1.] Sekolah

114 53 43
                                    

"Tanpa penghormatan, bubar... JALAN!" Suara lantang menggema begitu dahsyat di SMA Kesaktian. Bagai kawanan semut keluar dari sarangnnya, para siswa langsung berhambur meninggalkan lapangan.

Nadiva Oktavia, siswa paling cantik diangkatan 54 pada tahun ini menjadi salah satunya. Diva melangkah cepat menuju UKS, setelah sampai ia pun melepaskan sepatu hitamnya.

Tangan Diva terulur hendak memutar knop pintu, tapi sosok dari dalam sudah membukanya terlebih dahulu.

"Ngapain lo disitu?" nada ketus keluar dari cowok dengan name tag bertuliskan Agam De Langga di seragamnya.

Diva menatap cowok yang lebih tinggi dihadapannya. "Mau masuk Kak..." balasnya pelan.

Angga berdecak, "Minggir lo."

Belum ada Diva sempat bergeser, Angga kembali bersuara. "Kenapa masih berdiri disitu? Mau gue bukain pintu, biar lo berasa tuan putri terus gue jadi babu lo gitu...?!"

"Engga gitu Kak..." Diva refleks menggeleng. Belum ada 1 minggu ia besekolah disini sudah ada saja yang membuatnya ketakutan.

Angga berikan tatapan tajam tepat kemata bulat Diva, gadis itu menunduk. Dengan langkah pelan Diva menyingkir dari hadapan Angga.

"Dasar siput!" ejek Angga melongos pergi begitu saja. Diva bernapas lega, ia masuk ke UKS.

"Tuh kakel sarap kali ya, masa aku dikatain siput," adu Diva mendudukan dirinya di ranjang.

Mulut Diva dibekap. "Suuuut... gue mute juga lama-lama bibir lo," ujar Tasya yang tiba-tiba duduk.

"Muka ganteng gak mendukung attitude ya—" Baru saja dilepas, Tasya kembali membekap mulut Diva.

"Diieeem." Tasya menjauhkan tangannya.

"Gila aja lo ngatain Kak Angga sarap. Dia tuh cogan kelas kakap, fans cewenya bejibun sampe ngalahin penari India di film bollywood tonton emak gue." Tasya menghembuskan napas sebentar lalu melanjutkan ucapannya.

"Katanya... Eh bukan, aslinya dia tuh bang jago di jalanan. Kak Angga termasuk salah satu dari geng motor Vagos, yang kemaren anggotanya ditilang dekat simpang empat pasar lama. Lo inget?"

Diva menganguk, saking khidmatnya meresapi perkataan Tasya yang terkesan jauh lebih menarik dari pada amanat di upacara tadi ia sampai tak fokus. Aslinya ia tak tau ada tilang menilang kemaren.

"Rumornya geng Vagos itu termasuk komplotan tukang bully adkel atau sejenis makhluk lemah gemulai kek kita gini. Mau lo dibully?" desak Tasya.

Diva menggeleng cepat. "Nggak akan ada yang tega ngebully orang cantik kayak aku," kekeh Diva bermaksud mencairkan suasana tapi ditanggapi Tasya berbeda.

"Hilih, nyai seksoy di tv aja ada hatersnya apalagi elo yang imut ngalahin kue cubit gini pastilah bakalan dihujat abis-abisan."

Diva meneguk saliva seketika. "Serem amat kamu Sya."

Tasya membuka sedikit tirai, ternyata masih ada beberapa siswa di UKS selain mereka. "Lo lain kali kalo ngehujat orang liat sikon juga dong," saran Tasya sedikit berbisik.

"Kamu ngapain ngomong bisik-bisik gitu?"

Tasya tepuk jidat. "Haduhhh Diva," lirihnya.

DIVANGGA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang