Eunha semakin cemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shit, Bos!
FanfictionBertemu dengan Jungkook sangat menyenangkan. Apalagi menjadi 'murid kecil' pria itu di tempat kerja membuat Eunha merasa beruntung. Jungkook adalah pria yang begitu perhatian, lembut, dan sopan. Eunha ingin Jungkook menjadi bosnya selamanya. Sementa...