bagian satu

57 8 5
                                    


Bilur makin terhampar, dalam rangkuman asa.

⬜🧡⬜

Akan aku ceritakan tentang dirinya, perempuan yang berhasil membuatku jatuh cinta. Satu-satunya perempuan yang membuatku menjadikan dirinya berharga bahkan saat dia tak melakukan apa-apa.

Dialah penguasa hatiku sekaligus cinta pertama untukku.

️☘️☘️☘️

Hari ini sekolahku dibubarkan lebih cepat, mengingat dua hari yang akan datang adalah hari dimana kami memulai ujian kenaikan. Para siswa mulai rusuh dan keluar kelas untuk pulang, sedangkan sebagian dari mereka memilih menghabiskan waktu tetap disekolah seperti apa yang aku lakukan sekarang.

"Apa yang kau lakukan, Taka?" Ah, suara ini, aku mengenalnya sampai kapanpun. Suara manis yang sarat akan kelembutan. Bahkan, jika suatu hari nanti aku reinkarnasi aku rasa aku akan tetap mengenalnya. Suara ini. Suara, gadis yang aku cintai.

"Bukan apa-apa, Hana."

"Kau belum pulang?" Ia bertanya lagi, aku kini meliriknya, menyandarkan diriku pada pohon besar dibelakang sekolah tempat kami berada saat ini. Ekor mataku meliriknya, sepertinya ia akan mengikuti apa yang aku lakukan. Tangannya bergerak menutupi, paha putih yang sedikit terekspos, setelah yakin rapih dan tidak terlihat dia mulai mendudukan diri dengan nyaman di sampingku.

"Belum mau."

Selanjutnya, aku hanya mendengar gumaman rendah darinya. Keadaan hening untuk beberapa saat. Dan kemudian, aku merasakan kepalanya yang bersandar dipundak ku. Aku terkejut, meski ini bukan pertama kalinya tetap saja euforianya selalu sama. Mendebarkan sekaligus menyenangkan.

"Aku tidak ingin cepat-cepat lulus." Katanya tiba-tiba, aku menatapnya. Melihat rambut pendek yang hanya sebatas bahu miliknya, warnanya nampak coklat dan semakin bercahaya saat matahari menimpanya.

"Kenapa?" Tanganku bergerak merangkul bahu gadis itu, menariknya semakin dekat denganku. Ada helaan nafas sebelum dia menjawab, kepalanya mendongak untuk melihat ke arahku membuat hidungnya yang tidak terlalu mancung menyentuh pipiku. Menyebar gelenyar aneh yang mematikan.

"Aku takut berpisah dengan kalian, lagi pula masa SMA itu menyenangkan."

Matanya.

Membuat dadaku semakin berdebar tidak normal. Tatapan yang selalu saja membuat aku jatuh setiap kali aku melihatnya. Tidak, itu bukan mata yang paling indah yang ada di muka bumi ini. Tujuh miliar manusia dan aku yakin ada mata lain yang lebih indah dari miliknya.

Dia juga tidak terlalu cantik, sampai membuat semua pria akan bertekuk lutut hingga rela saling membunuh hanya agar bisa mendapatkannya. Dia hanya gadis biasa, dia cantik dengan tanpa kata tambahan apapun di depannya.

Namun, bukan itu yang membuatku berani mendeklarasikan diri jatuh cinta padanya. Dia yang sederhana, dan apa adanya. Perempuan yang selalu ada untukku, perempuan yang selalu mengerti perasaanku sebelum aku mengatakannya. Perempuan yang selalu berhasil membuat aku tenang hanya dengan melihat dia tersenyum. Perempuan yang tidak sempurna namun membuat hidupku lebih bermakna.


Hana Sasaki.


Nama gadis yang tengah aku peluk saat ini.

Gadis yang aku cintai, bahkan saat aku belum mengerti apa arti cinta itu sendiri.

Aku tertawa pelan, menempatkan daguku diatas kepalanya. "Kau tidak akan kehilangan kami, bukankah kita sahabat?" Hatiku tersenyum getir mendengar kata terakhir yang aku ucapkan. Kami yang aku maksud adalah, ketiga temanku yang lain. Pria yang juga menjadi sahabat dekat Hana selain aku.

Sahabat.

Lagi-lagi aku tersenyum miris, perasaanku hanya satu arah. Hana tidak pernah merasakan perasaan yang sama, sebab yang sering aku dengar dari mulutnya adalah pujian yang bilang jika aku adalah sahabat terbaik miliknya.

Tak masalah, bukankah definisi cinta lebih luas daripada sekedar memiliki?

Ya. Bagiku soal cinta ini Hana tak perlu tahu. Aku tak ingin membebaninya dengan perasaanku, dan akhirnya memilih menjauh. Tidak, aku tidak mau. Maka, biarlah seperti ini.

"Ya! Kita sahabat, selamanya!" Dia berkata semangat, dan kemudian tangan kecil miliknya mulai mendekap tubuhku. Dan aku balas dengan sapuan lembut pada kepalanya.

Tak apa, bukan masalah hanya karena dianggap sebatas sahabat. Selagi aku bisa membuat bibir itu melengkungkan senyuman.

"Pasti." Jawabku singkat, hembusan angin menerpa rambut kami. Membuat rambut sebahunya sedikit bergoyang kemudian jatuh menghalangi wajahnya, dan beberapa helai mengenai wajahku. Lalu, kami tertawa kecil bersama.

Hal sederhana yang selalu menjadi indah jika bersamanya.

☘️☘️☘️

Dia Hana, gadis utama dalam kisahku. Yang sampai kapanpun, tak akan terlupakan dalam ingatanku.

Bersambung ...

...

Halo, ini adalah cerita pengalihan yang saya buat setelah merasa mentok dengan keempat cerita lain, (tbh kena block writer) Seperti cerita be the one yang terinspirasi dari lagu fiersa Besari feat Tantri "waktu yang salah" fanfic ini juga terinspirasi dari lagu bung fiersa, yang judulnya sama dengan judul cerita ini. "garis terdepan" Maklum, musisi milenial yang saya sukai semua karyanya adalah beliau. So, enjoy this story❤️

Garis terdepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang