Prolog

19 5 2
                                    

Cast dari Crazy Love:

Aldara Rayadinata

Sarah Humaira Alfarisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sarah Humaira Alfarisi

Sarah Humaira Alfarisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arta Hartala

Julian Ferdinand

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Julian Ferdinand

Gemilang Pranadipta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemilang Pranadipta

Gemilang Pranadipta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prolog

Udara terasa lembut membelai wajah Dara, memainkan anak rambutnya yang terlepas dari kepangan. Jantungnya pun bertalu seolah ada tangan tidak kasat mata yang menabuh organ tersebut dengan brutal.
Sedang suara Sarah yang sedari tadi keluar dari earphone nirkabel di telinganya, tiba-tiba menghilang entah kemana. Bahkan suara riuh anak-anak yang tengah bermain di lapangan, juga ikut lenyap bersamaan dengan kemampuan kakinya yang kini seolah berubah menjadi jeli.

Dara tidak berani mengangkat wajah, terutama setelah sepasang sepatu convers itu menapak di depannya. Ia terus saja meremas tangan yang kini malah terasa dingin, dan sialnya lagi ia juga hampir-hampir tidak bisa mengendalikan lututnya supaya tidak bergetar.

"Ada apa?" Suara serak basah itu menyapa indera pendengaran Dara yang sedari tadi terasa tuli, dan seolah ada yang menguras oksigen di sekitar, ia tiba-tiba merasa sesak nafas.

Lihat! Bahkan hanya dengan mendengar suara berdamege itu, jiwa kebucinan Dara langsung bergetar kuat. Jadi semoga saja misinya menjadi pacar dari Julian Ferdinand dapat terlaksana dengan baik.

Dara sedikit memaksakan suaranya yang tercekat untuk berbicara meski terbata, "mmm ... itu ... itu ...." Sungguh, Dara ingin mati saja saat ini, padahal ia sudah berlatih keras untuk hari ini tapi kenapa sulit sekali untuk mengatakannya. Mengatakan bahwa ia ingin agar Julian mau menjadi pacarnya.

"Mmm ... itu ...." Dara menggigit bibirnya keras, berusaha mengatur detak jantungnya yang semakin tidak terkendali di dalam sana. Wah ini bahkan jauh lebih menegangkan dibanding berhadapan dengan guru BK atas pelanggaran mencuri coki-coki milik adik kelas.

"Lo ... mau nggak jadi pacar gua?!" Karena terlalu gugup Dara tanpa sadar berteriak keras.

Sedang cowok bersepatu convers itu hanya dapat mengerjapkan mata terkejut atas tindakan gadis di depannya ini barusan. Apa baru saja ia ditembak? Oleh seorang cewek? Pertanda apakah ini?

Bodoh lo Dar! Bodoh! Kenapa segala teriak sih? Mau ditaruh dimana muka gua ini? Siapapun tolong tenggelemin gua di rawa-rawa. Dara meraung dalam hati mengutuk tindakan nekatnya barusan, ia bahkan sudah bisa menebak jawaban apa yang akan Julian berikan padanya. Tentu saja ia akan ditolak, memangnya siapa yang mau dengan cewek bar-bar seperti dirinya? Jikapun ada dia pasti orang gila.

"Iyya gua mau."

Hah! Dara kehilangan kata-kata, tubuhnya yang semula bergetar seketika membeku, ia tidak tau harus melakukan apa, jiwanya seolah dibawa terbang ke angkasa. Apa itu tadi? Apa ia diterima? Menjadi pacarnya Julian? Ini tidak bisa dipercaya.

"Kenapa diam Mba Pacar?"

Izinkan Dara untuk berteriak. Ia tidak menyangka Julian dapat dengan cepat menemukan nama panggilan untuk dirinya, aaa so sweet.

Oke Dara tenangkan dirimu.

Dara memejamkan mata mencoba memberanikan diri untuk mendongakkan kepala, dalam imajinasinya ia sudah membayangkan wajah Julian yang tampan dan berseri-seri.

Ah Dara jadi tidak sabar melihat wajah itu.

Ia membuka mata dengan pelan, seolah ini drama yang sinnya sengaja di slowmotion agar bisa mendapatkan feel yang sempurna. Namun ekspektasi tidak seindah kenyataan.

Seolah ada petir tak kasat mata menyambar, Dara dibuat hampir pingsan ketika dirinya mendapati orang lain alih-alih Julian tengah berdiri di depannya sambil memasang senyum yang hampir menyentuh telinga, saking lebarnya.

"Hai Mba Pacar," sapanya terlampau ceria, yang tanpa sadar membuat Dara yang semula merasa di atas awan seketika terhempas jauh ke dasar jurang. Apa-apaan ini?!

"Lo ... Ge ... milang?"

Dara benar-benar tidak habis fikir, ketika cowok di depannya mengangguk dengan cepat membenarkan ucapannya barusan.

"Dan lo ... yang gua tem ... bak?" Dara masih tidak percaya.

Gemilang mengangguk. "Iyya kenapa? Lo mau ghosting gua?" tanyanya dengan pandangan menyelidik.

Ditatap seperti itu, Dara merasa gugup, bukan jenis gugup yang seperti tadi, tapi ini hanya perasaan bersalah akibat tindakannya.

Lah kok jadi gini sih? Dara mengutuk dalam hati, merutuki kebodohan yang ia perbuat, bisa-bisanya realita jauh melenceng dari ekspektasinya. Parah!

Dara menatap Gemilang sekilas, baru kemudian berkata dengan tidak enak, "sorry, gua salah. Bukan lo yang mau gu ... gua tembak. Jadi lupain aja apa yang gua bilang tadi," akunya sedikit terbata. "Permisi." Merasa tidak sanggup berada di sana Dara memilih untuk segera pergi, ia jadi merasa tidak enak kepada Gemilang. Tapi siapa yang menyangka, jika cowok itu justru malah menghadang jalannya.

"Lo mau kemana? Gua Pacar lo, jangan ditinggal."

Dara mendongak apa-apaan Gemilang ini, dia sudah bilang bahwa dirinya salah orang. Kenapa ia malah mengaku sebagai pacar?

"Lo---"

"Gua baper, lo harus tanggung jawab."

"Hah?" Dara bingung benar-benar bingung. Fix Gemilang ini memang orang gila.

Memutar bola mata sejenak, Gemilang langsung menarik lengan Dara yang masih mematung di tempat membawanya ke tengah lapangan dan mulai mengumandangkan pengumuman besar yang membuat Dara ingin sekali menenggelamkan cowok itu kedasar sungai Amazon.

"Hai kalian semua." Gemilang berteriak keras, mengundang perhatian siswa siswi yang ada di sana. Cowok itu melirik sekilas ke arah sampingnya tepatnya ke arah Dara yang kini tengah menatapnya dengan ekspresi memohon agar Gemilang tidak melanjutkan ucapannya. Tapi sayang sekali Gemilang sudah terlanjur baper.

"Dengar!" Cowok itu kembali menatap lurus ke depan. "Gua Gemilang Pranadipta mengumumkan, bahwa mulai hari ini resmi berpacaran dengan Aldara Rayadinata. Terimakasih!"

Setelah mengatakan itu, Gemilang kembali menatap Dara dengan senyum lebar, ia bahkan masih menggenggam tangan gadis itu dengan erat. Dan saat itu juga Dara merasa ada sesuatu yang menghantam keras kepalanya hingga membuat kesadarannya perlahan menghilang, dan hal terakhir yang ia lihat adalah kerumunan orang-orang itu semakin mendekat ke arahnya lalu semuanya menjadi hitam.

__To be continiu__

Gimana nih prolognya udah greget belom?


















Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang