- 19 -

108K 9.8K 355
                                    

"Tha, coba kerjain yang project perumahan yaa. Ini buat di web."

Retha menerima berkas yang diberikan Guntur, senior yang membimbingnya di kantor baru ini. Ia menatap berkas berisi informasi project yang dikerjakan kantornya, lalu kembali memfokuskan perhatian pada Guntur yang akan berbicara hal lain.

"Coba terapin sesuai materi yang udah kita pelajarin ya. Nanti kalo udah selesai, email aja ke gue. Biar gue cek dulu," kata Guntur, lelaki yang Retha perkirakan seumuran Bagas atau Rafka.

"Oke, Mas."

Setelah Guntur berlalu, Retha segera mempelajari berkas tersebut. Ia membaca hal-hal penting untuk dimuat dalam informasi yang akan dipajang pada website perusahaan tersebut.

Dua jam kemudian Guntur baru kembali. Entah apa yang sedang dikerjakan lelaki itu, Retha tak cukup berani juga untuk bertanya.

"Mas, udah gue email ya," kata Retha pada Guntur yang mejanya berada di hadapannya.

Sejak hari pertama bekerja, karyawan di kantor ini menyuruhnya untuk berbicara santai. Sapaan 'Mas' atau 'Mbak' masih tetap digunakan pada karyawan yang lebih tua, tapi bahasa yang mereka gunakan tetap non formal.

"Oke. Thanks, Tha. Gue cek dulu ya," kata Guntur yang kini sudah berkutat di depan laptopnya.

Sementara Guntur mengecek hasil pekerjaannya, Retha memilih untuk membaca ulang artikel yang dibuatnya. Diperhatikannya kembali setiap kata, khawatir ada salah ketik, juga tanda baca yang ia gunakan.

"Udah bagus ini, Tha. Kalimat persuasif lo juga oke, gak terkesan maksa. Wah, serius lo gak ada pengalaman di bidang ini?" komentar Guntur setelah membaca email dari Retha.

"Makasih, Mas." Retha tersenyum pelan menanggapi pujian Guntur. "Gue ngikutin yang lo ajarin 'kan, Mas."

"Bisa aja lo, Tha." Guntur tertawa. Ia menyesap kopi yang tadi dibawanya saat datang. "Ini lo kirim aja dulu ke klien, nanti kalo udah gue kasih project yamg laen."

"Oke, Mas."

"Eh, Tha! Jangan mau, udah jam istirahat nih. Makan dulu yuk." Suara seorang wanita yang duduk tak jauh dari mejanya segera menimpali. Bunga - wanita itu, berjalan menghampiri meja Retha. "Jangan disuruh kerja mulu dong, Tur! Mentang-mentang punya junior baru, ya!" Bunga beralih pada Guntur yang belum ada tanda-tanda mau pergi makan siang.

Guntur melirik jam tangannya. "Oh, udah istirahat, ya? Yaudah, istirahat dulu aja, Tha."

"Ayok-ayok, Tha. Gue mau makan udon deh. Sekar udah nunggu di sana." Bunga menarik pelan tangan Retha, membuat wanita itu berdiri.

Retha berpamitan sebentar pada Guntur yang tampak masih mengurus beberapa pekerjaan. Tangannya sudah digandeng Bunga untuk segera menuju restoran udon yang ada di gedung sebelah. Sekar adalah AE di kantor ini, pagi ini wanita itu ada meeting di luar, sehingga sepulang meeting tidak langsung kembali ke kantor dan memilih menunggu di restoran udon.

Retha tidak menyangka di kantor barunya ini, ia bisa beradaptasi dengan baik. Lingkungan kantor ini yang ramah dan friendly seolah merangkulnya yang masih baru.

***

Retha memasuki mobil Bagas yang terhenti di depan lobi gedungnya. Di pintu belakang, menyusul Sekar yang menumpang sampai halte trans-jakarta.

"Mas, ikut sampe halte depan yaa," kata Sekar setelah menutup pintu mobil Bagas.

"Oh, iya." Bagas tersenyum melalui kaca spionnya. Ia tidak menyangka saat tadi Retha menelponnya, mengatakan ada temannya yang mau ikut menumpang sampai halte trans-jakarta. Rupanya, wanita itu bisa memiliki teman di kantor barunya.

Win-Win Solution Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang