Biar saja menanti, tanpa batas. Tanpa balas.
⬜🧡⬜
Hana, bagaimana kabarmu hari ini? Apa kau baik-baik saja? Apa kau bahagia? Hana, jika saat itu aku mengatakannya apa kau akan memilihku?
Aku siap menyanyikan semua lagu yang ingin kau dengar, katamu, suaraku selalu membuatmu tenang. Apa itu tetap berlaku hingga sekarang?
☘️☘️☘️
Bisa aku lihat wajah lelah Hana, di tahun keempat kami kuliah sekaligus semester terakhir ini benar-benar membuat kami frustasi. Kami berlima bahkan sudah hampir empat bulan tidak menghabiskan waktu bersama. Benar-benar semua sibuk dengan urusan akhir dan dosen yang menyebalkan.
Aku juga hampir lima bulan tidak melihat senyumnya yang kian menawan. Ah, perempuan ini memang semakin membuatku tidak bisa berpaling.
Aku terkekeh, setidaknya keadaanku tidak se-mengenaskan mereka berempat. Jurusan seni tidak terlalu sadis memberi tugas akhir. Aku rasa, aku akan kehilangan banyak waktu bersama Hana. Ini adalah detik-detik terakhir masa perkuliahan kami berlima.
"Kau harus semangat, Hana. Dewi Fortuna sedang dalam pihak kita." Bukan tanpa alasan aku berkata seperti itu, kami berlima benar-benar memiliki keberuntungan yang tak berhenti. Entah kebaikan apa yang sudah dilakukan kami berlima dimasa lalu, hingga membuat kami benar-benar dilanda keberuntungan seperti ini.
Toru yang sudah pasti akan bekerja di salah satu firma hukum di Jepang, Tomoya dan Ryota yang memilih membuat Restaurant mereka di salah satu distrik di Tokyo, Hana yang akan memulai karirnya di salah satu rumah sakit, dan aku yang sudah ditawari menjadi komposer untuk sebuah perusahaan industri musik. Hanya perlu melewati pertarungan terakhir masa kuliah ini, dan kami benar-benar akan memulai hidup baru sebagai manusia dewasa yang mandiri.
"Aku rasa alkohol bisa menghilang stressmu," ucapku pada Hana setelah beberapa saat terdiam. Wajahnya masih tertekuk dengan tangan terlipat didepan dadanya yang entah kenapa menurutku semakin besar dari hari ke hari. Tunggu, kenapa aku berpikir seperti itu?
Hana mengerang frustasi, dia menatapku dengan mata yang justru terlihat lucu ketika nampak sayu. "Ya, kupikir aku harus mencoba Tequila." Entahlah, aku tidak tahu dia berbohong atau tidak. Namun, melihat keadaannya yang seperti ini membuatku yakin jika Hana memang sangat butuh hiburan.
"Ayolah, aku rasa aku akan mati karena tugas-tugas sialan ini!" Dia kembali memaki, entah untuk ke berapa ratus kali. Aku hanya tersenyum geli, mental Hana terlalu kuat jika hanya dibunuh dengan tugas tanpa akhir, menurutku.
"Bayangkan, headline televisi dan koran akan dipenuhi oleh berita tentang, 'seorang gadis cantik memutuskan bunuh diri karena frustasi akibat tugas tanpa akhir oleh dosen pembimbing.' demi Tuhan Taka, itu bukan cara yang aku inginkan untuk mati."
Aku sedikit tertawa, meski benar-benar yakin tidak ada yang lucu sama sekali dari apa yang Hana katakan. Tapi dalam pendengaranku, ocehan Hana jelas-jelas membuatku merasa terhibur.
"Lalu, kau ingin mati bagaimana?"
Aku bertanya, matanya kini lebih bersahabat dan lebih bercahaya. Tidak lagi seredup saat pertama kali aku melihatnya di salah satu cafétaria kampusku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis terdepan
Teen Fiction"aku mencintaimu, meski kamu tidak pernah tahu." Taka one ok rock x Hana Sasaki (OC) ..o0.0o.. Garis terdepan - fiersa Besari. 2020 present by © Princessayinghua.