- 23 -

104K 11.5K 553
                                    

Suasana sejuk khas dataran tinggi segera menyambutnya sejak memasuki kawasan Puncak. Komplek berisikan penginapan itu tampak lengang, mengingat ini bukan hari libur. Tidak banyak vila yang terisi oleh wisatawan, hanya terlihat beberapa warga lokal yang tengah beraktivitas.

Bagas menyewa salah satu vila sebagai tempat pengungsiannya dari kepenatan ibu kota. Sengaja dibawanya Retha ke sini, untuk menjernihkan pikirannya dari masalah yang tengah menghujamnya saat ini.

Bukan berarti ia mengajak Retha berlari dari masalahnya. Hanya saja, menghadapi masalah serumit itu tidak bisa diselesaikan secara gegabah. Setidaknya, Bagas harus melindungi keadaan Retha terlebih dahulu. Itu adalah hal terpenting di atas segalanya.

Retha menyandarkan kepala di pundaknya, selagi wanita itu menyaksikan serial Gossip Girl entah musim ke berapa. Bagas hanya menemaninya duduk di ruang tamu vila ini, yang dilengkapi smart tv sehingga Retha dapat mengakses layanan streaming langganannya.

"Makan yuk, Tha?" ajak Bagas, setelah melirik jam tangannya, mendapati waktu sudah menunjukan pukul dua siang.

"Tadi udah." Retha menjawab seadanya.

Bagas menghela napas sejenak, mengingat 'tadi' yang dimaksud Retha adalah pukul sembilan pagi, di perjalanan menuju tempat ini. Ditambah lagi, Retha hanya makan dua suap bubur ayam.

"Tadi pagi 'kan itu. Sekarang udah mau sore lagi. Kata mamang vilanya di kulkas ada bahan-bahan masakan." Bagas berusaha untuk membujuk Retha.

"Emang lo bisa masak?"

"Enggak sih," jawab Bagas sambil terkekeh pelan. "Gue bisa dadar telor." Bagas menambahkan.

"Nanti sorean aja, mau makan bakso."

"Iya ... nanti sore makan bakso, tapi sekarang makan dulu, ya? Nanti pas mau makan bakso, lo keburu pingsan karena belom makan."

Retha bergerak untuk menegakkan tubuhnya, lalu menoleh pada Bagas. "Lo yang masak telornya, kan?" tanyanya memastikan.

Bagas menggaruk kepalanya sejenak, sambil berpikir. Kapan terakhir kali ia masak telur? Sepertinya empat tahun lalu, sebelum ia memiliki bunda baru yang akhirnya mampu mengurusi adik-adiknya.

"Iya, lo lanjut nonton aja." Bagas akhirnya berdiri, untuk berjalan ke arah dapur yang tidak terpisah oleh sekat ruangan.

Bagas membuka kulkas, mendapati ada empat butir telur. Tanpa ragu, ia memecahkan keempat telur itu pada mangkuk kaleng yang sudah ada di vila ini.

Hanya akan menggoreng telur saja, Bagas tampak kerepotan. Ia sibuk mencari bumbu penyedap yang entah ditaruh mana oleh penjaga vila ini. Belum lagi minyak goreng yang entah sudah ada atau tidak?

Saat tengah mencari benda-benda itu, sebuah ketukan pintu membuatnya refleks menoleh ke arah luar. Bagas memutuskan untuk membuka pintu terlebih dahulu, sebelum melanjutkan aksi memasaknya. Dilihatnya Retha yang ketiduran di sofa saat sedang menonton, sehingga tidak mendengar suara ketukan itu.

"Iya ... bentar," kata Bagas sambil bergegas menuju pintu.

Prang...

"Yah!" Bagas berseru panik, saat dirinya tidak sengaja menyenggol mangkuk kaleng yang ia gunakan untuk mengaduk telur.

"Kenapa?" Retha seketika terbangun dari tidurnya, dan menoleh ke arah Bagas.

"Kesenggol telornya. Tumpah." Bagas menatap tumpahan telurnya yang menempel di lantai. "Telornya abis, itu gue semuain."

"Hah? Emang berapa?" tanya Retha bingung.

"Empat. Biar tebel kan niatnya, jadi kayak omelet." Bagas berusaha membela diri.

Win-Win Solution Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang